Pendahuluan.
Sejarah merupakan siklus yang selalu hadir dan ada
dalam kehidupan di dunia ini.catatan lewat tulisan,tutur dan benda tentang masa
lalu sangat banyak dan komflit bahkan mengandung misteri untuk di urai secara mendetail.Garis
lintas untuk mengungkap sejarah membuat kita berdebat hingga pembuktianlah yang
mengungkap kenyataan.Sejarah dunia berasal dari keberagaman sejarah lokal dan
kebesaran suatu peradaban membuat kita berhenti mengungkap peradaban
minoritas,walau itu minoritas kadang merupakan peradaban yang lebih tua dari
peradaban mayoritas.
Mengungkap kehidupan manusia masa
lalu dengan siklus yang ditarik kebelakang membuat kita menapak dalam tempat
dan wilayah.Salah satu tempat atau wilayah itu adalah Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.
Kecamatan Bontotiro adalah gabungan
2 ( Dua ) Distrik yaitu Distrik Tiro dan Distrik Batang Bontotangnga.Tiro di
kenal dengan salah satu Penyiar agama islam di Sulawesi Selatan yaitu Maula
Abdul Jawad Khatib Bungsu Dato Tiro,Jauh sebelum Agama Islam masuk di Tiro
telah ada suatu Kerajaan dengan tatanan budaya/tradisi serta sistem
pemerintahan yang mapan.
Tau Tiro
Ri Pattiroang
Tau Tiro
ri pattiroang adalah sebuah makna yang tercurah,tersurat dan tersirat dalam
pribadi Orang Tiro.mereka dituntut untuk mencari,mengkaji,menafsirkan tentang
sesuatu hal sebelum bertindak,merekapun di tanamkan tentang satu tujuan yang
harus di raih dengan keuletan,pantang menyerah,kejujuran dan kegigihan berusaha,merekapun
dibekali tentang kekuatan yang tidak Nampak yaitu Doa.
Tau Tiro adalah
penghuni wilayah yang harus mampu menginflementasikan kata Tau dan Tiro.Tau
adalah manusia/orang sedangkan Tiro adalah pola berpikir dan bertindak sesuai
dengan aturan.jika Tau Tiro tidak mampu menampakkan kata itu dalam kehidupan
sehari harinya, maka individu tersebut hanya akan menjadi atau dianggap Tau/
Orang.penempatan kata tau/orang diartikan sebagai individu tanpa keahlian,tapi
jika di satukan menjadi tau tiro maka diartikan sebagai manusia yang punya
keahlian sehingga bisa menjadi panutan untuk orang lain.
Kemapanan
Ilmu dan Perilaku sangat ditekankan dalam masyarakat Tiro.dasar dasar untuk
mencapai falsafah hidup Tau Tiro Ri
Pattiroang adalah Niat,ulet,pantang menyerah,jujur,berdoa dan tidak
sombong.Jika orang Tiro meninggalkan dasar Falsafah ini, maka dianggap tidak
mampu mengartikan/menempatkan dirinya menjadi
Tau Tiro Ri Pattiroang.
Darimanakah dan apakah kata Tiro itu ?. Tiro berasal dari kosa kata bahasa hingga jadi tempat
atau wilayah.Jika Tiro di tempatkan dalam bahasa ( Kata / kalimat ) maka
maknanya adalah memandang,jika di jadikan pattiroang maka akan bermakana
memandang atau melihat sesuatu yang
baik/indah ( suri tauladan ).Dari segi tempat/wilayah kata tiro adalah puncak
yang tinggi.
Banyak yang mengenal dan melakukan Penelitian tentang Tiro hanya sebatas masuknya Agama Islam oleh
Dato Tiro namun tidak ada yang pernah mengungkap sejarah sebelum kedatangan
Dato Tiro.Saya selaku salah satu pewaris sejarah tiro mencoba untuk mencari dan
mengumpulkan bahan tentang Tiro Sebelum Islam.
Sejarah
tentang asal usul Tiro dan system
pemerintahannya terbagi dalam empat Bagian yaitu :
1.Tiro
Kuno
Asal
Usul Tiro
LONTARA
PATTIROANG :
Lohe
Barumbung se’re pikatu
Barumbung Si
kasannangngi ri empoang na
Si la’biri ri
bicaranna
Si katutui ri
tallasa’na
Artinya/Penjabarannya
:
Sebelum
ada sistem pemerintahan dan Tiro belum di kenal sebagai suatu kerajaan,maka daerah ini terbagi dalam beberapa
wilayah kecil berbentuk dusun yang di perintah oleh seseorang dengan gelar
Barumbung semacam Kepala Suku. Barumbung mempunya otonomi penuh atas wilayahnya
masing masing.Tali persaudaraan antara Barumbung amat erat sehingga tidak
pernah terjadi pertumpahan darah antara mereka.
( Nama-Nama yang pernah menjadi Barumbung dan tempat
yang di pimpinnya tidak di tulis dalam Lontara Pattiroang ).
( Tempat duduk Tu Manurung yang di jadikan tempat melantik Raja Tiro }
TU
MANURUNG ( Orang dari Langit )
Lontara Pa’Tiroang :
Ri hambang na allo ma’rinraya
Ri parallo tamma’tappua
Joja ri katallassang na ti rere ri iloro
Na se’re mo barumbungnga a’boja bosi
A’karesomo panrita na sanro a a’paturung
bosi
Tamma matti’ ere a,tamma lari binyara
allo a
Latte ri tangnga allo,annettere buttaya
Tarauhe ri langi’ ma’binyaraya
Na ri cappa’na accidong mi I Toa ri batu
kalompoang
Cappa se’reang na a pihali mi kamase
mase a
Nani lipungi mo tau a’binyara ya kalenna
ri barumbungnga na taun na
Ni kuta’nang ri barumbung
Na’pihalimo tau binyaraya kalenna
ma’nassana tau langi
Itoa buru’ne ,
natajangngi bahinengna battu ri Possi
tana
nana tiro I urang siana’ bahine na I
kamase mase a.
nambua’mo Hulaeng mapute tau possi
tanaya bunga biraeng
barumbung ma’pikatu ,manassa tau lagi’ko
punna bosi sarroi kunre mae
nakke tau langi ma’lino,bosi sarro
pangngeranu….apa pa’pikatuku
nakke barumbung,iya ngase angnyomba ri
kau
nakke tau langi’,pa’pala ku ri tau
langi’,tamma lino ku pa’lino
a’sereko angngerang pa’ka’kasa
koko,pa’kakasa katallassang na sikaju tedong camara
pangka se’re, rurungang batu ganrang.
ARTINYA /PENJABARANNYA :
Pada
suatu masa, musim kemarau amat panjang melanda wilayah tersebut. Para barumbung
berembuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Dukun ( Sandro ),Para
normal ( Panrita ) dan beberapa orang sakti telah di kumpulkan untuk menurunkan
hujan,namun tidak ada yang mampu.keadaan ini berlangsung cukup lama hingga
datanglah Tau Langi’ ( Orang dari langit ).Sebelum Tau Langi’ menginjakkan
kakinya di Bumi terdengarlah suara petir menggelegar di Siang hari yang
terik,saat itu tanah bergetar seperti gempa,di langit muncul pelangi dan di
ujung pelangi tersebut terlihat cahaya yang sangat terang.pangkal pelangi yang
bercahaya itu ada di atas sebuah bukit yang cukup tinggi dan ujungnya ada di
wilayah yang sekarang di sebut Kajang.Orang-orang geger karena kejadian itu,
Para Barumbung bersama dengan rakyatnya berlarian ke bukit yang bercahaya
tersebut, disana ada seorang lelaki duduk diatas batu dan seluruh badannya
bercahaya. ( batu tempat duduk Tu
Manurung ini dijadikan Pallantikang / Tempat melantik Karaeng atau Raja ).
Barumbung : “
Anda Siapa,Darimana dan sedang apa di Sini ? “
Tau Langi :
“ Namaku I Toa Burune,Asalku dari Langit,Saya sedang Menunggu Istriku Hulaeng
mapute dan Tiro I ( Melihat dari
tempat tinggi ) adik perempuanku di
seberang sana….Kamase mase. “ ( Adik perempuannya yang bernama Kamase-mase
muncul di Kajang).
Tidak lama kemudian muncullah istri I Toa Buru’ne
seorang perempuan cantik dari Possi Tana
(lubang yang berarti Pusat bumi ) Hulaeng Mapute (
Hulaeng = bercahaya seperti emas tapi ada
juga yang mengatakan bahwa badannya penuh dengan
perhiasan emas, Mapute = Berkulit
putih ).Hulaeng Mapute kemudian di beri gelar Bunga Biraeng na Possi Tana
Barumbung : “
Jika betul anda dari langit,tolong turunkan hujan di wilayah ini . “
I Toa Buru’ne : “
Aku tidak bisa berkata pasti,namun aku akan berusaha dan jika aku mampu membuktikannya,apa balasan
kalian ? “
Para Barumbung berembuk,lalu mengeluarkan
keputusan
Barumbung : “
jika kau mampu menurunkan hujan,maka kami akan mengangkatmu sebagai pimpinan/raja
kami.”
I Toa :
“ Baiklah,tapi ada syaratnya.”
Barumbung : “
Apa Itu ? “
I Toa :
“ Kalian harus menyiapkan kerbau yang paling gemuk tanpa cacat dengan tanduk
panjang melingkar,serta kumpulkanlah rakyatmu dengan membawa alat makan,alat
pertanian dan gendang batu. “
Batu
Ganrang ( Gendang Batu )
Lontara Pa’Tiroang :
Barumbung na taunna ma’sere ri
pakkakkasa koko,pangnganreang
Barumbung na panrita a’joja ri pa’bojang
batu ganrang.
Tamma ni itte tamma ni uppa
Na dalle’mo barumbung ri I Toa buru’ne
Tammaka ku pau ri dallekannu
Lanri tamma kullena ni pahua’ batu
ganrang
I Toa buru’ne ma’pihali ku pa’riekangko,
ammuka a’ripung mako ri tamma binyara
alloa
Na pa tangnga langi pangngerana
Na ni pahu a mo batu ganrangnga atturung
ri biring tamparang
Na ni battu imo I Toa ri tamma binyarana
alloa
Ma’nassa na ganrang batua rie mi a’lino
pallanteangnga pasangku
I Toa ri batu kalompoang’ tamma toa ri tanja’ ,
tamma la’biri ri pau pau,
tamma lolo ri panggaukang,
tamma pikatu ri cappa lila…lanri natajangna panrita
pa’pikatu
Kalimbu ki care-care pute
Bissai rara jangang pute
Nana gaukangmo pa’surona I toa
Sitte tu ma’siana ri nyaha
Angngerang jangang le’leng na care care
le’leng
Leleng ma’nassa na kamase mase a
Pute ma’nassana I Toa Buru’ne.
Panrita pa’pikatu a’pasang
kalimbuki kalenna care-care
itiki pintallung na Bissai rara jangang
ARTINYA/PENJABARANNYA :
Demi menurunkan hujan maka
para barumbung dan rakyatnya membagi tugas untuk
menyiapkan peralatan yang di
sebutkan oleh I Toa Buru’ne.setelah diadakan pengecekan
ternyata ada alat/bahan yang
tidak ada yaitu gendang batu.karena mereka kesulitan untuk
mendapatkan gendang
batu,diutuslah satu orang barumbung menghadap ke I Toa Buru’ne :
Barumbung : “
Maafkan Kami, alat/bahan untuk upacara besok telah kami siapkan namun ada satu
yang tidak mampu kami dapatkan yaitu gendang batu,bagaimana jalan keluarnya ? “
I Toa Buru’ne : “
Baiklah,akan kuusahakan gendang batu tersebut….aku akan bersemedi sebentar
malam…. besok sebelum matahari terbit berkumpullah kalian di tempat ini “
Barumbung : “
terima kasih sebelumnya dan pesanmu akan kusampaikan, tabe’ (permisi )”
Akhirnya barumbung pulang
dan menyampaikan pesan I Toa Buru’ne kepada para
berumbung lainnya.
Malam
harinya I Toa Buru’ne bersemedi meminta gendang batu kepada yang Maha
Kuasa.Dalam semedinya I Toa Buru’ne di beri wangsit bahwa gendang batu tersebut
akan di turunkan dari langit dan akan di letakkan di wilayah yang jika gendang
tersebut di pukul maka akan di dengar di wilayah I Toa dan Kamase masea.Gendang
batu tersebut akhirnya mendarat di sebuah pantai bersama dengan
pengawalnya/kuncen yang disebut Panrita Pa’pikatu.
Saat
ayam jantan berkokok menandakan dini hari maka Para barumbung dan rakyatnya
menghadap ke I Toa buru’ne sambil membawa peralatan untuk upacara.
Barumbung : “
Bagaimana dengan gendang batu itu Toa ?
“
Sambil menunjuk, Itoa Buru’ne berkata :
I Toa Buru’ne : “
Kirimlah utusanmu ke bukit di seberang sana,bawalah ayam jantan dengan bulu berwarna putih dan kain yang cukup panjang dan
lebar dengan warna putih lalu sampaikan pesanku I Toa ri batu kalompoang’ tamma
toa ri tanja’ , tamma la’biri ri pau pau, tamma lolo ri panggaukang, tamma
pikatu ri cappa lila…lanri natajangna panrita pa’pikatu ( tua di tempat
tertinggi,tapi jangan tua karena wajah dan usia jika ucapan dan tindakan tidak
berbobot,jangan muda dan gagah sehingga segala sesuatu dimudahkan,tidak mampu
diucapkan oleh lidah jika perasaan dan tindakan tidak menyatu,yang mampu
menyampaikan pesan hanya panrita pa’pikatu ).
Maka
diutuslah beberapa orang ke bukit tempat gendang batu tersebut,ditengah jalan Utusan
dari Itoa buru’ne bertemu dengan utusan dari Kamase mase a yang membawa kain
warna hitam dan ayam jantan dengan bulu berwarna hitam.Mereka lalu bersama sama
menghadap ke Panrita Pa’pikatu :
Panrita Pa’Pikatu :
“ Siapa Kalian ? “
Utusan I Toa Buru’ne :
“ tabe’ ( Permisi/Salam ) Saya Utusan I Toa Buru’ne belia berpesan : tamma toa
ri tanja’ , tamma la’biri ri pau pau, tamma lolo ri panggaukang, tamma pikatu
ri cappa lila…lanri natajangna panrita pa’pikatu “
Utusan Kamase Mase a :
“ tabe’ Saya utusan Kamase mase a beliaupun berpesan : Kamase masea malolo ri
tanja tamma lolo ri panggaukang,tamma pikatu ri cappa lila lanri natajang na
panrita pa’pikatu “
Panrita Pa’pikatu :
“ pa’pikatu ri anging,pa’mai’ jannang ri nyaha…I Toa kamase mase a na I kamase
mase a a Toa,salu pa’pikatu naku salu ri salu ma’ salu. ( Pesan akan
kusampaikan ke semua mahluk yang bernyawa,I Toa dan Kamase mase a
bersaudara,tidak bisa di pisahkan.Pesan ini harus pasti dan yang mendengarkan
adalah orang yang layak/kutujukan di atas bumi ini ).
Kedua
utusan itu di perintahkan untuk membungkus gendang batu tersebut dengan kain
yang mereka bawa,Kain warna putih adalah utusan I Toa dan kain warna Hitam
adalah utusan Kamase mase a. selubung kain di badan gendang tersebut seimbang /
terbagi dalam dua warna yaitu putih dan hitam. Ke dua utusan itu diperintahkan
untuk mengelilingi gendang batu tersebut lalu mengorbankan ayam yang mereka
bawa dan darahnya di percikkan ke gendang batu tersebut.Gendang batu tersebut
di pukul oleh panrita pa’pikatu dengan tangan kosong setelah ada tanda dari I Toa/Ka
mase mase a berupa asap.munculnya asap ini adalah dari kayu pembakaran kerbau.
Selanjutnya dalam Lontara Pattiroang :
Ganrang batu ma’sa’ra latte
Nipaturung a’jari pa’pikatu ri tau ma’lino nu
nikangkang nga ri tau ma’siana’
I Puang Toa Buru’ne na Kamase Mase a
Ma’lino ko na saba tau lino a’pala’ri ma’nassaya lino
tammalino
Nipinahang ri panrita pa’pikatu
Nihasa ri rara jangang le’leng na pute
Le’leng na pute pa’linoang
Le’leng na pute ma’siana’ ribatang kale,sikalabbiri ri
ati
Latte batu ganrang ma’pihattu
Allo lattena I Puang Toa Buru’ne
Bangngi lattena Amma’toa Kamase masea
Punna silaloi hattunna,possi tana pa’la’pokanna.
Artinya/Penjabarannya :
Batu
ganrang/Gendang batu bukan hanya benda/alat untuk menyampaikan pesan,tapi merupakan perekat dan
tanda tentang ikatan kekeluargaan.
Persaudaraan antara I Toa Buru’ne dan Kamase mase a di satukan dalam ikatan
raga dan batin. Persaudaraan itu berlaku kepada semua turunannya, Ikatan itu
tak terpisahkan sampai kapanpun.Jika ada masalah antara mereka ( Orang Tiro dan
Kajang ) tapi tidak bisa didamaikan,
possitanalah tempat menyelesaikannya.Panrita possitana Tiro dan kajang,masing
masing akan bersemedi di possitanaya meminta kepada Tau ma’butta tanaya ( yang
hidup di bawah tanah )apa yang harus dilakukan.Jika telah ada suara/perintah
dari Possitanaya maka orang yang tidak mau di damaikan tersebut wajib untuk
menerima keputusan itu.
Amma’toa
adalah jabatan awal sebelum Ammatoa.Amma’ berarti Ibu sedang toa adalah
Tua.Amma’toa adalah ibu dari orang tiro dan kajang.setelah Amma’toa ( Kamase
mase a ) mallayang ( Lenyap ) maka digantikan oleh suaminya sehingga berubah
menjadi ammatoa ( ayah tertua ).I Toa adalah jabatan di tiro sebelum menjadi
Karaeng. I Toa bermakna yang dituakan atau yang didengarkan segala perintahnya.
Orang Kajang dan Tiro memandang keduanya sebagai panutan sehingga Pasang
keduanya kebanyakan saling terikat. Sampai saat ini panggilan kali ( sepupu )
masih berlaku/sering di pakai oleh Turunan I Toa Buru’ne ( orang Tiro ) dan
Turunan Kamase Mase a ( Orang Kajang ).
{ Batu ganrang tanpa Penutup di kedua sisinya panjangnya kurang lebih 2 meter dengan diameter sekitar 40 cm }
Catatan Tutur :
Saat
gelar Karaeng dipakai di Tiro, Ammatoa tidak mau merubah gelar/jabatannya.atas
persetujuan Ammatoa dan Kerajaan gowa, maka gelar Karaeng dan ammatoa di pakai
di Kajang. Karaeng memerintah di wilayah Kajang tapi tidak punya kuasa untuk
memerintah Ammatoa dan wilayahnya. Jadi wilayah Ammatoa adalah otonomi khusus yang
tidak membayar Upeti ke kerajaan Gowa.Ammatoa tidak membayar Upeti dan di beri
Otonomi khusus karena Sombaya di Gowa minta di beri Ilmu /Mantera tidak terkena
penyakit apapun di dunia ini. ilmu tersebut di berikan oleh Ammatoa kepada
Sombaya di Gowa.
( Tempat
jatuhnya gendang batu tersebut dahulu kala adalah Pantai,hal ini bisa di
buktikan dengan banyaknya karang laut dan kulit kerang yang menempel pada batu yang berada di
sekitar gendang batu tersebut. Wilayah/kampung tempat gendang batu tersebut kemudian
di beri nama Salu-Salu yang sekarang masuk kedalam wilayah Desa Dwi Tiro
Kec.Bontotiro Kab.Bulukumba.Kata Salu-Salu diambil dari ucapan Panrita
Pa’pikatu yaitu Salu ri salu ma’salu atau Salu ri I Toa na Salu ri Kamase masea
( Salu = aliran/saluran tapi di jabarkan menjadi diperdengarkan/disiarkan ).
Paturung
Bosi ( Menurunkan Hujan )
Lontara Pattiroang :
Laku pasimba I bosia ri puntanaya
A’rambu tedongko ma’nassa ri langit na panrita
pa’pikatu
Ganrang batu tanra pammitikang ri possi tanaya
Pa’ka’kasa koko na pangngangreang tunrung.
Artinya/penjabarannya :
Para Barumbung
dan rakyatnya yang berkumpul di tempat I Toa dengan membawa
Peralatan makan,peralatan
pertanian dan kerbau jantan satu ekor. Mereka menunggu perintah dari I Toa untuk
memulai Upacara Paturung Bosi.Saat Para Barumbung dan rakyatnya sudah mulai
jenuh dan resah tiba-tiba I Toa berdirilalu berkata:
I Toa Buru’ne :
“ Saat Saya bersemedi diatas batu ini,sembelihlah kerbau itu dan darahnya kau teteskan ke lubang possi tanah,lalu
bakarlah kerbau itu di atas kayu yang telah kau kumpulkan itu…..Asap dari
pembakaran itu adalah tanda buat Panrita Pa’pikatu,jika kau telah mendengar
bunyi gendang maka kelilingilah possi tanah itu sambil memukul alat pertanian
dan alat makan yang kalian bawa.”
( Pembakaran Kerbau ini disebut A’Rambu
Tedong ).
Setelah
memberikan petunjuk tentang prosesi upacara maka I Toa bersemedi,Para barumbung
dan rakyatnya kemudian melakukan ritual sesuai dengan petunjuk I Toa.Saat asap
mulai melambung tinggi ke langit maka terdengarlah bunyi gendang yang
memekakkan telinga.
Lontara Pattiroang :
Ri pammitikangna barumbung na taunna
Mambua’ olong male’leng
Ma’sa’ra latte ma’bebe kila’
Matturung bosi ri puntanaya
Mangnyombami barumbung na taunna
Inakke minni taunta
I gitte mi intu sombangku tulusu mange
Itoa ma’pasang
Inni pa’rasangangnga ku areng I Tiro
Inni bulu a Pattiroang
A’tiro ko Ri Tiro nani Tiro I ko Ri Tau a’tiroa.
Artinya /
Penjabarannya :
Bunyi
gendang itu dari Panrita Pa’pikatu sebagai tanda untuk mengelilingi Possi tanah
sambil memukul alat makan dan alat pertanian.Kira-kira tujuh putaran langit
berubah warna,mendung datang di iringi kilat dan suara petir,hujan lalu turun
dengan derasnya.Saat itu juga Para barumbung dan rakyatnya bersujud di hadapan
I Toa :
Para Barumbung dan Rakyatnya : “ Mulai saat ini engkaulah junjungan kami.”
I Toa Buru’ne :
“ Baiklah aku terima sembah dan kata-katamu, mulai saat ini wilayah ini kuberi
nama TIRO ( Panutan ) serta Bukit ini kuberi nama
Pa’tiroang ( Tempat untuk melihat atau mengintropeksi diri )
Tempat
Tumanurung I Toa Buru’ne dikenal dengan nama Pattiroang .disana ada dua
bangunan yang termasuk megalitikun yaitu Batu tempat duduknya I Toa Buru’ne
yang berubah menjadi Pallantikang ( Tempat melantik Karaeng atau Raja-Raja Tiro
) dan tempat keluarnya isteri I Toa Buru’ne yaitu Possi Tanah ( lubang yang
dikelilingi susunan batu gunung ).disamping kedua bangunan megalitik itu ada
juga kuburan Karaeng Tiro yang pertama memeluk agama Islam yaitu Launru Daeng
Biasa.
Dalam Lontara Pattiroang nama bukit
ini biasa di sebut bukit Kilat karena asal mula I Toa buru’ne di tempat itu
penuh cahaya kilat serta di tempat itu kita selalu melihat kilat di malam
hari.Satu hal yang menarik buat penulis adalah sejajarnya 3 ( Tiga ) tempat
yaitu Possitana/pallantikang,pa’laharrang bahia dan batu ganrang.kemungkinan
besar possi tanah di kajang juga sejajar dengan ke tiga tempat itu.
Anrong Batara dan Pa’Laharrang Bahia.
Lontara
Pattiroang :
Joja a’lampa joja ambua’
Ma’kungraring tau ma’lino
Namminahang pau-pau pa’pikatu katallassang
Tinannang angsulu’sa’ri
Olo’-olo’ rungresa ri bara tala ala’
Hulaeng mapute angngera.
Pa’pala’ ma’lino mange ri tala lino a
Nakulambusi pasang ma’lino ri batu bo’dong anrong
bataraya
Kusareko naku sangkaki pangngeranu
Kupa’lino I panrita lamung-lamung
Kupasi kambara anrong batara
Kupije’neki rarana ladomeng
Kupa’nassa a’jari tinannang ri linoa
Matturung bosi mattajang lamung-lamung
Ma’sa’ra pasang battu ri tu tammalino
Tampa’ tamma jija panrita lamung-lamung ma’tajang
Pa’kakasa pangnganreang bulaeng na pataja
Bulaeng ma’belo ri kale tau
Tinannang ni pahua’ ri puntana
Batara Ni paturung battu ri langi
Bahi ni rurungang ma’jari katallassang
Nibara I bahi ladomeng
Nilahara ri batu bo’dong
Ni pahassi’ rarangna ma’jari anrong batara
Anrong batara
patinroi ri palangka lamung-lamung
Pa’ka’kasa koko paene ri ranjang palangka
lamung-lamung
Pangngangreang pasappe’I ri sa’ri batu bo’dong
Pikatui ri kala’birang,pirurunrungi pau pau tamma lino.
Artinya/Penjabarannya :
Hujan
deras yang membasahi tanah tiro bukan pertanda masalah telah berlalu karena
saat hujan reda timbul lagi masalah baru yaitu tidak ada bibit tanaman.namun
hal ini akan diselesaikan oleh istri I Toa Buru’ne yaitu Hulaeng Mapute.Belia
adalah Puteri/keturunan Tau ma’butta Tanaya ( Orang yang hidup di alam bawah
tanah ).
Hulaeng
mapute kemudian melakukan semedi,dalam semedinya beliau mendapat wangsit atau
petunjuk :
“ Akan
kukabulkan permintaanmu anakku,Saya akan lengkapi permintaanmu yang penuh
kekurangan….besok pagi saat hujan tataplah dari atas bukit ini tempat yang
tidak basah / tidak terkena tetesan air hujan. “
{ Batu tempat Pa’laharrang bahia }
Keesokan
harinya saat hujan nampaklah suatu tempat dalam lembah yang tidak basah oleh
hujan,Saat hujan reda maka I Toa,istrinya,para barumbung beserta rakyat Tiro mendatangi tempat
tersebut.Sampai di tempat itu nanpaklah seorang lelaki berdiri di kelilingi
oleh bibit Jagung,Ketela,babi dan peralatan makan dan perhiasan dari
emas.Lelaki tersebut adalah Panrita Lamung-lamung.Saat bibit tanaman jagung dan
ketela akan di bagikan maka diadakanlah Upacara dengan memotong dua ekor babi
di atas batu yang berbentuk lesung/antang.darah babi tersebut di campur air dan
di percikkan ke bibit tanaman yang akan di bagikan ke rakyat tiro.daging babi
diolah menjadi lahara ( Masakan khas orang Tiro ) di dalam batu berbentuk
lesung.bibit tanaman yang telah di beri percikan darah babi dan mantera dari
panrita lamung-lamung di tanam oleh rakyat tiro.bibit tanaman ini tidak boleh
di tanam semuanya tapi hanya sebagian dan sisanya di simpan diatas loteng
rumah.Bibit yang di simpan inilah yang di sebut anrong batara,yang setiap saat
di beri sesajen dan sangat di sakralkan.
Sebelum
pembagian bibit tanaman maka Panrita lamung-lamung berpesan :
1.
Bibit ini adalah
pemberian batara makanya jangan di sia-siakan
2.
Saat musim tanam
datang dilarang menanam tanpa ada perintah dari panrita lamung-lamung
3.
Babi yang
mengganggu tanaman ini tidak boleh di bunuh selama itu bersifat wajar,tapi jika
sudah berlebihan sudah di perbolehkan membunuhnya serta merupakan tanda tentang
adanya pelanggaran oleh pemerintah atau rakyat.
4.
Upacara dilakukan
sebanyak dua kali yaitu angngangre lolo ( Makan Jagung muda ) dan pangnyappe (
panen jagung yang tua )
5.
Dilarang
memperjual belikan jagung muda,masyarakat yang butuh jagung muda harus minta
kepada pemiliknya.
6.
Siapa yang tidak
menanam jagung dilarang untuk ikut angnganre lolo dan yang gagal tanaman
jagungnya harus melapor ke panrita lamung-lamung.
Tempat
ini di beri nama Pa’laharrang Bahia yang selalu ramai saat musim tanam dan
musim panen.Ubi kayu yang di bawa oleh panrita lamung-lamung adalah tanaman
sela atau pengganti jika tanaman jagung gagal.babi yang dibawa panrita
lamung-lamung sangat gemuk,babi ini di beri nama La domeng. Tempat penangkaran
babi itu sebuah lembah tidak jauh dari
Pa’laharrang bahia yang sekarang berubah menjadi nama kampung yaitu Domeng.
Perhiasan
yang dan peralatan makan yang di bawa oleh panrita lamung-lamung di simpan
dalam sebuah gua di sekitar pa’laharrang bahia.alat makan dan perhiasan ini
akan di keluarkan jika ada upacara di pa’laharrang bahia.
Anrong
batara di samping sebagai bibit tanaman maka berpungsi juga sebagai wadah untuk
menyembah kepada dewa.wadah ini biasa disebut palangka.Sampai sekarang masih
banyak yang meyakini dan melakukan ritual anrong batara.
Kuburan Tu Tiro
Lontara
pattiroang:
I Toa Burune na hulaeng mapute rurung kamase masea
Mallayang ri lino
Ma’lino ri tamma lino I Toa
Tamma tappu tamma ni pau,lanri lohena mo.nana rapikimo
I Toa Karua ya
pattinroang sannang ri liang batu,
nigaukang ngi ri empoang mallayang na I Toa
Tala ku pahua’ ri pasang
Ma’nassana mattinro a ri batu
Iyaji ku pa’nassa I na pambua’ki Samparaja Daeng
Malaja.
(Itoa buru’ne
dan hulaeng mapute serta kamase masea lenyap dari bumi. Amat banyak dan tidak
mampu disebutkan satu persatu yang lenyap dari bumi, turunan kedelapanlah yang
pertama di kuburkan di batu. turunan I Toa banyak yang dikuburkan di liang batu
namun hanya satu nama yang mampu kuucapkan yaitu Samparaja Daeng Malaja )
Hadirnya
Itoa buru’ne dan Kamase mase a ke atas bumi adalah adanya pertentangan faham
antara mereka.Itoa buru’ne berpendapat hati yang menggambarkan tanpa keraguan
dan raga yang melakukan dengan tepat ,sementara kamase mase a berpendapat raga
tidak usah dilibatkan karena itu bersifat kasar dan sombong.pertentangan ini
kian meruncing hingga terjadilah adu fisik.Raja langit turun tangan mendamaikan
kedua anaknya namun tidak ada penyelesaian.Raja langit marah dan mengutuk kedua
anaknya ke Bumi :
Raja Langit : “ Kalian akan kuturunkan ke
bumi dan menjadi penghuni bumi selamanya jika kalian tidak mampu mengurai makna
pertentangan itu.”
I Toa Buru’ne : “
Baiklah ayahanda,tapi izinkanlah saya membawa istriku Hulaeng Mapute . “
Raja Langit :
“ Silahkan tapi penentu adalah mertuamu Raja ma’butta tanaya. “
I
Toa Buru’ne diberi izin oleh mertuanya untuk membawa istrinya ke bumi.setelah I
Toa dan Kamase mase a mendapatkan makna dari pertentangan faham itu maka Raja langit mengangkat mereka
kembali keatas langit.I Toa Buru’ne,istrinya dan saudara perempuannya Kamase
mase a kemudian lenyap dari muka bumi ini.lenyapnya mereka di sebut mallayang
oleh orang Tiro.Tampuk pemerintahan kemudian diserahkan kepada anaknya dengan
gelar yang sama ( I Toa ).
Jejak
mallayang dari I Toa buru’ne diikuti oleh keturunannya sampai ke tujuh.saat I
Toa kedelapan meninggal dunia,beliau tidak mallayang.para panrita dan sanro
melakukan semedi minta petunjuk,maka turunlah wangsit agar dikuburkan di liang
batu.alasan dikubur diliang batu karena raja langit marah jika di kuburkan di tanah dan
jika di kuburkan di langit maka raja tanah marah.hal ini berlangsung cukup lama
hingga pemerintahan Samparaja Daeng Malaja.
Ada
4 hal yang di catat dan merupakan kesimpulan penulis tentang Samparaja Daeng
Malaja yaitu :
1.
Beliau adalah
Raja Tiro yang pertama namanya di tulis dalam lontara pattiroang.
2.
Beliau Raja Tiro
yang memakai gelar Karaeng
3.
Beliau Raja tiro
yang bukan turunan dari I Toa tapi konon berasal Dari Luwu.
4.
Beliau adalah
raja Tiro yang terakhir di kuburkan di liang batu.
Setelah
Samparaja Daeng Malaja meninggal maka turun lagi wangsit.
Lontara Pattiroang :
Naku pa’linomo pasangku
Ammilemako tampa’ jannang
Nakke batara tanaya
Kusareko kasannangngang beru
Ka tu langi’ a’pikatu ri empoang mallayang na I Toa
Kusareko tana pattinroang majannang nu ri butta kila’
Ku era ri katallassang ma’lino nu
Palembai mange ri empoang tinronu
A’cidong ko ri tinro jannangnu
Nanu tiro tamparang tamma’lajjua pa’mai’
(Dengarkan
pesanku,silahkan kau memilih tempat untuk di kuburkan apakah di liang batu atau
di dalam tanah. Saya dewa tanah,memberikan izin untuk menguburkan di dalam tanah
kepada siapapun yang meninggal,karena raja langit telah
menyetujuinya,kuburkanlah di atas bukit kilat bersama barang-barang dan harta
kekayaannya di dunia agar dia tenang di kuburnya,duduklah saat di kuburkan dan
menghadap kelaut sehingga kau mampu melihat indahnya laut biru tanpa jenuh ).
Dalam lontara
pattiroang Tidak disebutkan berapa jumlah Itoa bertahta di Kerajaan Tiro sebelum
Samparaja Daeng malaja Karaeng Sapo batu memerintah.
2.Tiro Setelah ditaklukkan Kerajaan Gowa
Saat Karaeng
Tumapa’risi kallong na bertahta di Kerajaan Gowa,beliau melakukan ekspansi kebeberapa
kerajaan.Kerajaan Tiro tidak luput menjadi kerajaan taklukan atau Kerajaan
palili.saat itu tiro di perintah oleh Samparaja Daeng Malaja. Kerajaan Gowa sebagai
penguasa merubah gelar dan tatanan pemerintahan di kerajaan Tiro diantaranya :
I Toa berubah menjadi Karaeng,memakai gelar Daeng,Barumbung dihapus dan diganti
menjadi Lompo atau Gallarrang.
Dongko Daeng Irate.
Beliau
ini adalah salah satu raja Tiro yang paling kontropersial mulai dari asal
usulnya, urutan pemerintahannya, sampai kehebatan diplomasinya.asal usul Dongko
Daeng Irate ada dua versi yang mengatakan beliau orang tiro dan versi yang mengatakan beliau Orang Gowa. Tapi
setelah saya melihat beberapa Lontara Pa’Karaengang Ri Tiro maka Dongko Daeng
ngirate adalah asli Orang Tiro.belum selesai perdebatan masalah asal usul
muncul lagi perdebatan tentang Urutan
Pemerintahan Dongko Daeng Irate. terbagi atas tiga versi yaitu ada yang mengatakan urutan ke
dua,ada yang mengatakan urutan ke tiga dan ada juga ke empat.Urutan pemerintahan
beliau tidak saya permasalahkan namun Kehebatan diplomasinya selaku karaeng atau Raja di Kerajaan Tiro sehingga
Kerajaan Tiro tidak membayar Upeti ke kerajaan Gowa serta Tiro melantik Karaeng
atau Rajanya sendiri.
Kehebatan
diplomasi Dongko Daeng Irate terjadi ketika beliau melamar seorang perempuan
dalam lingkungan kekerabatan kerajaan gowa.Utusan dari Dongko karaeng tiro di
tolak oleh sombaya karena yang di harapkan datang adalah Dongko Daeng Irate
oleh Sombaya.maka pulanglah utusan Dongko Daeng Irate ke kerajaan Tiro.Beberapa
hari kemudian berangkatlah I Dongko Daeng I Rate menghadap ke Sombaya di
Kerajaan Gowa.Sampai di hadapan Sombaya beliau menyampaikan maksudnya melamar
seorang perempuan yang bernama Lomo Daeng Tapa’ja janda dari Karaeng Baroanging.
Sombaya :
“ Lamaranmu saya terima dengan dua syarat yaitu : 1. kamu tidak menjadi lagi Karaeng/Raja di Tiro karena harus
menetap di Gowa. 2. Kamu tidak boleh
kawin lagi. “
Dongko :
“ Maafkan Saya Karaeng,tabe’ ….Banyak karaeng tapi bukan sombaya.apakah benar
Sombaya adalah Manusia yang menjadi panutan dan bijaksana?.... jika benar maka maafkanlah saya jika
menyampaikan juga 2 Permintaan.“
Sombaya :
“ Benar kata-katamu dongko tidak sembarang yang menjadi Sombaya,Apa
permintaanmu ? “
Dongko :
“ maaf Karaeng….saya meminta kebijakan Karaeng selaku sombaya jika saya tidak
jadi karaeng di Tiro maka saya minta supaya Tiro yang merupakan kerajaan kecil
tidak membayar Upeti ke kerajaan Gowa,upeti tiro tidak seberapa dan jika tidak
membayar upeti tidak berpengaruh
terhadap kas kerajaan gowa…..tabe karaeng jika saya dilarang kawin lagi maka
kebijakan selaku sombaya, saya minta dengan kerendahan hati…. agar tiro memilih
dan melantik Karaengnya sendiri,hanya laporan yang di bawa ke kerajaan Gowa.”
Sombaya :
“ Saya terima permintaanmu Dongko dengan ketentuan tepati janjimu dan Tiro
tetap menjadi Kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa “
Dongko :
“ Tabe karaeng….Saya adalah Manusia yang pantang untuk ingkar,jika saya ingkar
maka saya dan turunan saya akan menjadi Budak di dunia dan akhirat. Kerajaan
Tiro tidak akan pernah melepaskan diri dari Kerajaan Gowa “
Setelah Dongko menikah ,maka beliau menetap di Gowa
sampai akhir hayatnya.Kerajaan Tiro akhirnya tidak membayar upeti dan Karaeng
atau Rajanya di lantik
tanpa campur tangan Kerajaan
Gowa. Kerajaan Tiro hanya melaporkan ke Sombaya di Kerajaan
Gowa hasil pertemuan adat tentang Nama
Karaeng/Raja yang akan dilantik serta waktu
pelantikannya.
3.Tiro Saat dan Setelah memeluk Agama Islam.
Seiring
berjalannya waktu maka pemerintahan di tiro silih berganti dengan kisahnya
masing-masing.Saat Launru Daeng Biasa bertahta di Kerajaan Tiro masuklah Agama
Islam yang dibawa oleh Maula Abdul Jawad Khatib Bungsu yang di beri gelar Dato
Tiro.
Masuknya
agama islam dan menjadi agama wajib untuk semua orang di Kerajaan Tiro, merubah
tatanan hidup dan struktur pemerintahan. Kebiasaan lama yang tidak sesuai
dengan syariat Islam di rubah bahkan ada yang dihapuskan/diharamkan diantaranya
Penyembelihan hewan lainnya harus sesuai dengan ajaran agama Islam,babi dan
arak/minuman memabukkan di haramkan,minta hujan di possi tanah diganti dengan
shalat minta hujan dan sebagainya.
Sementara dalam struktur pemerintahan ada
penambahan yaitu kali/kadi,katte,bidala dan doja.
Struktur yang baru ini mengurusi masalah keagamaan seperti : Pembagian harta
warisan,Pernikahan,kematian,Zakat,Pengurus mesjid,pembaca khutbah,tukang Azan
dan sebagainya.Disamping bertugas sebagai ketua keagaaman maka puang Kali/kadi juga diberi
tugas sebagai penasehat karaeng/raja.Setelah dato Tiro mangkat maka diangkatlah
penggantinya yaitu Karaeng A’janggoa sebagai Puang kali/Kadi.
Upacara
adat/keagamaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam diganti bahkan di
tiadakan/diharamkan, Sejarah pengislaman di Kerajaan Tiro akan saya bahas dalam
Edisi tersendiri dengan judul “TU TIRO
DARI TAMMALINO KE TASAWUF”
4.Tiro setelah perang Gowa – Bone
Dampak dari perang
Gowa dan Bone mempunyai dampak langsung dan tidak langsung, dampak tidak
langsungnya adalah perubahan tatanan sosial dan pola pikir masyarakat di
Sulawesi selatan sedangkan dampak langsungnya adalah berubahnya beberapa
tata/struktur pemerintahan di beberapa kerajaan palili seperti kerajaan Tiro.
Setelah perjanjian
bongaya maka tiro diserahkan ke Kerajaan Bone.Kerajaan Bone menambah struktur
pemerintahan baru yaitu sulewatang dan Macoa.Kerajaan Tiro tidak membayar Upeti
ke Kerajaan Bone karena adanya hubungan darah antara Karaeng/Raja yang
memerintah saat itu adalah turunan dari Mangkau di Kerajaan Bone. ( Kakeknya turunan
Karaeng Tiro dan Neneknya turunan Mangkau
di Bone ).
Kerajaan Bone tidak lama
berkuasa di tiro lalu di ambil alih Oleh Belanda.Saat Tiro masuk kedalam
kekuasaan Belanda maka beberapa wilayah dirubah nama pemerintahannya
seperti Gallarang Salobundang berubah
menjadi Kapala Salobundang,Gallarrang Hila-Hila berubah menjadi Kapala
Hila-Hila.
Berikut beberapa Pasang dan Aru dalam Lontara
Pattiroang :
( Disalin dari Lontara Pattiroang yang di Pegang Oleh
Alm.Bapak Andi Bangung DM )
Pasang na I Toa Buru’ne a’tiro ri lino
A’bicarako ri
kalengnu,anggaukang ko ri lino
Sessa ri ati terasa,sannang
ri ati lamma
Pinahangngi ati
pa’tantuna tau a
Kale inni alloa na
pa’nassai sallo’ kalenna ri pa’bojanna
Pilangngeri pasang
ma’linoku
Punna narapi’
hattunna
Punna tala ambua’mi
tara uheya ri possitana,
Ta’timbaji mingka na
tongko kalenna mi possi tanaya
Puang ambai
barumbung,ata a’balla’ bulaeng
Puang sisa’la
pa’kantiangngang,ata angnganre ri panne bulaeng.
Puang a’gau’ ata,ata
a’gau’ tamma Puang
Puang belo belo
a’lino,ata ri lino tamma lino a
Larie’
sallo’ pa’biritta pangngu’rangi ri tau ma’nassaya tau
Larie’
sallo hattunna :
Tala
bijami tau a
Tala
a’kampong mi patanna kampong
Tala
angngittemi ri allona
Belona
lino nihaju bija,patanna ni haju puang
Kahajikang
a’jari kodi na kakodiang a’jari haji’
Sipaka
tau ri kale sikanre ri rara
Bahine
a’nangkala,buru’ne a’pallu
Sannang
ri tallasa,ru’rusu ri pa’mai
Ana’
a’jari puang toa a’jari ata
Tangku minasa mingka
kupasang
Larappai kampongnga
ri tau tamma tau
Lambua I puang sembo
La’puntanai
pa’biritta lamung lamung lanri anre’na pasang tamma lino a’gau’, Tau ma’lino ri
lino tammalino ampinahangngi ri sassang
Puntana garring tala
a’lipa’
Tirere ribuhung
pa’pikatu
Katallassang
ma’nassa na lino tamma lino
Lani lama’ mami
puntanaya
Allo na bangngi
a’kambarami tamma le’leng ri kale’lengang tamma pute ri kaputeang
Bosi ri
tamparang,parallo ri puntana
Pasangku ma’linoa
Pau paungku ripattiroang
Lamminroai panrita pa’pikatu tala make ganrang batu
Lambua I panrita lamung lamung tala make takkang
anrong batara
Lapasimbai panrita possitanaya talia ri pattiroang
Tau a’kale asang ma’lino ri ata na Puang Toa
Lang pue I Tiro ri Puang Toa na I puang Toa na I puang
Toa
Kale ma’nassa kale tala tau
Nyaha ma’nassa kale tala pitau
Tau ri butta Tiro
nyaha ri butta kamase mase
A’nyaha I
Tiro,a’pikatu I kamase masea
Sila’biri ri
pa’linoang,sipanrita ri lino tamma lino
U’rangi pau paungku
Inai ampasi sa’la’I
Tiro na kamase masera
Hassung ri lino,tala
jannang ri lino tamma lino
Punna
jari pasangku
Punna
rie’ja tau ma’lino ri lino tamma’linoa
Laminroi
pa’tongko’na batu ganrangnga na tajangngi ri batu ganrang berua
Hojai
ri possi tana ma’bicaraya
Lamung-lamung
ma’kampong,pa’biritta lamung lamung a’tinro
Pa’pikatu Hulaeng Mapute Tau Possi tanaya
Rie’ lino rilalangna
linoa
Battu ngaseki ri
lino tammalinoa
Kupiassai
pa’linoangnga ri kalenna lino
Katallassang
linoa,belo belo pang ngitte ri ati ma’linoa
Punna nupa’nassai
belo belona lino,sessako
Kacilakang bakka ri
tallasa’na tau tammang ngusse a I sabuttulu’na kajannangngang nga
Pa’tau
rilino,kata’pa’kang ri lino tamma lino
Makkuta’nang
ri para tu tala ngisse
Padongko
ri ati majannang
Simbolengngi
ri pa’mai’ uri-urinu
Pa’nassai
antere ampaka sannangko na ampaka jannangko
Pa’pikatuku manakku
ri ati jannangnga tallasa’na
Gaukangngi,nuhaji
nusa’ring jannang ri katallasannu natamma nyusai ri tau ma’lino
Ako uttei parannu
tau,apilajarako ri atinnu
Ako langngeri bicara
haji’a,appilajarako ri bicara kodia
Pangngu’rangi
ma’nassa kalambusang pa’mai ri tau ma’nassaya tau
Panggaukang ri lino rie ngase hassele’na,punna
tappa’ko ri se’rea jama jamang haji’ gaukangngi
Ako
attajangngi hassele risilalongna
Angngangka’ko bara
api,angngangkang ko so’na,angminnyakki tallasa
Bicarako ri
pa’mai,agioko rikalambusang,tauko rianrong ma’tau a
Tampa’na
pasangku rie ri lino
Paka
lambusui nanu pa’minasai ri atinnu
Pakaci’nongngi
nu a’tete ri ati tamma gengraya
Ma’mole
moleko ri pau pau kalabbirang
Ati tamma
sessa,nyaha jannang ri kasannangngang
Esalai pau pau
kodiya,pikambu ri ati mappikatunu
Pire’muki tanja’
ma’minasanu,pibelobeloi gau tallasa’nu
Ako sassali
tallasaya,a’linoko ri lino tamma lino a
Pasang Kakaraengang
Allo tamma
binyara,Bangngi tamma sassang
Kalompoang tamma
nassa,kakaraengang tamma bai ri barumbung
Possitanaya
ma’kuta’nang,batu kalompoang a’parau ri kala’birang
Palangka nisalai ri
kaporeanna
Ru’rusu bannang kajojang ri cappa pau-pau
Ni taromi
kalompoangnga ri Tiro,nipalimbang ri tau Ma’nassana Tiro
Nipasiama’mi ere
kala’birangnga ri Tiro
Nipa’nassami
karaengmnga ri deppoang batu kalompoang
Sikaliji ambua’ sama
turu’ ni pau
Sikaliji a’sa’ra
sama turu’ ni gaukang
Sikaliji a’lingka
sama turu’ nilapa’ki balena
Karaeng,tau
ma’karaeng
Karaeng,tau ma’ata
Karaeng,kalompoang
ri Tiro
Aruna Tujo tujo na Possi Tana
Tabe Karaeng
Ammentengnga ri
dallekanta,kapammentengang ri tojeng
Amminahangnga ri pau
paunta,a’pitau a ri kalenta
Inakke minni tujo
tujona possi tanana tiro
Tamma ngu’rangi
lino,allingkai mate
Punna kipatau I atan
ta,punna ki pa’nassa kalompoang ta
Ki mappikatu ri
kalambusang inakke langselangngi siri’ta
Tabe karaeng
Kicidongi batu kalompoang
Kipadongko
kabajikang ri ulunta
Punna kijappui
possitanaya,kipoto’I pasangna I puang toa buru’ne ri Tiro
Kipa’se’rei ri
panggaukang
Inai angsa’sali
kakaraenganta
I nakke lampasiama’I
butta lambu lambuang
Inakke minni Karaeng
Atanta ri dasere
bu’bukangnga
Kupalapi’kalengku,kusahung
nyahaku,kupau lalang babata,kugio’ ri pammula paunta
Karaeng malompo
kipammo’porangnga
Kipa’lumu
atinta,kipina’na’ ri toli alusu’ta
Pau paungku
kupa’nassai ri panggaukang
Pau pau iya mintu
siri’
Punna tangku cidongi
paungku,punna tangku pa’nassai gau’ku,punna badikku a’kanre boko
Tala tallasa a ri
puntanaya,tala nyaha a ri anging,talia lino pa’linoangku
Oh Karaeng,sikali
karaeng tarrusuki karaeng
Punna atantaji
kikaraengi natala karaengngi kalenta
Punna pasang kodita
ji manjari tala kirappung pasang kakaraengangnga ri Tiro
Punna dakka tansi
ruppata atantaji sangnging annaba
Inakke
lampikaraengiki ri poke paladang,ampi bombokiki badik tanna kanre asang
Kupa’jariki ata ri
kalompoanta
( Tujo Tujo adalah Pasukan berani Mati yang membela
kebenaran )
Aru Untuk Menjemput Tamu :
Tabe ki
pammo’porangnga
Kipadakka bangkenta
Kipalisa’cinnata
Kipa’nassa
pangngitte ta
Kula’biriki ri nyaha
ma’lino na tamma linoku
Kupala’ alompo I
dalle’ta
Kusulengka ri
dallekanta
A’pikatu ri pammentengan
Na tarimaki butta
tiro
Nakala’biriki
pattiroang
Kusareki
katallassang ( Ditaburi Beras )
Kupadongko ki Ri
La’biri Tamma’Tappu ( Di Kalungkan kain/Sarung
)
Catatan :
Di taburi beras bermakna makan/minumnya di tanggung dan
di kalungkan sarung bermakna keselamatan/keamanannya di jaga.makna lainnya
yaitu :
1.
Jika anak ti’no atau tamu yang diagungkan maka akan
ditaburi beras empat jenis warna yaitu Merah,hitam,putih dan Kuning serta
dikalungkan empat Jenis kain/ sarung berwarna merah,hitam,kuning dan putih.
2.
Jika bukan anak ti’no ( darah Biru asli ) maka akan
ditaburi beras hanya satu jenis/satu warna yaitu putih dan dikalungkan sarung
satu lembar berwarna putih.
3.
Jika orang tersebut pernah membuat kesalahan terhadap
Karaeng atau Rakyat Tiro maka akan di
taburi beras hitam dan di beri kain warna hitam.
4.
jika tidak di taburi beras dan tidak di kalungkan
sarung berarti tamu tersebut tidak diharapkan untuk datang.
5.
Aru ini dipakai untuk menjemput karaeng dan
keturunannya serta menjemput tamu kerajaan.
Tu Tiro
dari Tamma’lino ke Tasawuf
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat Tiro,pola
kehidupan diatur oleh kaidah kaidah ( Pasang ) yang diterima oleh nenek moyang
serta dengan sendirinya dianggap berlaku terus.Tradisi yang berlaku dalam
masyarakat sangat mapan sehingga sangat memperkuat keseimbangan hubungan
hubungan sosial,yang kesemuanya itu menimbulkan rasa aman dan tenteram dengan
kepastian yang dihadapi. Oleh karena itu tradisi dihargai sebagai nilai
tersendiri yang tinggi,perlu di pertahankan,bahkan dianggap suci oleh karenanya
harus di hormati.moralitas dalam kehidupan berdasarkan prinsip prinsip/kaidah
mereka dengan sendirinya menciptakan konservatisme,dukungan kepada status quo
dan semacam defens mechanism untuk mempertahankan diri.setiap penyimpanan dan
perubahan di pandang buruk,sanksi yang berlaku sangat ketat sehingga efeknya
sangat luar biasa.
Peneliti arkeologi telah
membuktikan bahwa corak bangunan peninggalan prasejarah pada hakekatnya sama
cuman di pengaruhi oleh variasi variasi lokal.bangunan megalitik ada di Tiro yaitu :
1. Batu tempat duduk Tu manurung I Toa Buru’ne
yang kemudian dijadikan tahta untuk melantik Raja,
2. Possi
tana Pattiroang yaitu Batu yang di susun mengelilingi lubang, merupakan tempat
keluarnya isteri I Toa Buru’ne yang bernama Hulaeng mapute bunga biraeng na
Possi tana, di jadikan tempat untuk upacara minta hujan.
3. Pa’laharrang
bahi a adalah tempat yang disakralkan juga karena disanalah Panrita
lamung-lamung pertama kali menginjakkan kakinya di bumi dan membagi bibit
tanaman.sebelum Agama Islam masuk di tempat ini sering diadakan acara A’lahara
bahi ( masakan khusus orang Tiro dengan bahan utamanya kelapa parut dan daging
babi ). Acara ini di langsungkan saat musim tanam,panen dan gagal panen.
4. Batu
Ganrang adalah batu yang berbentuk gendang. Di tempat ini Panrita Pa’pikatu
akan memukul gendang tersebut sebagai tanda pelantikan / meninggalnya raja Tiro
atau Kajang, ada wabah Penyakit di Tiro atau Kajang dan ada musuh yang
menyerang tiro atau kajang.
Peneliti antropologi yang mempelajari
tradisi jaman megalitikpun menyimpulkan bahwa kehidupan jaman megalitik adalah
sama diantaranya : pemujaan nenek moyang ( Roh ) dan geneologi,ritus kesuburan
dan kemakmuran,pengorbanan hewan dan sebagainya demi keselamatan arwah dalam
dunia akhirat.
Asfek keagaamanlah yang paling
berpengaruh dalam kebudayaan bangsa kita.irama kehidupan masyarakat ditentukan
oleh ajaran agama masing masing kelompok. Pada umumnya karya karya besar dari
masa lampau seperti bangunan,menulis,mengukir/memahat,melukis,musik dan tari
mempunyai fungsi keagamaan atau ekspresi dari keagamaan.
KEPERCAYAAN
DAN KEYAKINAN TU TIRO
Kepercayaan berasal dari kata
percaya artinya mengakui
kebenaran.sementara untuk mengakui kebenaran tentang suatu hal yang gaib
amat sulit untuk dibuktikan,tapi kepercayaan di pengaruhi oleh
pribadi,situasi,kondisi dan lingkungan.
Keyakinan berasal dari kata yakin artinya teguh
tentang sesuatu.keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat
ia merasa benar.keyakinan inilah dasar untuk menganut kepercayaan atau agama.
Tu Tiro jika di jabarkan : Tu
berasal dari kata Tau yang berarti orang/manusia,Tiro berarti melihat atau
memandang tapi penempatan Tiro dalam hal ini adalah tempat / kampung di Kab.Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.
Makna dari kepercayaan dan
keyakinan tu tiro adalah suatu faham yang dianut dan di jalankan oleh orang
orang orang yang hidup dalam wilayah
kerajaan Tiro. Sebelum saya membahas terlalu jauh, sebaiknya lihat tulisan
sebelumnya ( Tiro dari I Toa hingga Karaeng ) Dalam tulisan tersebut saya telah
memaparkan tentang Asal mula dan berbagai hal tentang Tiro. Kepercayaan dan keyakinan Tu Tiro di
sebut Tamma Lino.
TU LINO
TAMMA’ LINO
Setiap bahasa mengandung Arti
yang kadang Maknanya butuh penjabaran sesuai dengan perangkai atau
penempatan kata hingga jadi Kalimat. Kata Tu Lino Tamma’lino Adalah
ajaran/Kepercayaan Orang Tiro Sebelum Agama Islam masuk di Kerajaan Tiro. Dalam
Pemenggalan Kata Maka : Tu dari kata tau ( bahasa konjo ) adalah Manusia , Tamma’ ( bahasa Konjo ) adalah Tidak/Tanpa
dan Lino ( bahasa Konjo ) adalah Dunia / Alam,. Jika di jabarkan maka Tu Lino
Tamma’lino adalah menempatkan diri sebagai manusia di atas bumi ini sehingga
kita mengetahui alam akhirat.Hakikat dari faham ini adalah berperilaku yang
baik sehingga kita mampu menjadi penghuni akhirat yang mapan.Kepercayaan
ini mengurai tentang :
1.Tulino.
yaitu
manusia yang hidup di muka bumi ini.dalam keyakinan ini,Mereka harus
mengetahui manusia itu siapa dan
bagaimana mereka bertingkah dalam kehidupan.
Berikut PASANG TULINO Lontara Pattiroang
:
Ni pa’nas sa
I tallasa ya.
Na ni
pa’lino nu ni pi sa’ring nga
Ni pa’se’re
lalang tau
Tamma lino
a’pau
Tu ma’lino
a’gau’
Punna si
sa’la’I talla sa ya
Tamma ni
uppa katal lassang nga
Ako jo ja I
ri nu utte a
Tala rie
tallasannu
Tamma pi
sa’ring pa’pikatu
Tamma lurang
sannang
Tamma sare
ru’ru su
Punna rie nu
tala maka ya….dallekang ngi
(MAAF SAMBUNGAN TULISAN INI SAYA
TIDAK TULIS SAAT ITU KARENA BERISI MANTERA YANG BERANEKA RAGAM MANFAAT DAN KEGUNAANNYA,DIANTARANYA
: MANTERA SANTET,ANTI BESI,ANTI API,ANTI
Batu dsb)
Punna tama’
I , minro ko
Punna sulu i
, pan tama’ i
Terasa nu
tamma terasa
Alusu nu
Paka Terasa
Tann ni It
te mingka ni pisa’ring
Pa’na’Sa i.
ARTINYA/MAKNANYA
:
Uraikanlah Makna dari hidup
Syukurilah segala sesuatunya
Manusia itu harus giat berusaha
Yakinlah sebagai mahluk yang di cipta
Tuhan telah memberikan jalan
Jangan pernah berbuat yang di benci oleh Sang
Pencipta
Jika kau telah mampu mengetahui arti hidup
Janganlah jadikan hidup sebagai yang utama
Jangan pernah
takut dengan kenyataan…jika kau mau tenang
Yakin dan yakin….jangan kau ragu
Jika kau takut dengan dunia dan ragu dengan akhirat
Maka kau tidak akan mengetahui jalan kekekalan
Hadapi masalah , jangan takut…..
2. Tamma’ Lino.
yaitu Alam yang mampu di jangkau oleh batin/jiwa.
Mereka yakin bahwa Alam ini mempunyai kekuatan yang tidak nampak. jika kita mampu mengelolah Alam
ini dengan baik, maka kita akan mampu mengetahui Tempat / kehidupan Tamma Lino ( Akhirat ).
Berikut Kutipan PASANG TAMMA LINO dari Lontara
Pa’tiroang :
Anre tau ri
tau tam ma tau
Tamma lino
ri lino nanu a’lino tamma lino
Jarre’ ri
tappa’,amman tang ri nyaha,nigaukang ri batang kale
Battu raha
ko a’boja,na battu rate ko a’tangara
Angngitte ko
nu anre
Alang ngere
ko na nu bongolo
Ang ngara ko
nanu tamma nya ha
A’bicarako
nanu baba lihu
Anggalle ko
nu tamma lino a
Jappui nana
jappui ko.
ARTINYA/MAKNANYA
:
Kenalilah manusia seutuhnya
Jangan pandang keabadian dunia hingga kau mengerti
hari Akhir
Teguhkan keyakinan di dalam jiwamu dan lakukanlah
dalam kehidupan nyata
Renungkan arti hidupmu dan carilah tujuan akhir
Melihatlah untuk mengenal ciptaanNYA
Dengarkanlah suara
hatimu
Jangan bicara penuh kesombongan,Diamlah untuk
mengkaji segalanya.
Jangan ragu….Yakinlah pada Sang Pencipta.
3. Tu Tamma’ Lino.
Tu Tamma lino adalah Yang menguasai kehidupan di
dunia dan akhirat. Jika batin sudah bersih, maka keyakinan kian erat disanalah
letak Tu Tamma Lino. Jika di Kajang di Kenal dengan Tu ma rie’ a’ra’ na maka di Tiro di kenal dengan nama Tu Tamma Lino. Ke duanya bermakna sama
yaitu TUHAN.
Berikut Kutipan PASANG TU TAMMA’LINO
dari Lontara Pattiroang :
Apamo na
tanni hoja i
Nana lappasa
kaleng na,Na pa’ se’re ri tu ma’lino
Na pi boko
ngi bokong pa’nassa
Ni
pasisambung ka tappa’
Ni itte ka
lambusu
Ni langngere
ka kamase mase
Ni gaukang
ka nu rie’
Ni pau tamma
sa’ra
Artinya / Maknanya :
Cari dan kenalilah Pencipta
Karena keinginannya sehingga kau hadir di dunia
Hidup ini adalah milikNYA
Keyakinanlah yang akan mengenalnya
Jujurlah dalam menjalani hidup
Tapakkur dalam menghadapi masalah
Yakinlah bahwa Tuhan itu ada
Keyakinan itu di hati.
UPACARA
KEPERCAYAAN
Tiga hal pokok diatas yaitu Tu
lino,Tamma lino dan Tu Tamma lino adalah dasar dasar keyakinan dari Orang-orang
Tiro Sebelum memeluk Agama Islam. Menurut mereka,Berdosalah bagi Orang-orang yang tidak melakukan Upacara
A’kuraring = di maknai Shalat, A’kamase = Dimaknai Puasa, A’ngammalla = Zikir
dan A’Pa si ama’ = menyatu dengan pencipta.
a. A’kung ra ring
Upacara ini dilakukan di tempat tertentu seperti Tiang rumah ( benteng
tangnga ) dan Palangka ( sesajen yang di taruh di atas loteng Rumah ).Tata cara
a’kung ra ring adalah dengan duduk bersila,menghadap ke tiang rumah atau
palangka,membakar kemenyan dan sesajen.setelah itu orang tersebut akan
melafalkan suatu mantera. Jika orang yang melakukan telah melihat penampakan
dirinya secara utuh di depannya,maka upacara itu di anggap telah di terima oleh
TU TAMMA LINO ( TUHAN ).
b. Ang ngam mala
Upacara ini bisa dilakukan dimana saja tempat yang dianggap bagus.tata
cara ang ngam mala adalah dengan duduk bersila, membakar kemenyan dan
melafalkan suatu mantera.A’ngam malla bertujuan untuk menyeimbangkan jiwa dan
raga.Jika sudah ada pusaran angin yang panas kemudian jiwa telah merasa tenang
maka upacara ini di anggap berhasil.
c. A’ka mase.
Upacara ini dilakukan dengan tidak makan dan minum, tidak melakukan
hubungan suami isteri serta tidak merusak alam.Tata cara upacara ini dilakukan
dengan menutup diri dari kehidupan dunia ( bertapa )dan baca mantera. Puasa ini
di mulai saat menjelang malam dan di tutup saat waktu menjelang malam esok/lusa
(mereka wajib melakukan 24 jam),jadi
mereka tidak mengenal buka puasa seperti
Agama Islam. Jika dalam Agama islam Puasa di Bulan Ramadhan selama satu
bulan,tapi a’kama se tidak mengenal jangka waktu.Mereka akan melakukan semampu
mereka ( bisa diatas 30 hari bahkan seumur hidup dengan ketentuan 1 x 24 jam di hitung 1 X ).
d. A’pasi ama’.
Upacara ini dilakukan setelah kita melakukan ke tiga Upacara tersebut
diatas.Upacara ini dilakukan di Possitana dan Batu ganrang. Tata cara upacara
ini adalah dengan duduk bersila,membakar kemenyang,sesajen ( harus lengkap nasi
3 jenis,daging Hewan berkaki 4 kambing,babi dsb.serta sayurannya ) dan melafalkan mantera. Orang yang melakukan
Upacara ini akan berhenti jika telah melihat tubuh mereka dalam 5 bentuk
warna yaitu :
1.
Berwarna merah dianggap api
2.
Berwarna hitam dianggap angin
3.
Berwarna coklat dianggap tanah
4.
Berwarna putih dianggap air
5.
Berwarna kuning dianggap sempurna.
Catatan :
( Mantera A’kuraring, Ang ngam mala, a’ ka mase dan A’
Pasiama beda satu sama lain namun tidak saya catat,konon jika di ucapkan tanpa
upacara seperti di atas akan mengakibatkan gila).
Pandangan hidup orang tiro
dominan mengarah kepada mistik atau kebatinan.kehidupan di dunia ini merupakan
bagian kecil dari kehidupan yang sesungguhnya ( Keabadian di akhirat
).Sikap,gaya hidup dan banyak aktifitas yang mereka lakukan adalah menerima kodrat
dengan berusaha,berdoa,tidak merusak alam dan isinya serta tidak mengejar harta.bagi mereka harta bukan milik
sepenuhnya itulah yang menyebabkan dalam tata bahasa konjo tiro,kata kepunyaan
jarang di pakai. Contoh yang sering di pakai dalam bahasa konjo tiro :
bembe a = bembe adalah kambing, a adalah kata penjelas milik bersama.penempatan
kata yang benar dan tepat seharusnya bembe
ku atau bembenu yang berarti kambingku atau kambingmu.karena kata ku( saya
) dan nu ( kamu ) dianggap pamali/dosa
jika di pakai untuk harta atau menyalahi faham orang tiro, maka kata ku dan nu
jarang/tidak di pakai. namun hal ini tidak serta merta harta tersebut bisa
diambil/di miliki oleh orang lain sekehendak hatinya. Jika harta tersebut ingin
dimiliki oleh orang lain, maka orang tersebut harus izin kepada pemiliknya.
Harta yang di minta tersebut harus di pergunakan sebaik-baiknya,apabila tidak /
melanggar maka akan di kenakan sanksi masyarakat yaitu tidak boleh lagi meminta
barang orang lain. Ada juga hak milik merupakan kepunyaan sepenuhnya seperti
istri/suami. Hal ini tidak boleh dipinjam dan hurup /kata penjelas A tidak
berlaku tapi kata/hurup penjelas ku/nu yang di pakai.
Salah satu alasan Maula Abdul
Jawad khatib bungsu menyiarkan agama islam di tiro karena konsef faham yang
sama antara faham orang tiro dan ajarannya yaitu tasawuf.
Upacara adat tu tiro Sebelum Islam
1.
A’
Paka limbu’ ( Ilmu kanuragan )
A’ paka limbu dalam bahasa konjo berarti menyelimuti , namun maknanya
adalah membentengi diri dengan ilmu kanuragan.hal ini dilakukan jika seorang
anak laki-laki atau perempuan dianggap telah dewasa. Tata cara pelaksanaannya
berbeda-beda :
a)
Menurut
jenis kelamin,
b)
Menurut Ilmu yang akan diberikan,
c)
Menurut orang yang menjadi panrita / sandro (
guru/dukun ) yang melakukannya.
Dalam upacara ini, ada ilmu yang sifatnya wajib untuk dikuasai seperti
Santet dan Anti Santet , Silat dan anti senjata ( Wajib hanya untuk laki-laki,
perempuan hanya bersifat sunnat ) , Pa’ta rile garring ( pengobatan Penyakit )
dan pa’boja hattu ( ilmu yang menetapkan hari hari yang baik untuk melakukan
sesuatu ) . Jika yang wajib sudah di kuasai, maka ilmu-ilmu lainnya akan
diberikan sesuai keinginan individu masing – masing.
2.
Pa’
buntingang ( Upacara Pernikahan )
Upacara pernikahan dilakukan dalam beberapa sesi yaitu A’Pallante (
lamaran tidak resmi hanya menginformasikan kepada pihak keluarga perempuan,
jika mereka setuju maka akan di tetapkan waktu lamaran resmi ). A’suro ( lamaran yang sifatnya resmi, di
dalamnya di bicarakan tentang mahar dan kelengkapan acara pernikahan dan waktu
pernikahan ) A’sambe ba’ra’ ( sebelum waktu pernikahan maka malam harinya sebelum hari H diadakan
acara ini,yaitu pihak laki – laki mengunjungi rumah mempelai perempuan
begitupun sebaliknya. Mereka akan membawa bedak khusus yang di pakai oleh
pengantin dan beberapa bahan-bahan
lainnya ). Pa’nik ka ( acara pernikahan di lakukan oleh kakek atau orang
tua pengantin perempuan, jika tidak mampu atau meninggal maka akan dilakukan
oleh Panrita / Sandro MA’LINO. Pernikahan ini dilakukan dengan menghadapkan
kedua mempelai ke Benteng tangnga / Tiang rumah yang dianggap Sakral seperti
pernikahan orang cina tapi terlebih dahulu di adakan pembacaan mantera oleh
Panrita/Sandro MA’LINO ). A’Pang tama Ri Bili ( membawa pengantin laki-laki ke
ranjang peraduan dilanjutkan a’pasi rusa’ yaitu pengantin laki-laki telah
dihalalkan untuk menyentuh pangantin perempuan ). A basa ( yaitu
mengunjungi rumah pengantin perempuan
dengan membawa peralatan tidur dan peralatan makan ) Bang ngi matoang / bang
ngi Tallu bangngi ( Dilakukan 3 hari setelah pernikahan dengan mengunjungi
rumah pihak perempuan dan di balas oleh pihak perempuan ke rumah
laki-laki/suaminya ).
3.
A’ta
ruru’ ( syukuran kehamilan )
Upacara ini dilakukan kepada perempuan yang hamil anak pertama. Makna
upacara ini adalah ucapan syukur kepada sang pencipta yang telah memberikan
rejeki dan berdoa agar proses persalinan berjalan normal. Upacara ini dilakukan oleh dukun Ma’lino
dan Dukun beranak. Dukun ma’lino akan
mebaca mantera di depan tiang rumah dan dukun beranak akan memijat perut
perempuan hamil tersebut sebagai
rangsangan agar saat proses melahirkan berjalan lancar.
4.
Pa
dakka. ( Syukuran Balita Mulai Jalan )
Upacara yang ini dilakukan saat anak balita sudah berjalan,balita
tersebut akan di buatkan kue tradisional ( dumpi Eja ) yang akan di usung oleh balita
tersebut sambil berjalan.
5.
Ambaung
balla’ dan an tama’ balla’ ( syukuran membangun rumah / Masuk Rumah )
Saat orang tiro membangun rumah panggung maka akan di panggil dukun
untuk melihat arah Rumah , Bahan-bahannya ( jenis dan model kayu ) serta hari
yang baik untuk membangun rumah tersebut.Saat semuanya telah lengkap biasanya
dimalam sebelum hari H akan diadakan upacara Possi balla ( Pusat Rumah /
Benteng Tangga ), Possi balla atau Benteng tangga adalah Tiang rumah yang di
sakralkan.Tiang rumah ini biasanya berbeda besar dan bentuknya dari tiang rumah
lainnya.Tiang rumah ini akan di beri kain putih,buah kelapa,pisang satu tandang
dan beberapa peralatan lainnya yang di taro dalam kendi.Prosesi selanjutnya
dukun akan membaca mantera setelah itu akan memercikkan air di setiap tiang
rumah tersebut.keesokan Harinya semua tiang Rumah tersebut mulai di bangun.
Jika rumah tersebut telah selesai maka akan dilanjutkan Upacara An’Tama
Balla’ ( Masuk/mendiami Rumah ). Malam hari sebelum hari H maka akan diadakan
pemberian sesajen di tangga rumah dan tiang tengah ( benteng tangnga ). Upacara
ini di pimpin oleh dukun dengan mantera khusus ( Doa agar yang punya rumah di
beri reseki yang melimpah ).sesajen ini berupa daging ayam atau kambing yang
telah di masak,nasi ketan 3 macam yaitu putih,merah dan hitam,daun sirih,rokok.
Di tambah sesajean untuk palangka ( di
simpan di atas loteng rumah / lumbung penyimpanan hasil pertanian ). Saat hari
H keesokan harinya acara makan bersama keluarga,tetangga dan handai taulan.di
samping itu ada acara makan di tangga rumah khusus untuk anak-anak.
6.
A’
pang Tama ri tamma’ Lino ( Upacara
Kematian )
Upacara adat ini adalah upacara kematian.sebelum mayat di kubur di
gua/liang batu atau tanah maka akan diadakan acara A’rengung.acara ini dilakukan dengan menangis sambil mengucapkan
segala kebaikannya saat almarhum/almarhumah hidup.mereka percaya, ini merupakan
doa agar Almarhum/almarhumah di terima dengan baik oleh Tu tammalino.mayat akan
di beri pakaian yang lengkap,di tambah dengan aksesoris seperti
kalung,gelang,penutup kemaluan. untuk laki-laki di beri badik,parang dan
tombak. Disamping Peralatan diatas ada juga peralatan wajib untuk dikubur
bersama mayat yaitu peralatan makan dan peralatan lainnya sesuai dengan profesi
mayat tersebut ketika hidup di dunia.Posisi mayat saat dikuburkan duduk dan
menghadap kelaut. Setiap tiba waktu makan maka
keluarga orang yang meninggal tersebut akan akan membawakan makanan dan minuman ke
kuburan. Hal ini dilakukan selama tujuh hari. Mereka yakin bahwa orang yang
meninggal tersebut belum mampu untuk mencari makan sendiri di Tamma lino (
Akhirat ).Jika telah lewat tujuh hari maka mereka akan menaruh makanan tersebut
di palangka/anrong batara,karena makanan tersebut akan di kirim lewat kurir
yang di utus oleh Tu Tamma lino.hal ini berlangsung sampai Dua bulan lamanya.Selanjutnya
makanan dan minuman akan dikirim jika ada orang sakit,pesta perkawinan dan
pesta panen.
Saat
agama islam dianut oleh masyarakat Kerajaan Tiro,maka beberapa upacara adat ini
di rubah bahkan ada yang di haramkan atau di tiadakan sesuai dengan konsep
agama Islam. Upacara adat yang masih bertahan seperti : Pa’buntingang (
Pernikahan ) , A’Taruru’ ( Syukuran kehamilan ) , Ambaung Balla’ / Antama’
Balla’ ( Syukuran Masuk Rumah ), Pa dakka ( Syukuran Bayi mulai Jalan )
ditambah dengan upacara wajib dalam agama islam yaitu Acara Aqiqah kepada semua anak yang lahir dan
Pengislaman kepada Anak laki-laki.
PENGISLAMAN KARAENG TIRO DAN
RAKYATNYA.
Tak terhitung berapa kisah yang
terangkat dari Dato tiro dengan Syiar islamnya.Mulai dari Perebutan wilayah
antara Dato tiro dan Dato ri bandang ,menurut saya tutur ini di plesetkan atau sesat, “ Tidak ada Waliullah yang Adu Ilmu kesaktian hanya untuk memperebutkan
Wilayah, kecuali waliullah tersebut melanggar atau sesat “.
Berikut kutipan Buku Puang Dato Tiro
maula abdul jawad khatib bungsu
Bismillahi rahmani rahim
Simpore pore
na Karaeng Tiro Joja ji tallasa’na
lanri so’nangna na itte tau baju
pute angngambiang bulang na mata allo
Allayang ngi mata allo a na
bulang nampa na paiti
Apaumi Karaeng Tiro
Baju pute labattu ri kampongnga
Tajangngi ako sa’bui ri nakke
Sibulang ngi pa’tajangngang na
karaeng tiro
Na ambua mo tau baju putea
Na pa’nassa limbua ri
pa’sambayangnga lohoro
Na battu mo pasang ma’nassa ya
Na ni mangei mo tau baju putea
ri karaeng tiro
Si bicara ri bating si pisesseki
ri kale
Kaluku ni jo’jo tamma piassai
Kaluku ni pajukku a’panassa
pa’linoang
Bayao ni susung tamma pi tappa’
Bayao ni alla’ki ma’bicara
kalompoang
Ere ni pasomba tamma siana’
Ere ni hassi ri abang na
buhungang
Ambibi karaeng tiro
Ni pasomba lalang buhung
Syahadat ma’binyara ri nyaha
Ruang bulang ni pacidong lalang
tappa’
Tamma bua’ tamma gio ri
kaci’nongang ere la’bua
Ni je’ne ki batinna ni pa’batu
kalenna
Ni pi ada’ki erang sambayang
iyamiantu
( maaf Berisi pembahasan Tasawuf Dato Tiro )
Erang sambayang ni jappui Korang
ni pa’nassa
Allo juma’ na ni pa kasallang ngi karaeng tiro Launru Daeng Biasa…
Ruang bulangngi attareka ni pasiama ere
Tamma bua’ ri ere nanatarima erang sambayangnga
Puang Dato tiro a’baung balla’ kasalamakkang
A’sere I tu panrita,tubarani na tu tiro a a buku ri ulu buhungnga
Pambuakangna battu ri buhung nga na a’sambayang subuh I karaengnga ni
imangngi ri Puang dato
Na pa’sere mi sikunjo rupa tau nipaka sallang ri allo na juma’
Nani baca mopammula khatuba
sambayang juma na pa’maudukangnga ri
Tiro injo allo a
(Buku Puang Dato tiro yang di pegang oleh
Orang-orang yang menjabat Kadi di Tiro )
( Buku
karangan / tulisan tangan puang Dato Tiro berhuruf arab gundul berbahasa konjo )
Launru Daeng Biasa adalah
karaeng atau raja Tiro yang mumpuni dalam ilmu kanuragan. Keperkasaannya tidak
diragukan lagi, namun di balik keperkasaannya itu beliau adalah manusia biasa
yang punya rasa gelisah.hal ini
berlangsung satu bulan sebelum kedatangan Dato ri Tiro.kegelisahan Launru Daeng
Biasa adalah mimpinya tentang Bulan dan Matahari yang di pegang oleh seseorang
berbaju putih.Dalam mimpi itu Orang berbaju putih memegang matahari dan bulan
kemudian memutarnya seperti mainan. Mimpi ini selalu menghiasi setiap matanya
terlelap. Launru Daeng biasa mengetahui bahwa mimpi ini akan menjadi kenyataan.
Sebelum orang berbaju putih datang Launru daeng biasa telah mengeluarkan pengumuman
kepada rakyatnya.
Ketika Orang berbaju putih
menginjakkan kakinya di wilayah kerajaan Tiro. Beliau mendarat di pantai Limbua
( wilayah Hila-hila ibukota Kec.Bontotiro ). Saat itu menjelang waktu
shalat,karena tidak ada air tawar untuk wudhu, beliau memperlihatkan kesaktiannya dengan membuat
sumur,sumur tersebut dibuat dengan manancapkan tongkatnya ke tanah.sumur itu di
beri nama Limbua yang berarti awal /permulaan.
Berita tentang kesaktian orang
berbaju putih ini sampai ke telinga Launru Daeng Biasa, kemudian beliau mendatangi
Orang berbaju putih itu. di sebuah lembah di kaki bukit bertemulah Launru Daeng
Biasa dengan orang berbaju putih itu.
Baju Putih
: “ Assalamu alaikum ya Karaeng Tiro dan
seluruh penghuni Alam”
Karaeng Tiro : “ Apa yang kau katakan…….Kamulah yang telah mengganggu Tidurku,Siapa
Kamu ?”
Baju Putih : “ Saya mendoakan Karaeng beserta Penghuni kerajaan Tiro…Nama Saya
Maula Abd.Jawad Khatib Bungsu.”
Karaeng Tiro : “ Apa Kepentinganmu datang kemari….? “
Khatib Bungsu : “ Saya adalah manusia yang di beri tugas untuk menyiarkan Agama
Islam.”
Karaeng Tiro : “ Apa itu Islam…? “
Khatib Bungsu : “ Islam Adalah Agama yang di bawa oleh rasulullah muhammad SAW.dst “
( Maaf Percakapan
berikutnya tidak saya Tulis Karena Bersifat Tarikat/Rahasia )
Hingga Khatib Bungsu Berkata : “ Akan ku ikuti Agamamu jika kau mampu
mengalahkanku adu Ilmu kesaktian,tapi kalau kau kalah tinggalkan wilayah
kerajaan Tiro “.
Karena dipaksa akhirnya Khatib
Bungsu melayani keinginan karaeng Tiro.Mereka sepakat,yang mendapat kemenangan
3 kali itulah juara.
Karaeng tiro mengeluarkan kesaktiannya dengan
menunjuk satu pohon kelapa,semua bunga dan buah Pohon kelapa yang di tunjuk
oleh karaeng Tiro jatuh berguguran ke tanah.
Khatib
Bungsu : “ Maaf Karaeng, Hal ini
merusak pohon kelapa dan pemborosan, kelapa sudah tidak akan berbuah karena
bunganya sudah berguguran “.
kemudian Khatib Bungsu melambaikan tangannya ,pohon
kelapa yang di tunjuk tersebut sujud mandekati Dato Ri Tiro
Khatib
Bungsu : “ Silahkan Karaeng memetik/
memilih buah yang di kehendaki “. (
Hal ini bermakna Dalam hidup carilah sesuatu sesuai kebutuhan ).Karaeng
Tiro mengakui kekalahannya.
Kemudian Karaeng tiro Menyusun telur,telur yang
tersusun tersebut secara vertikal melayang diatas tanah.
Karaeng Tiro
: “ Bagaimana dengan ini khatib Bungsu,mampukah kamu melakukannya “
Khatib
Bungsu : “ Semoga saya Bisa
karaeng..saya Coba dulu “
Khatib Bungsu menyusun telur tapi telur itu tidak
rapat atau mempunyai sela , kemudian memutarnya model pertikal dan horisontal
dalam posisi melayang diatas tanah. (
makna dari sela/antara tiap telur yang tersusun itu adalah keyakinan itu tidak
nampak namun keyakinan adalah kekuatan
yang amat dahsyat ). Karaeng Tiro mengaku kalah lagi untuk yang kedua
kalinya.
Kemudian Karaeng Tiro menyuruh Prajurit dan
masyarakatnya untuk mengumpulkan kayu bakar dan membuat api namun di cegah oleh
Khatib Bungsu….
Khatib
Bungsu : “ mohon maaf Karaeng,kita pakai Air saja…..karena api dan
air pada hakikatnya sama.”
Usulan Khatib Bungsu Di setujui oleh Karaeng Tiro.
Karena di Tempat itu tidak ada air Maka Khatib Bungsu menancapkan tongkatnya ke
tanah di ujung tongkat itu keluarlah mata air, kemudian Khatib Bungsu menghela
tongkatnya sehingga jadilah sumur yang menyerupai sungai. Sumur itu di beri
nama salzabilah wal jabilaj Al kautzar
tapi dikenal oleh masyarakat Tiro dengan Nama Buhung La’bua / Sumur
Panjang.Kemudian Karaeng Tiro turun ke sumur itu,namun karaeng tiro tidak basah
bahkan Air itu menjauh sekitar satu
meter dari badannya.
Karaeng Tiro
: “ Bagaimana khatib bungsu,inilah
inti dari segala ilmu…Api,Angin,Tanah dan Air bisa saya perintah.”
Khatib Bungsu kemudian turun juga ke sumur itu,tapi
anehnya diapun tidak basah bahkan berjalan diatas permukaan Air itu.
Khatib
Bungsu : ” Api,Angin,tanah dan Air
itu bukan musuh manusia,tetapi sahabat.Ilmu Karaeng bermusuhan dengan ke 4
Sumber kehidupan itu.Maaf karaeng,”
Khatib bungsu
Berjongkok sambil mengambil air ke ujung jarinya lalu memetikkan jarinya
sehingga air tersebut mengenai dahi dan ubun-ubun karaeng tiro.
Saat itu Karaeng Tiro menggigil Dan Mengaku kalah,
Menggigilnya karaeng tiro adalah pembersihan batin dari ilmu ilmu sesat yang di milikinya. Kemudian karaeng
Tiro di islamkan.
Khatib
Bungsu : “ Ikuti Kata-kata Saya
Karaeng….Ashadu Allah Ilaha Illallah….”
Karaeng Tiro
: “ Ashadu allah hila-hilallah ….” ( dari Pengucapan Syahadat Karaeng Tiro yang
salah sehingga tempat pengislamannya di beri nama Hila-Hila ).
Pengucapan syahadat ini di
pelajari oleh Karaeng Tiro selama dua bulan di dalam di dalam Air/ sumur. Saat
Karaeng Tiro di dalam sumur, maka prajuritnya membantu Dato ri Tiro untuk
membuat Masjid di atas bukit.Seminggu kemudian Hari Jum’at subuh beretepatan dengan Maulid Nabi Muhammad,
Karaeng Tiro berhenti menggigil,beliau lalu
telah faham apa itu syahadat , Shalat dan dzikir serta beliau langsung
tahu membaca Al-Quran. Setelah shalat
subuh, di kumpulkanlah rakyat tiro dan di perintahkan oleh karaeng tiro untuk
memeluk agama islam,pengislaman secara massal itu di tandai dengan pengucapan
syahadat secara massal. Kemudian Hari Jumat itu Di lakukan Shalat Jum’at dan Maulid untuk
pertama kalinya di Kerajaan Tiro. Masyarakat Tiro di Islamkan Pada Hari Jumat
Tanggal 29 Juli 1605 atau 12 Rabiul Awwal 1014 Hijriyah.sementara karaeng Tiro
di Islamkan pada 27 Mei 1605
Sesuai dengan Pasang ( amanah )
tentang persaudaraan Tiro dan Kajang, maka
di utuslah orang ke Kajang untuk menyampaikan tentang adanya agama
islam.Karaeng Kajang kemudian mengirim beberapa
utusannya untuk belajar tentang agama Islam di Tiro.Saat utusan dari
Kajang Ammatoa belajar,beliau langsung mengikuti pelajaran tingkat lanjutan.
Murid Dato Tiro : “ Kita harus mengenal
diri kita sehingga kita akan mengenal Allah.orang-orang yang mengenal Allah
adalah orang-orang yang akan masuk surga.Kalo kita shalat yang utama adalah
mengingat Allah.mengingat Allah itu dimana saja kita berada.Allah itu tidak
berbentuk tapi berkuasa atas semua yang ada di Dunia ini. Di samping shalat
maka perbanyaklah dzikir sehingga kita akan di sayangi oleh Allah.dzikir itu
lebih baik dalam hati karena Allah itu tidak berbentuk tapi dia
berkehendak . Puasa di bulan ramadhan
selama satu bulan, di mulai dari awal ke tengah kemudian ke akhir “.
Utusan Ammatoa : “ Hanya ini materinya ? “ (
maksudnya tidak ada materi lain )
Murid Dato Tiro :
“ iya hanya ini “. ( maksudnya meteri
dari saya hanya ini , tapi akan ada materi selanjutnya dari orang lain )
Utusan dari Kajang Ammatoa pulang karena
menurutnya sudah tidak ada materi lagi
serta membuat kesimpulan bahwa mengingat itu berarti shalat dan dilakukan
dimana saja serta di iringi dzikir.Allah tidak berbentuk tapi berkehendak ( Tu marie a a’ra’ na ).Puasa saat bulan
Ramadhan hanya tiga hari yaitu di
awal,di pertengahan dan di akhir .
Tasawuf Dato Ri Tiro.
Sebuah
refleksi kehidupan telah mengangkat pertanyaan ,Mungkin tidak pernah terlintas
dalam benak kita : ISLAM DATO RI TIRO Adalah Tasawuf,Tasawuf itu apa ?
Tasawuf itu punya banyak aliran/mazhab….Dato Ri Tiro Yang mana ?
Tasawuf dato ri tiro itu bagaimana ?
Spiritualisme
tidak pernah mati karena hakekatnya manusia menyadari akan kelemahan dan
kekurangan yang dimiliki,sehingga mereka butuh akan sandaran atau pedoman
keyakinan dalam hati. Terlebih di era sekarang ini dimana tuntutan untuk
berkompetisi dalam hidup kian ketat sehingga tekanan kadang tidak mampu di
bendung.Dari keadaan ini melahirkan beberapa metode Spiritualisme di beberapa
tempat bahkan ada yang dikatakan sesat. Diantara Ajaran atau faham
spiritualisme ini,ada Ajaran yang dinamakan Tasawwuf . Tasawuf terbagi dalam beberapa aliran atau
mazhab,diantara aliran itu ada yang di sebut Qadiriyah yang di ciptakan oleh
Syeh Abdul Qadir al Jaelani.Mazhab ini meluas kebeberapa wilayah termasuk
Indonesia.Mazhab inilah yang dibawa oleh salah seorang penyiar Agama Islam di
Sulawesi Selatan yaitu Maula Abdul Jawad Khatib Bungsu yang dikenal dengan Dato
Tiro.
Hampir/
bahkan tidak ada yang memaparkan garis besarnya
tasawuf Dato Tiro.Mereka hanya berbicara kisah pengislaman dan kehebatan
Dato tiro.Maula Abd.Jawad Khatib bungsu yang di beri gelar Dato Ri Tiro adalah
sosok yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat.Kedatangan beliau sebagai
mubaligh untuk menyiarkan agama islam bersama dengan dua saudaranya yaitu
sulaeman khatib sulung yang lebih di kenal dengan nama dato ri bandang dan
abd.makmur kahatib tunggal yang dikenal dengan nama Dato Ri Bandang.Dato ri
Patimang menyiarkan agama islam dengan konsep tauhid,Dato ri bandang dengan
konsep syariat dan Dato Ri Tiro dengan konsep Tasawuf.
Tasawuf
sering juga disebut misitsisme dalam islam oleh oriental.pengertian dan
asal tasawuf beraneka ragam.Tasawuf Dato Tiro adalah tasawuf yang amali atau
hadah yang menekankan pada wirid dan amaliah lainnya.seperti ajaran tasawuf
lainnya maka Dato tiropun mengembangkan ajarannya dalam Empat hal
yaitu :
1. Syariat,
Syariat
adalah hukum dan aturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat muslim.
Syariat adalah amalan amalan lahir yang di fardukan dalam agama islam yang
biasa di sebut rukun islam dan segala hal yang berhubungan dengan itu dengan
umber Al-Quran dan sunnah Rasul. jadi Syariat adalah panduan menjalani
kehidupan diatas dunia ini. Kata kata bijak Dato Ri Tiro tentang Syariat :
Pa ka tau i tau a, paka alusu i
nu kasara ya, na paka nassa I nu a lusu
a
Perbaikilah hubunganmu terhadap orang lain dan sayangilah segala
ciptaan Allah serta hindarilah hal-hal yang akan merusak mahluk dan seluruh isi
dunia ini.
Kalambusang anak lolo’
katappa’kang ri tumate ma’nyaha
Hidup itu suci laksana bayi ,bertindaklah seperti bayi yang
tidak mengenal dunia sehingga
kamu tidak tergoda dan matikanlah segala inderamu sehingga kamu tidak di
sesatkan oleh kehidupan dunia.
Tau ko ri kodia na tau ko ri sassang nga,
Mediasilah orang yang bertengkar dan arahkan orang yang sesat dengan
penuh welas asih.
Kamase ko ri kamase a , a ba’ga ko ri tallasaya na ta’pa’ ko ri ahere
Tenangkan raga dan jiwamu, Hidup di dunia tidak abadi tapi yakinlah akhirat itu kekal
Lambusuko ri gio nu , anggerako ri Tappa’nu, Kamase ko ri linoa,
Jujurlah dalam berusaha,berdoalah dalam keyakinan, ihlaslah dalam
menerima takdir.
Penjabaran kata-kata diatas
adalah hidup itu suci,jangan kau nodai dengan dosa.dosa itu asalnya dari
keinginan atau larut dalam kehidupan dunia dan tidak percaya akan kehidupan
akhirat,kehidupan dunia itu di jalani dengan sabar dan ihlas.kesabaran dan
keihlasan kita dalam berusaha dan menerima hasil usaha kita akan memberikan
jalan untuk mengenal diri dan pencipta.hubungan yang baik dengan manusia lain
dan menjaga segala ciptaan Allah akan membuat kita menjadi manusia yang
mengenal Sang Khalik secara dekat.
2.
Tarekat,
berasal dari
kata thariqah yang bearti jalan.Jalan yang dimaksud disini adalah jalan untuk
menjadi orang bertaqwa,menjadi orang yang di ridhoi oleh ALLAH SWT.secara
praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan amalan lahir dan batin yang bertujuan
untuk membawa seseorang menjadi orang bertaqwa.berikut beberapa pesan Dato Tiro
tentang Tarekat :
Hojai nu tala riea na tala nu usse’a na punna nuuppami iyareka
nuusse’minannroi ri tampa’na.
Tuntutlah ilmu,jika kau sudah tahu/pintar pergunakanlah sebaik baiknya.
Pangngissengngang pa lang ngissei nai ata na inai karaeng
Hanya orang berilmu/pintar yang akan mengenal dirinya dan penciptanya
Kalumannyang pangissengang ko ri tallasanu na karaeng ko ri ahere’nu
( Ketenangan hidup di dunia adalah dengan Ilmu dan keselamatan di
akhirat adalah dengan ilmu )
Pangissengngang pa lang paantang ngi ri ati na tubuna, je’ne talukaya
na sambayang tatappua
( Orang yang pintar mendirikan shalat tepat pada waktunya serta mampu
menempatkan arti shalat yang sebenarnya dalam kehidupan nyata lewat ucapan yang
tulus,tindakan yang sopan serta menjaga kebersihan jiwa dan raganya ).
Belajarlah
dan kajilah setiap yang ada di dunia ini,keyakinan saat belajar adalah doa
utama untuk sukses.Shalat adalah panduan yang akan membawa atau membuka jalan
untuk mengungkap ilmu yang ada di dunia ini.Ilmu itu Asalnya dari Qalam
ilahi,Qalam ilahi adalah tabir yang tidak nampak dan hanya mampu diurai oleh
keyakinan. Hanya orang yang berilmu yang mampu menempatkan diri sebagai hamba
yang di cipta oleh Allah yang membuat
berbakti kepadaNYA sehingga Rindu PadaNYA tiada batas,waktu dan ruang.
3.
Hakikat
.
artinya
I’tikad atau kepercayaan sejati ( mengenal Tuhan ).hakikat ini pekerjaan hati,sehingga
tidak ada yang dilihat dan didengar selain ALLAH SWT, gerak dan diam dalam hati
pada hakikatnya adalah kekuasaan ALLAH. Hakikat bisa juga dijabarkan sebagai
kebenaran dan meyakini seyakin yakinnya tiada yang lebih indah dan abadi selain
mencintai ALLAH swt.untuk mendapatkan Hakikat maka tabir penghalang telah tiada
( keraguan hilang ) dan jalannya adalah dengan memadukan syariat dan tarekat.Berikut pesan Dato Tiro
tentang Hakikat :
Anggerako lalang ati punna tala parallui, na appauko ri kaleng nu punna
a’ra’ko
( Zikirlah setiap saat serta rajin shalat dan membaca Al-Quran ,saat
kau butuh sesuatu berusaha dan berdoalah )
Tala lino ri gio’nu tala nyaha ko ri tallasa’nu kamase ri pammanjengang
( Sabarlah menghadapi kehidupan ,ihlaslah menerima kenyataan
,berzikirlah dalam raga dan jiwamu )
Nu nassai pikambu I nu tala nassa ya pinahang nyaha i
( jika kamu telah melakukan segala perintahNYA maka kamu akan mengenal
sang Pencipta lewat hati yang bersih )
Huno I nu’ pa heleng heleng nga
Paka lannyai pa’naha nahanu
Atuppu ko mange ri se’re adahang
Tala gio’ tala mate a’pau
Se’re ji ri nyaha, nu antama na
ansulu
Kujappui ri katappakkang
Ku pa’sere ri pa’sitteang tamma
lino
Kupaenteng lalang nyaha
Artinya :
Tabir telah terbuka
Raga telah tiada hati telah kosong
Tertuju pada kehakikian Ilahi
Tak goyah tak padam
Satu tekad satu keyakinan
Aku tau aku kenal aku rindu
Cinta abadi adalah milik keesaan
4.
Makrifat.
Dari segi
bahasa makrifat berasal dari kata arafa,ya arifu,irfan yang artinya pengetahuan
dan pengalaman yaitu perpanduan antara syariat,tarekat dan kakikat yang
nantinya mengenal ALLAH dan keilmuan ( kunci/kode ) Alam semesta yang termuat
dalam Al-Quran serta mentaati Rasulullah.di samping itu ma’rifat juga di
artikan ketetapan hati dalam mempercayai kehadiran wujud yang wajib adanya.
Rie nunassa tala ni pinahang,rie nu tala nassa ni hoja.
( Kenalilah Tuhanmu dengan Iman jangan sampai kau sesat oleh godaan
setan )
Hojai ri kalennu,jappui ri nyahanu, se’re na lohe mingka siama’ri
kala’birang
( Kenalilahh aku dalam dirimu,Mari saling menyatu dalam rahasia, Satu
itu banyak tapi tunggal itu Kekasih )
Paka anre I nu tala nassa ya ,
hunoi nu tala nu jappuiya,a’ra’ko tammangera naku rie
( Ketika hasrat di jiwa telah tiada,ketika keinginan di nyawa telah
musnah,saat satu itu tanpa alasan di sanalah tempatnya rahasia )
Nu rie a intu ma’nassa
Pa’nassa I na pa’kasa ra I
lalang nyaha
Lino katallassang a’pa heleng
Tamma lino manassa rie lalang
tappa
Appilajarako tallasa ilalang
tamma tallasaya
Kale angngarrang ma’kale kale ri
tallasa
Ako a’kuraring ngi ri tallasaya
Punna nujappui
karrangnga,ta’muri ko ri pa’tauangnga
Artinya :
Kenyataan adalah yang terjadi
Nampak dan berwujud dalam
kebisuan
Singgasana hidup adalah
fatamorgana
Keabadian adalah keyakinan akan
akhirat
Hidupkanlah dan resapi dalam Jiwa
yang belajar
Awal tangisan adalah tiada dalam
kesendirian
Tangisan hidup adalah nestapa
kesesatan
dalam roh yang melayang ada
tangisan kesenangan.
Orang tiro mengenal ajaran Dato tiro dengan nama
Erang Sambayang.Dalam Ajaran Dato Tiro hal hal diatas ( Syariat,Tarekat,Hakikat
dan Makrifat ) di padukan dari dua Asfek yaitu ilmu lahir dan ilmu batin.Ilmu
lahir berhubungan dengan raga sedangkan ilmu batin bertalian dengan
nyawa/jiwa.berikut amalan Dato Tiro
untuk mengurai ( Syariat,Tarekat,Hakikat dan Ma’rifat )
1. RAGA
Raga adalah bangunan yang dibangun dari bahan-bahan
yang kokoh agar kuat.penopang utama dari
raga tersebut yaitu makanan dan minuman.
Makanan/minuman Raga adalah
makanan yang halal asalnya,Halal bahannya, halal cara makannya. halal Asalnya
adalah makanan yang di dapatkan dengan usaha dan jalan yang di ridhoi Oleh ALLAH
SWT ( bukan mencuri dan bukan meminta-minta ).Makanan yang halal bahannya
maksudnya tidak diharamkan dalam Agama Islam seperti daging babi.makanan yang
halal cara makannya adalah saat makan harus sesuai dengan adab makan,berhenti
sebelum kenyang.di samping itu Raga sebagai bangunan harus selalu di bersihkan diantaranya dengan
Mandi dua kali sehari,wudhu, Istinja dan
Mandi wajib/junub.
a. Wudhu
Wudhu adalah kewajiban yang dilakukan saat kita akan
menjalankan shalat.wudhu seperti dengan tatacara wudhu pada umumnya cuman dibersihkan
kotoran-kotoran yang ada pada : kuku jari kaki dan jari tangan,mata, lubang /
sekitar telinga ,mulut ,lubang hidung dan ubun-ubun kepala.
Jammara tamma lampa
Kasannangang tamma ni uppa
Nu ngitte paka ci’nongngi
Nu langngere paka sannang ngi
Nu pau paka nassa i
Nu nyaha paka alusu i
Nu so’bu pi uppa i
Pa’tongko a jijai.
Artinya
Jika ragamu kotor
Ketenangan hati tidak kau rasakan
Bersihkan matamu
Bersihkan telingamu
Bersihkan mulutmu
Bersihkan hidungmu
Bersihkan kotoran di kukumu
Bersihkan kotoran di ubun-ubunmu
( Falsafah wudhu inipun
merupakan landasan dasar tasawuf dato ri tiro )
b. Istinja
Tempat bersemayangnya roh yaitu raga maka kebersihan
raga akan membuat jiwa tenang sebagai penghuni.ketenangan penghuni akan membuat
rumah kian bersih dan tidak kotor atau rusak.Dalam ajaran Dato Ri Tiro maka di
wajibkan untuk m istinja setiap selesai buang air kecil dan besar. Istinja di
sini dibagi atas dua yaitu Istinja Raga dan Batin. Istinja dilakukan dengan
memakai jari di tangan kiri, jari mempunyai tugas mulai dari
membuka,menggosok,memeriksa dan menutup.di samping pemakaian jari maka gaya
atau posisi jongkok pun harus tepat saat
istinja.
Sitinja I kalennu na nu
manassaya
A’cengke ko ri se’rea benteng
ta’sosoro
Karameng lima tamma tallasa,la
purusui pa’linoangnga
pasiama’I karameng limang nu , na pi sabbi ri anrong
lima
Sa’bi tamma mia nyaha a’ pannassai….tangkasa ri
kale ci’nong ri ati
Artinya :
Tempat tinggalku bersih
Jongkok dalam satu tiang
melintang
Dari elusan jari jari… hempaskan noda itu
Kudzikirkan jari-jari ini,kuberi
saksi dalam pelukan ibu jari
Kusaksikan dengan penuh
penghayatan…bersih raga suci jiwa
c. Junub ( mandi Wajib )
Junub atau mandi wajib dilakukan ketika kita mengalami mimpi
basah,bersenggama,keluar mani ,haid dan nifas. Berikut tata cara mandi wajib :
1.
Berniat
2. Membersihkan
kedua telapak tangan
3. Mencuci
kemaluan dengan jari tangan kiri
4. Mencuci
tangan dengan tanah di bawah batu
5. Berwudhu
6. Membasuh
kepala/rambut dan menyeka nyeka
7. Menyiram
kepala bagian kanan kemudian kiri.
8. Membersihkan
kotoran di mulut,lubang hidung dan
telinga lalu mengguyur seluruh
tubuh/badan.
La’ junnu’ a Kutangkasi
kalengku, Naku ci’nongi atingku saba’ Allah Ta ala
Ci’nong ereko a’caramming
Karameng a’ bissa na karameng ni
bissa
Sappe’ na Cappa ni tangkasi
Tangkasi pammula junnu
singkamua’ sitinja
Butta limpurang rahangngang batu
pa’moleinna
A’jene sambayangko
Ci’no’ ngi buhungang nu,
Karahai na pela rakinnu
Karaha I rakinna So’bolo batang
kalennu
na rio’I ri kanang na siama’
batang kale
2. JIWA/KALBU
Jiwa atau Kalbu adalah Penghuni dari bangunan ( Raga
) . Jiwalah yang tergoda untuk berbuat maksiat. Penopang utama dari Jiwa agar
tidak mudah goyah dan tergoda adalah, Shalat,Dzikir dan Puasa.
Punna russa’I
nyahanu
Ta’ronang
ronangngi kasannangngannu
Jappui na
pa’nassai ri ati ci’nong
Pilangngeri
nu tamma bicaraya
Paui ri
pa’nassana assalaya
Pantama I ri
kasannangngang nu nassaya
Nu tala rie
antu jappui
Punna nu
jappui lino ahere a’se’re
Artinya/penjabarannya :
Jika kotoran masih ada
Ketenangan hati tidak dirasakan
Tataplah dalam kebeningan
Dengarlah dalam kebisuan
Ucapkanlah dengan jelas
Hiruplah dengan pelan
Yang tiada nampakkan
Singgasana keabadian milikmu
a. Shalat.
Garis besar dalam ajaran Erang sambayang Dato Tiro adalah gabungan syarat dan rukun shalat
yaitu :
1.
mewajibkan sebelum shalat dalam keadaan bersih (
mandi terlebih dahulu ), sehingga kotoran kotoran yang ada dalam tubuh di
bersihkan seperti di kuku jari tangan dan kaki,di lubang anus,mulut ( gigi
),lubang hidung dan telinga.
2. wudhu
adalah hal pertama yang wajib di lakukan sebelum shalat.dalam ajaran Dato Tiro
inti wudhu adalah membersihkan kotoran
di raga dan jiwa,saat wudhu maka semua sela sela/lubang di tubuh kita
(wilayah yang di syaratkan saat wudhu ) seperti jari ,kuku,telapak tangan dan kaki,siku,
tumit,belakang telinga dan ubun ubun harus di seka/dibersihkan.
3. memakai pakaian yang bersih dan rapi.
4.
Shalat
adalah kewajiban umat muslim yang akil baliq dan normal.Shalat menurut Ajaran
Dato Ri Tiro harus diketahui siapa iman dan siapa ma’mun,harus di fahami siapa
yang menyembah dan siapa yang disembah,harus di yakini yang disembah itu ada,harus
diarahkan tujuan akhirnya shalat,harus di satukan antara hamba dengan Pencipta.
Jadi Mulai dari Takbiratul ihram sampai salam harus diselaraskan antara raga
dan hati , Raga yang melakukan dengan
jiwa suci.
Pa’nassa I nu lanu gaukangnga
Jappu I nunu gaukangnga
ALLAH TAALA pammula sitte
Ammentengko ri tappa
A’rokko ko ri sannang
A’su’ju’ko ri kamase kamase
A’cidongko ri ka karaengang
Pa’ui AHMAD ri batang kaleng nu
Tammatappu rinranna Nur Muhammad ri batanggkalengnu
Pa’se’rei ilalang tappa
tamma’nipau tamma mate.
Artinya :
Berniat dengan kepastian
Melaksanakan dengan tepat
Satukan keduanya dalam gema
Takbir
Berdirilah dengan keyakinan
Ruku’lah dengan keteguhan
Bersujudlah dengan kerendahan
Duduklah dengan keabadian
Tulislah AHMAD dengan Ragamu
Pancarkan Nur Muhammad Dalam
Jiwamu
biarkan mereka bercakap penuh
rahasia
b. Puasa
Inti dari puasa adalah berniat dengan ihlasdan
melakukan karena cinta kepada ALLAH Sw. Pelaksanaan
puasa bukan hanya menahan lapar dan
haus, tapi semua panca indera di tubuhpun harus di puasakan atau di pergunakan
untuk tidak berbuat maksiat.
Tamma pa’re tang tirere
Tamma pau rilila ,tamma rie ri naha naha
angngitte ri nu tanni itte
Allangngere ri nu tala sa’ra
A’nyaha ri alusu katallassang
Akkarambang ri nu ni tala nassa
A’dakka’ ri sassang ma’kapu’
Artinya
:
Puasa itu bukan hanya menahan
lapar dan dahaga
Jangan ucapkan kata sesat,jangan
niatkan kesalahan
Melihatlah sesuatu yang layak dan baik
Dengarkan suara yang penuh nasehat
Hiruplah kenyataan
dalam hidup dengan ihlas
Rabalah sesuatu
dengan kesucian perasaan
Jalanlah dalam gelap tanpa cahaya
kesesatan
c. DZikir.
Dzikir Dzikir hati,dzikir tubuh,dzikir nyawa dan dzikir
rahasia mereka yang menganut Ajaran Dato Tiropun melakukan Dzikir ini. Intisari
dzikir Dato Tiro adalah lailaha illallah.lafadz inilah yang diurai lewat nafas
hingga kita mampu memaknai asal dan tempatnya :
Nyaha a kuta’nang
Nyaha a’pihali
Nyaha abicara
Nyaha ang ja’pui
Iya ji antama iya ansulu
ma’salihu ri tampa’na.
Tamma nipau naka mallaki anging
Punna nigaukangngi tallasa lino
lannya
Rie ri tampa’tu matappa
Punna niu’rangi anre ammenteng
ngi ri atingku
ata angnyomba, ata a’piassai, Ata
tamma rie
Punna nikambiang anre nani
pisa’ring.
Iya ni hoja na a’boja
Punna nijappui rahasia arenna
Ni jappu I ri se’re tampa’
Artinya :
kalbu yang mencari
kalbu yang mengurai
kalbu yang memastikan
kalbu yang menyatu
ketika kutarik dan kutiadakan
dalam bentuk
tak terucap oleh lidah Tak
dihembuskan oleh angin
ketika berteduh, kuurai hidup
berucap dalam penyatuan cinta
ketika dirindukan, berharap dalam
kepastian
hamba menyembah,hamba berharap
ketika digapai, yang berwujud
lenyap
hamba tiada,hamba fana
ketika yakin menyatu,rahasia
tempatnya
abadi dalam keesaan
Catatan
:
Referensi
Islamnya Launru Daeng Biasa Karaeng Tiro dan dasar ajaran Tasawuf Dato
Tiro saya ambil dari dua sumber yaitu dari lontara Pattiroang dan dari Buku Peninggalan Dato Ri Tiro yang
di pegang oleh orang-orang yang menjabat
Puang Kali/ Kadi di Tiro. Isi Buku ini di kisahkan oleh Ayahanda Alm. M.Bakri Ahmad,S.Pd.Selama ini
Ayahanda Alm. Muh.Bakri Ahmad ,S.Pd. sering menjadi pembicara/pemateri tentang
Dato tiro namun tidak pernah mengupas secara langsung buku ini dengan alasan :
1. Alm.Muh.Bakri
Ahmad di larang / disumpah untuk tidak menceritakan kepada orang lain oleh ayahnya ( Alm. Ahmad Daeng
Siahing Kadi Tiro yang memegang buku
saat itu ) ,tetapi hanya kepada
turunannya ( Anaknya ) dengan alasan isi buku ini adalah bekal untuk menjadi kali/ kadi.
2.
Buku ini mengupas
masalah Tasawuf yang sifatnya rahasia sehingga Alm.Muh.Bakri Akhmad tidak
pernah mengulas buku ini.
3. Saat Ahmad Daeng Siahing sebagai Kadi/Puang kali Tiro
meninggal ,Buku peninggalan Dato Tiro tersebut
tidak diketahui dimana rimbanya.
TASAWWUF DATO TIRO SAAT INI
Apakah tasawuf dato tiro itu masih ada ?
Ajaran Dato Tiro merupakan ilmu
turun temurun , yang di sebut erang sambayang.Karena sifat ilmu ini rahasia (
tarekat ) maka orang tiro enggang
memberikan atau membahas ilmu ini secara terbuka.
Saat ini Ilmu Tasawuf Dato Tiro
yang asli dan lengkap mungkin tidak ada lagi,adapun yang dimiliki oleh orang
tiro saat ini hanya membahas atau amalan yang sifatnya tidak tuntas atau tidak
menyeluruh.
Faham tasawuf dato ri Tiro yang
diketahui oleh orang di Tiro kebanyakan langsung mengupas ke tarekat,jarang
yang mengupas masalah syariat.Padahal pondasi dari tasawuf untuk melangkah ke
tarekat adalah syariat harus mapan.Terputusnya hubungan antara syariat dan
Tarekat saat ini, karena masyarakat tiro yang menerima agama islam dari Dato Ri
Tiro menganut ajaran Tammalino yang
telah mapan syariatnya ( hanya segelintir yang di hapus atau di ganti ). Faktor
diatas kian riskan karena tidak adanya lagi orang atau murid-murid Dato Tiro
yang mengembangkan Ilmunya secara terbuka.Murid-Murid Dato Ri Tiro merahasiakan
ilmu ini karena :
1.
Trauma
jika pemahaman orang lain dari makna ajaran sehingga ilmu
ini dianggap tidak tepat dan melenceng alias sesat.bahkan banyak yang gila.
2.
Ilmu
ini bersifat Rahasia sehingga harus dijaga kerahasiaannya.
3.
Sifat
ilmu ini adalah tidak menyombongkan diri,sehingga banyak murid yang diam /
tidak mau menampakkan dirinya.
4.
Buku
yang di tulis oleh Dato Tiro Cuman satu buah,itupun tidak di perkenankan di
ajarkan secara massal Apalagi di perbanyak untuk umum. ( Buku ini adalah
Pegangan untuk yang menjabat Kadi/Puang
Kali)
Kenyataan ini berlangsung terus
menerus hingga saat ini,bahkan orang-orang yang menguasai Ilmu ini kian
menurunan drastis pada era 80an karena generasi saat itu apatis untuk
mempelajari Ilmu ini bahkan adanya beberapa faham yang menganggap ilmu tasawuf
itu sesat.
TAU TIRO
Dalam lontara
pattiroang dibahas tentang strata kemasyarakatan dan struktur pemerintahan di
kerajaan Tiro yaitu :
1.
I Toa / Karaeng.
I Toa adalah turunan dari Tu manurung buru’nea ri
pattiroang yang dipilih / diangkat oleh rapat Dewan adat.setelah gelar Itoa di
hapus dan diganti menjadi Karaeng maka aturan ini tetap di terapkan.
Keturunan inipun terbagi atas :
a.
Tau sangka’/ti’no
adalah orang yang ayah dan ibunya
berdarah biru/ningrat.
b.
Tau sipue sangka’ adalah orang yang ayahnya berdarah biru murni ( Anak
sangka’ ) tetapi ibunya orang biasa
c.
Anak Sipue adalah orang yang ayahnya Sipue sangka’
dan ibunya orang biasa
d.
Anak rara adalah
orang yang ayahnya tau sangka’/sipue
sangka/sipue dan ibunya Ata
e.
Anak alle adalah
Orang yang ibunya dinikahi oleh I Toa/Karaeng karena hamil dan tidak ada yang
menikahinya,terpaksa karaeng yang menikahinya biasanya dengan badik.inilah
turunan yang tidak boleh menjadi Raja/Karaeng serta tidak berhak untuk di jamu
dalam Pang ngada’kan ( Acara Khusus Kerajaan dan keluarganya ).
Garis
keturunan dari Ibu tidak dikenal di Kerajaan Tiro,jika seorang Perempuan
Ningrat menikah dengan strata
dibawahnya,anak yang dilahirkannya akan menjadi tau samara ( Rakyat biasa ).
a)
Panrita.
Panrita adalah seorang yang mempunyai kesaktian
khusus.Panrita dilantik oleh I Toa / Karaeng
sesuai dengan keahliannya masing masing.seorang dilantik menjadi Panrita
tanpa memandang statusnya tapi keahlian/kesaktiannya harus diatas dari sanro.
Panrita terbagi atas :
-
panrita possitana
bertugas untuk melakukan upacara
pelantikan,menurunkan hujan,mengirim dan menerima berita dari kerajaan kajang
lewat possitana .
-
Panrita
lamung-lamung bertugas untuk memberi perintah tentang di mulainya menanam
jagung,waktu membasmi hama babi dan cara membasmi hama tanaman lainnya,upacara
tinannang setelah panen
-
Panrita pa’pikatu
bertugas untuk menyambaikan berita lewat kode pukulan gendang jika ada serangan
dari musuh,ada wabah penyakit,I Toa/Karaeng meninggal
-
Panrita Tamparang
bertugas untuk memberikan perintah untuk menangkap ikan di sahe’ I Toa/karaeng
serta menjaga sahe’ I Toa atau Karaeng dan masyarakat lainnya dari pengrusakan
atau pencurian,menganalisa peredaran bulan dan mengartikan tanda tanda alam.
-
Panrita palangka
bertugas untuk menjaga palangka di kediaman I Toa/Karaeng dan menjadi penasehat
spiritual I Toa / Karaeng.
Keterangan :
Sahe’ adalah
perangkap untuk menangkap ikan di buat dari batu yang disusun dilaut dan mempunyai aliran khusus sebagai tempat keluar
masuknya ikan.saluran inilah yang di tutup saat
panen ikan.
b)
Sanro ( Dukun ).
Sanro terbagi dalam beberapa kategori seperti sanro
pammana’ ( Dukun untuk ibu-ibu yang melahirkan ) , sanro pa’tarile ( Dukun yang
mengobati orang sakit biasa ) sanro A’jala ( Dukun yang mengobati orang terkena
santet tapi dia juga pintar menyantet orang ) sanro Tammalino ( dukun yang
mengobati orang yang kesurupan ).dukun yang menguasai semua sistem/model
pengobatan diatas di sebut Sanro bakka’ ( Raja Dukun ). Tanpa memandang status,
Seseorang bisa menjadi sanro.
c)
Tujo tujo
Tujo tujo dari kata tuju a’ tujo adalah Panglima
perang yang berjumlah tujuh orang.mereka ini kadang disebut kale a’rasa
asang ( badannya tidak mempan jika di
tusuk benda tajam bahkan mereka meng-asah/menajamkan senjata dengan
menggosokkan dibadannya).tidak sembarang yang menjadi tujo tujo tetapi harus
dari keturunan kale a’rasa asang.
d)
Pallapi’ barambang
Orang yang bertugas menjaga keselamatan I Toa/Karaeng
.jumlah merekapun tidak boleh lebih dari 12 orang.Siapa saja bisa menjadi
Pallapi’ barambang dengan syarat hebat
ilmu beladiri dan kanuragannya.
e)
Tau Pore
Orang yang bertugas sebagai tentara.mereka ini yang akan berperang jika Kerajaan Tiro
bermusuhan dengan Kerajaan lain.Semua masyarakat di Kerajaan tiro yang punya
ilmu beladiri dan kanuragan akan dijadikan/dianggap tau Pore.tau pore dibawah
naungan Tujo tujo.
f)
Tau samara.
Rakyat yang hidup dibawah kekuasaan raja,mereka ini
bertugas sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti petani,nelayan,pandai
besi,tukang kayu dsb.
g)
Ata / budak atau hamba sahaya
Hamba sahaya yang bertugas melayani I Toa / Karaeng
beserta keluarganya. mereka ini turun temurun menjadi hamba sahaya.hamba sahaya
ini terbagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Sistem Pemerintahan
Pemertintahan
di Tiro berbentuk Kerajaan.Pemerintahannya di pimpin oleh raja yang disebut I
Toa/Karaeng. Hal pertama dan utama yang di miliki oleh seseorang untuk menjabat
sebagai I Toa/Karaeng adalah Garis keturunan.Orang yang akan menjabat harus
keturunan dari I Toa/Karaeng atau berdarah biru/ningrat.
Berikut beberapa Persyaratan untuk menjadi I Toa/Karaeng
diantaranya :
a)
Macca I na
cara’de’ , lambusui na tojeng, haji’ pau paunna,haji’ panggaukanna na haji’
katallassangna (Pintar dan bijaksana,tegas dan berwibawa,santun ucapannya, sopan tingkah lakunya, kaya ilmu dan
harta/mapan kehidupannya).
b)
Ada’ I ri
pangnga’da’kangnga ( Tidak pernah melanggar aturan Adat )
c)
A’nassa I
pa’tauang na ( garis keturunan dari ayahnya adalah darah ningrat ).
d)
Rie’ atanna (
punya hamba sahaya ).
Masa I Toa ( Sebelum Karaeng
) sistem pemilihan dilakukan dengan jalan spiritual.Calon Raja yang memenuhi
kriteria diatas akan melakukan perjalanan spiritual di Possi tana,pa’laharrang
bahi a dan batu ganrang.disana mereka akan di tempa oleh para panrita/kuncen
tempat itu.setelah melakukan perjalanan spiritual maka calon tersebut akan
melakukan Ujian terakhir di Batu Kalompoang/tempat pelantikan.Calon yang
berhasil duduk selama 7 hari dengan menjunjung Kain yang telah di beri mantera
maka dia berhak untuk di lantik menjadi I Toa.
Saat Kerajaan Gowa
menaklukan kerajaan Tiro maka Dewan barumbung dirubah menjadi Dewan Adat.Orang
yang memenuhi kriteria diatas akan di ajukan kedewan adat untuk di pilih
menjadi I Toa/Karaeng dengan sistem pemilihan suara terbanyak.Dewan adat yang
bersidang merupakan perwakilan dari semua wilayah di Kerajaan Tiro.Dewan Adat
ini berjumlah 10 Orang yaitu : 1.
Lompo Erelebu. 2. Gallarrang
Kalumpang. 3. Anrong Tau Caramming. 4. Kapala Salobundang. 5. Gallarrang tunggala Buhung lantang. 6. Kardepa Salu-Salu. 7. Karbica Erekeke 8. Kapala Salamunte 9.
Macoa/kapala Basokeng 10. Kapala
Hila-Hila. jika jumlahnya seimbang maka akan di berikan hak suara/memilih kepada Kali/Kadi Tiro.
Perubahan sistem dan nama pemerintahan terjadi di Kerajaan
tiro sebanyak 4 kali yaitu :
1.
Saat di taklukkan
oleh Kerajaan Gowa maka I Toa dihapus diganti menjadi Karaeng dan Barumbung di
hapuskan juga di ganti dengan nama Lompo dan Gallarrang.
2.
Saat Agama Islam
dianut oleh pemerintah dan masyarakat kerajaan Tiro,di tambahlah Sistem
pemerintahan baru yaitu Puang kali/Kadi di bantu oleh Juri tulis ( Paukiri kali ),Juru Kas ( malla
) Katte , Doja dan bidala.
3.
Saat Kerajaan
Tiro sebagai Kerajaan Palili’/ Taklukan dari kerajaan Gowa di berikan kepada
Kerajaan Bone sebagai kompensasi Perang . Di Tambahlah Sulewatang sebagai
Perdana Menteri dan Macoa setingkat gallarrang.
4.
Saat Kerajaan
Tiro di ambil alih oleh belanda sebagai denda atas pemberontakan Kerajaan
Bone.dihapuslah beberapa nama pemerintah dan di rubah menjadi Kapala.Saat
Pemerintah Belanda berkuasa, politik devide et imperanya memporak perandakan
sistem pemerintahan di Kerajaan Tiro.Pemerintah belanda berhasil dengan
gemilang sehingga tragedi demi tragedi dalam perebutan kekuasaan terjadi yang
menyebabkan terjadinya saling mencurigai antara keluarga kerajaan.
Tugas Pokok dan Fungsi.
I Toa/Karaeng :
Orang yang tertinggi dalam
pemerintahan Kerajaan Tiro yang bertugas sebagai pemimpin dan penentu kebijakan
dalam pemerintahan di seluruh wilayah Kerajaan Tiro.
Puang Kali/Kadi : bertugas sebagai Penasehat karaeng
dan bertanggung jawab dalam bidang keagamaan.Kali atau kadi mempunyai struktur
tersendiri.
Gallarrang Tunggala :
bertugas untuk menentukan siapa yang
berhak untuk memasang balli’/lasuji dan jumlah susunannya pada upacara
pernikahan.
Karbica :
sebagai juru bicara Karaeng
Kardepa :
perpanjangan Kardepa adalah Karaeng
Daeng Puang.beliau memakai gelar ini agar tidak terjadi perselisihan antara
keturunan karaeng daeng dan Puang
diwilayah itu.
Sulewatang :
Gelar yang di pakai oleh kerajaan
Tiro setelah perang Gowa-Bone.tugasnya sebagai perdana menteri yang membantu
karaeng dalam tugas – tugas tertentu.
Lompo,Gallarrang,Kapala dan Macoa : membantu karaeng sebagai kepala pemerintahan dalam suatu wilayah
tertentu serta menjadi wakil rakyat saat pemilihan dan penyambung lidah rakyat
ke Karaeng jika ada masalah yang tidak mampu diselesaikan di wilayahnya.
KALOMPOANG
NA TIRO
Istana Karaeng
Dalam
Lontara Pa’tiroang tertulis bahwa Istana kerajaan Tiro bernama Puang londeng,karena
puang londeng adalah orang yang mendirikan istana tersebut.tidak dijelaskan
siapa itu puang londeng dan jabatannya.selain Puang londeng maka Balla’ tujua
angnyalangga dipakai juga sebagai nama istana kerajaan Tiro,nama ini dipakai karena Kerajaan Tiro menjadi wilayah taklukan
dari Kerajaan Gowa.Setelah Perang Gowa-Bone maka istana ini bertambah lagi
namanya yaitu Sarajaya sebagai tanda wilayah Kerajaan Bone.
Istana
karaeng tiro berbentuk Rumah Panggung
dengan panjang sekitar 24 meter
dan lebar sekitar 14 meter. Masing masing Tiangnya berbentuk tabung/melingkar dengan diameter sekitar 40 –
50 cm. Dapur ada di bagian depan dengan jumlah tiangnya 99 batang untuk
bangunan utama dan dapur.tempat rapat di bagian belakang dengan ukuran panjang 12 meter dan lebar 8 meter serta
jumlah tiangnya 35 batang.tinggi tiang rumah dari tanah ke lantai rumah sekitar
150 cm dengan tangga berderet tiga
susun. Istana ini Tidak memakai paku hanya pasak dari kayu,atapnya dari kulit
kayu.dinding dan lantainya terbuat dari bantalan kayu bagian luar dengan tebal
sekitar 30-45 cm.Kayu yang dipakai dominan dari pohon lontar dan pohon
bitti.pada sudut atap terpasang tanduk kerbau.pintu dan jendelanya tidak
memakai engsel tapi hanya digeser/didorong ke samping.
Patokong na
Tiro ( Bendera Kerajaan )
Lambang kerajaan Tiro berbentuk
bendera dengan ukuran 1m x 45 cm.bendera ini terdiri dari tiga warna yaitu
merah hitam kuning dan burung elang mengepakkan sayapnya berwarna kuning emas.
Ta’kang
kalompoang ( Tongkat Kebesaran )
Tongkat dengan ukuran sekitar 40 cm dan pada
gagangnya bertengger burung elang .dalam
tongkat ini berisi keris.tongkat dan
keris semuanya terbuat dari Emas.
Timpolo’ Ulu
( Mahkota Raja )
Mahkota yang terbuat dari
kain.awalnya kain ini hanya 3warna yaitu merah,hitam,kuning namun setelah agama
Islam masuk maka di tambah dengan kain warna putih.kain ini masing masing
berukuran 1 meter dengan lebar sekitar 20 cm.saat kain ini di pasang maka
masing masing kain terlebih dahulu di lipat dan di lilitkan di kepala
karaeng/raja.Orang yang melipat kain ini adalah hamba yang punya keahlian/yang
tahu cara melipat kain tersebut.setelah kain ini dilipat maka akan disatukan
berbentuk kopiah tapi bolong di atasnya. setiap kain harus seimbang warnanya
saat dipakai oleh I Toa/ karaeng.setelah kain itu dililit maka bagian luar akan
di jepit oleh mahkota berbentuk
lempengan dari bagian depan ke
samping kiri dan kanan.bagian belakang lempengan ini akan diikat dengan
rantai.bagian depan lempengan ini adalah burung elang yang mengepakkan sayapnya
sedangkan di samping terdapat hiasan
bunga biraeng masing masing berjumlah 7 helai.lempengan, rantai dan hiasannya
terbuat dari emas.
Badik
tallua ( 3 Badik )
Badik yang di pegang oleh I
Toa/Karaeng ada 3 yaitu Badik peninggalan I Toa,Badik Peninggalan Samparadja
Daeng Malaja dan Badik Peninggalan Dongko Daeng Irate ( Hadiah dari Sombaya di
Kerajaan Gowa ).
a. Badik peninggalan Itoa panjangnya sekitar 20
cm,lebar sekitar 3 cm,bentuknya melengkung seperti rencong.gagang dan sarungnya terbuat dari
emas.badik ini biasa di sebut badik tarauhe.
Konon diberi
nama badik tarauhe karena badik ini bercahaya warna warni seperti pelangi (tarauhe) saat dicabut dari sarungnya.badik
ini di takuti oleh semua binatang dan mahluk halus serta mampu menembus orang
yang mempunyai ilmu kebal.
b. badik
peninggalan Samparaja daeng malaja panjangnya sekitar 30 cm,lebar sekitar 3 cm,
badik luwu, gagangnya terbuat dari emas.badik ini di sebut badik
tammanyalaya.konon badik ini diberi nama tammanyalaya karena saat di pergunakan badik ini harus
dilemparkan dan akan bergerak sendiri kesasaran yang diinginkan oleh
pemakainya.
c. Badik
peninggalan Dongko Daeng Irate berbentuk badik makassar dengan panjang sekitar
20 cm,badannya terbuat dari emas. gagang
dan sarungnya terbuat dari kayu yang di ikat dengan emas dan bertahta permata.
Badik ini disebut badik sombaya.ada dua alasan sehingga badik ini diberi nama
Sombaya :
1.
badik ini adalah pemberian atau hadiah dari
Sombaya sebagai tanda bahwa tiro dibawah kekuasaan kerajaan Gowa,
2.
yang
memakai badik ini akan di hormati/dikagumi oleh orang lain,makanya di sebut
sombaya ( yang di sembah ).
Poke
pattiroang
Tombak yang di bawa oleh I Toa
Buru’ne,panjangnya sekitar 30 cm lebar sekitar 7 cm dengan gagang/pegangan sekitar
3 meter berjumlah 7 batang
.cincin pengikat pada ujung
gagangnya terbuat dari emas.tombak ini dapat dibedakan dengan hiasannya yaitu 3
batang dengan hiasan bulu ekor kuda jantan dan kain warna
merah,3 batang dengan hiasan bulu kuda betina dan kain warna hitam dan 1 batang
dengan hiasan rambut perempuan dan kain warna kuning.
Benda sebagai Pusaka kerajaan
tiro amat banyak, namun yang ada diatas
adalah benda Pusaka inti yang dipegang
oleh seseorang yang menjabat I
Toa/Karaeng di kerajaan Tiro.
Kalompoang Tiro Ada tapi tak Nampak.
Ada dalam artian sempit berarti
bisa dilihat,bisa diraba dan dirasakan.tak nampak berarti tidak nyata oleh
mata.namun jika dijabarkan makna dari kata kalompoang tiro ada tapi tidak
nampak adalah tidak ada tempat khusus yang menampung pusaka kerajaan tiro
bahkan sudah terpisah dan beberapa orang merahasiakan tentang pusaka yang
dimilikinya ke halayak ramai. Kilas balik terpisahnya Pusaka Kerajaan Tiro :
1.
Istana Kerajaan Tiro di pugar Sekitar tahun 1950an karena tidak mampu didanai lagi
perawatannya oleh keturunan Karaeng Tiro.
2.
Masa pemerintahan Paroto Daeng Patangnga ,Pusaka
Kerajaan Tiro di pegang oleh saudara perempuannya yaitu Rantina Daeng Masiang
Karaeng Bahine a. Pusaka ini kemudian di bawa ke kerajaan bantaeng karena
Rantina Daeng Masiang menikah
dengan Basunu Karaeng Bantaeng.Pusaka
kerajaan yang di bawa Oleh Karaeng bahinea ke bantaeng simpang siur jenisnya
tapi yang pasti Takkang
kalompoang/Tongkat kebesaran dan beberapa peralatan yang terbuat dari
Emas.Rantina Daeng masiang membawa Harta kerajaan ini ke bantaeng karena
banyaknya pihak keluarga kerajaan Bantaeng yang meragukan asal usul dan gelar
Karaeng Bahinea. Awalnya harta ini hanya akan di perlihatkan sebagai bukti
bahwa Rantina Daeng Masiang adalah Keturunan Karaeng ti’no di Kerajaan Tiro.
Ketika
Pusaka Kerajaan itu akan dikembalikan ke Kerajaan Tiro, terjadi kekisruhan perebutan kekuasaan di kerajaan Tiro.Hal
inilah yang membuat hadat melarang harta itu dikembalikan.Pusaka Kerajaan itu
tidak pernah lagi dikembalikan hingga sekarang.
3.
Saat
Pemberontakan DI/TII terjadi di Sul-Sel,beberapa pusaka Kerajaan Tiro
yang tidak dibawa kebantaeng dihancurkan.Pemberontak DI/TII menganggap pusaka
ini sebagai biang kemusrikan karena selalu di puja dan di beri sesajen.Pusaka
yang di hancurkan itu diantarannya : bendera kerajaan,Kain timpolo’
ulu,Pa’kalli,Beberapa naskah Lontara,tali pa’tola,beberapa alat perang.
Untuk
menyelamatkan beberapa pusaka kerajaan dan menghindari terulangnya penghancuran
oleh DI/TII, maka Pusaka Kerajaan yang sempat diselamatkan di pisahkan atau
dibagikan kepada beberapa orang keluarga Kerajaan Tiro dan dirahasiakan dari
umum.di samping di pisahkan, maka beberapa bentuk/model benda pusaka kerajaan
ini di rubah modelnya seperti tombak yang di potong bahkan dilepaskan dari gagangnya,semua asesories dari emas pada
pusaka di lepas,pusaka yang terbuat dari emas di sembunyikan dengan menanamnya
di tanah.Yang di tanam di dalam tanah ini banyak yang raib/hilang.
Kerahasiaan Pemilik atau
pemegang pusaka ini di lakukan hingga sekarang, bahkan dianggap amanat dari
leluhur yang berdosa jika dilanggar.Secara umum dapat kita rasionalkan bahwa
pusaka ini dirahasiakan dari publik
karena adanya trauma penghancuran oleh orang lain seperti DI/TII tersebut.
Disamping merahasiakan,pemegang
pusaka ini rata-rata tidak mengetahui nama dan sejarah pusaka yang
dipegangnya.Mereka hanya menamakan pusaka itu secara umum Pa’turioloang / Harta
pusaka peninggalan nenek moyang.
Menarik. Saya selalu tertarik dengan silsilah Raja-Raja di Indonesia khususnya di Sulawesi. Penuh misteri dan saling berhubungan satu sama lain. Dan pertanyaan yg timbul setelah membaca ttg Kisah Dato ri Tiro adalah, apakah tongkat yg dipakai sama dgn tongkat yg diwasilahkan kepada nabi Musa A.S??
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNo komentar
BalasHapusMasih mau diperbaiki
BalasHapusIman dan islam biasalah dengan ihsan artinya artinya Allah Maha mengetahui dan maha melihat dan maha mendengar hati2
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJangan yg jelas ditiadakan yg tak jelas diadakan gimana.
BalasHapusSaya tertarik melihat susunan sejarah kerajaan tiro,cuman saya liat masih banyak mau teliti kembali atau mau diluruskan.
BalasHapusSaya suka sejarah ini menarik,tapi jangan hilangkan sebahagian Raja lama tak ada sekolah tapi berjasa pd jamannya sepertierti Rona Dg.Matasa.dllnya.Marehassan dg Mattuppu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJangan Lupa Rumah istana Krg.Mattangnga adalah di Erelebu.disinilah pusat kerjaan Tiro.(turunan Raja Aamparaja)itulah yg benar.Telusuri aja.
BalasHapusTanya Anaknya A.Bangun Almarhum,Anaknya A.Nurun supaya jelas.Gitu.
BalasHapusNama.Launru dg biasa ter-asig dr silsilah turunan samparaja ini.kami caru tau ,tak perna kami temui maaf .
BalasHapusKami perkirakan pd masa kepemimpinang antara Marehassan dg Mattuppu dgn Rona dg.Matasa,pada masa kedatangan 3 ulama tsb.termasuk Dato.Tiro. gitu.
BalasHapusKemudian setelah Rona dg.Matasa ber-ali ke Anaknya inilah Mallusa dg.Mattangnga.masih dlm kerajaan beliau meninggal.sebagai pejabat Tonang dg.Paoha.Ammohai pakkaraenganna.
BalasHapusAss.caritau dengan hati yg suci.maaf saudaraku.
HapusLanjut,menunggal Tonang dg.paoha.Utusan Somba Raja Goa harus kembali kecucunya Dg.Mattangnga yg ada Sekolah.satu2nya yg punya sekolah dr cucunya hanya,....
BalasHapusPatola dg.Matasa bin Sanre pattatasa. Tapi beliau pilisi,tugas diBontaeng pada waktu itu,jadi beliau seini tdk mau tinggalkan kepololisiannya.lanjut...dialihkan Ke Karim,yg memangku sebagai Raja Tiro.jadilah namanya Karim dg.Pamanka.Nahangkami Pakkaraengannga ritiro.begitu coritanya.
BalasHapusSesudah Karim baru Amin kepala distrik ter-akhir.camat yg pertama samaan Raja Goa Lanto dg.Pasewang.somba ter-akhir dn Gubernur per tama gutu.
BalasHapusOpu konjo,jangan lupa Nama garis saya yaitu Krg Sanre bin Mallusa dg..Mttangnfa kakak Krg Bulan Terus nama Anak beliau patola dg.Matasa polisi pertama dr Tiro Erelebu keasliannya.opu telusuri nama ini.
BalasHapusIzingkan menghimbau semua keluarga sya yg dierebu,Kalumpang,caramming,Hila2,sebagai keluarga besar,Lestarikan Budaya kita,pupuk persatuan,dan tetap didahulukan ajaran islam dan keimanan kita semua kpd Allah swt.Aamin
BalasHapusKetahuilah,Mallusa dg Mattangnga adalah Rajake ke9.dri Raja pertama (Samparaja)juga masih turunan samparaja,maka digelarlah karg Boddong)
BalasHapusBoddong artinya sudah bundar kerajaannya begitu,jadi kalau nama ini ditiadakan dikerjaan Tiri,ber-arti sejarah oalsu, dipertnyakan.
BalasHapusSama halnya Dato tiro,adalah penyiar agama,Bukan Raja Tunggal, yg benar saja,tdk pernah dilantik jadi Raja Tiro.Beliau Sibuk untuk siar Agama lslam,beliau syiar bukan ditiro saja,
BalasHapusJuga Nama launru dg biasa,dari Raja pertama sampai turunan kesembilan tdk ada Nama ber-awalan la.....inihanya orgpenrang atau sidrab yg biassnyaber-awalan la...musal.Lasingrab, lapananaungi,begitu .
BalasHapusBISA TAK, ParDiksi thn berapa kerajaan pertama,atau masa pemerintahan samparaja dg malaja sehigga anda katakan launru cucu ke4.pdahal gallaran
BalasHapusGallaran Batng saja ada bberapa kali pengnfantian gallaran baru pemekara kpl distrik ya kan,coba hitung,Dari gallaran Mungku baru,gallaran Keke,teruske gallarran Baraila,baru,gallarran Balanga alias Tata,kemudian,gallaran Bi'la terus pemekaran Batang Bonto tangnga krg Batang adalah krg Gahu.Begitu.
BalasHapusDari sinilah kita pelajari,sehingga tdk masuj akal bahwa,nama launru konong cucu ke4 dari Raja pertama,yaitu dr.Samparaja.sampai disini aja dulu.
BalasHapusWai
BalasHapusIlmu tasauf ini secara turun temurun.
BalasHapusAyah saya Abdul Gani Makku juga merupakan penyebar ilmu tasauf dan tarekatnya.penulis silahkan menelusuri jejak nama ayah saya. Jika sudah mendapati silsilahnya silahkan menghubungi saya untuk saya perlihatkan buku salinan aslinya😊😊😊
Dongko daeng irate atau dongko daeng matasa?maaf baru hadir di 2021 ini😶
BalasHapus