Jumat, 03 Maret 2017

Sejarah Tiro

         Tiro Dari I Toa Hingga Karaeng

Pendahuluan.
            Sejarah merupakan siklus yang selalu hadir dan ada dalam kehidupan di dunia ini.catatan lewat tulisan,tutur dan benda tentang masa lalu sangat banyak dan komflit bahkan mengandung misteri untuk di urai secara mendetail.Garis lintas untuk mengungkap sejarah membuat kita berdebat hingga pembuktianlah yang mengungkap kenyataan.Sejarah dunia berasal dari keberagaman sejarah lokal dan kebesaran suatu peradaban membuat kita berhenti mengungkap peradaban minoritas,walau itu minoritas kadang merupakan peradaban yang lebih tua dari peradaban mayoritas.
            Mengungkap kehidupan manusia masa lalu dengan siklus yang ditarik kebelakang membuat kita menapak dalam tempat dan wilayah.Salah satu tempat atau wilayah itu adalah Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.
            Kecamatan Bontotiro adalah gabungan 2 ( Dua ) Distrik yaitu Distrik Tiro dan Distrik Batang Bontotangnga.Tiro di kenal dengan salah satu Penyiar agama islam di Sulawesi Selatan yaitu Maula Abdul Jawad Khatib Bungsu Dato Tiro,Jauh sebelum Agama Islam masuk di Tiro telah ada suatu Kerajaan dengan tatanan budaya/tradisi serta sistem pemerintahan yang mapan.

Tau Tiro Ri Pattiroang
Tau Tiro ri pattiroang adalah sebuah makna yang tercurah,tersurat dan tersirat dalam pribadi Orang Tiro.mereka dituntut untuk mencari,mengkaji,menafsirkan tentang sesuatu hal sebelum bertindak,merekapun di tanamkan tentang satu tujuan yang harus di raih dengan keuletan,pantang menyerah,kejujuran dan kegigihan berusaha,merekapun dibekali tentang kekuatan yang tidak Nampak yaitu Doa.
Tau Tiro adalah penghuni wilayah yang harus mampu menginflementasikan kata Tau dan Tiro.Tau adalah manusia/orang sedangkan Tiro adalah pola berpikir dan bertindak sesuai dengan aturan.jika Tau Tiro tidak mampu menampakkan kata itu dalam kehidupan sehari harinya, maka individu tersebut hanya akan menjadi atau dianggap Tau/ Orang.penempatan kata tau/orang diartikan sebagai individu tanpa keahlian,tapi jika di satukan menjadi tau tiro maka diartikan sebagai manusia yang punya keahlian sehingga bisa menjadi panutan untuk orang lain.
            Kemapanan Ilmu dan Perilaku sangat ditekankan dalam masyarakat Tiro.dasar dasar untuk mencapai falsafah hidup  Tau Tiro Ri Pattiroang adalah Niat,ulet,pantang menyerah,jujur,berdoa dan tidak sombong.Jika orang Tiro meninggalkan dasar Falsafah ini, maka dianggap tidak mampu mengartikan/menempatkan dirinya menjadi  Tau Tiro Ri Pattiroang.
      Darimanakah dan apakah kata Tiro itu ?. Tiro berasal dari kosa kata bahasa hingga jadi tempat atau wilayah.Jika Tiro di tempatkan dalam bahasa ( Kata / kalimat ) maka maknanya adalah memandang,jika di jadikan pattiroang maka akan bermakana memandang atau melihat  sesuatu yang baik/indah ( suri tauladan ).Dari segi tempat/wilayah kata tiro adalah puncak yang tinggi.
            Banyak yang mengenal dan melakukan Penelitian tentang Tiro hanya sebatas masuknya Agama Islam oleh Dato Tiro namun tidak ada yang pernah mengungkap sejarah sebelum kedatangan Dato Tiro.Saya selaku salah satu pewaris sejarah tiro mencoba untuk mencari dan mengumpulkan bahan tentang Tiro Sebelum Islam.
Sejarah tentang  asal usul Tiro dan system pemerintahannya terbagi dalam empat Bagian yaitu :
1.Tiro Kuno
Asal Usul Tiro
LONTARA PATTIROANG :
Lohe Barumbung se’re pikatu
Barumbung Si kasannangngi ri empoang na
Si la’biri ri bicaranna
Si katutui ri tallasa’na
Artinya/Penjabarannya :
Sebelum ada sistem pemerintahan dan Tiro belum di kenal sebagai suatu  kerajaan,maka daerah ini terbagi dalam beberapa wilayah kecil berbentuk dusun yang di perintah oleh seseorang dengan gelar Barumbung semacam Kepala Suku. Barumbung mempunya otonomi penuh atas wilayahnya masing masing.Tali persaudaraan antara Barumbung amat erat sehingga tidak pernah terjadi pertumpahan darah antara mereka.
( Nama-Nama yang pernah menjadi Barumbung dan tempat yang di pimpinnya tidak di tulis dalam Lontara Pattiroang ).






       ( Tempat duduk Tu Manurung yang di jadikan tempat melantik Raja Tiro }

TU MANURUNG  ( Orang dari Langit )
Lontara Pa’Tiroang :
Ri hambang na allo ma’rinraya
Ri parallo tamma’tappua
Joja ri katallassang na ti rere ri iloro
Na se’re mo barumbungnga a’boja bosi
A’karesomo panrita na sanro a a’paturung bosi
Tamma matti’ ere a,tamma lari binyara allo a
Latte ri tangnga allo,annettere buttaya
Tarauhe ri langi’ ma’binyaraya
Na ri cappa’na accidong mi I Toa ri batu kalompoang
Cappa se’reang na a pihali mi kamase mase a
Nani lipungi mo tau a’binyara ya kalenna ri barumbungnga na taun na
Ni kuta’nang ri barumbung
Na’pihalimo tau binyaraya kalenna
ma’nassana tau langi
Itoa buru’ne ,
natajangngi bahinengna battu ri Possi tana
nana tiro I urang siana’ bahine na I kamase mase a.
nambua’mo Hulaeng mapute tau possi tanaya bunga biraeng
barumbung ma’pikatu ,manassa tau lagi’ko punna bosi sarroi kunre mae
nakke tau langi ma’lino,bosi sarro pangngeranu….apa pa’pikatuku
nakke barumbung,iya ngase angnyomba ri kau
nakke tau langi’,pa’pala ku ri tau langi’,tamma lino ku pa’lino
a’sereko angngerang pa’ka’kasa koko,pa’kakasa katallassang na sikaju tedong camara
pangka se’re, rurungang batu ganrang.
ARTINYA /PENJABARANNYA :
Pada suatu masa, musim kemarau amat panjang melanda wilayah tersebut. Para barumbung berembuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Dukun ( Sandro ),Para normal ( Panrita ) dan beberapa orang sakti telah di kumpulkan untuk menurunkan hujan,namun tidak ada yang mampu.keadaan ini berlangsung cukup lama hingga datanglah Tau Langi’ ( Orang dari langit ).Sebelum Tau Langi’ menginjakkan kakinya di Bumi terdengarlah suara petir menggelegar di Siang hari yang terik,saat itu tanah bergetar seperti gempa,di langit muncul pelangi dan di ujung pelangi tersebut terlihat cahaya yang sangat terang.pangkal pelangi yang bercahaya itu ada di atas sebuah bukit yang cukup tinggi dan ujungnya ada di wilayah yang sekarang di sebut Kajang.Orang-orang geger karena kejadian itu, Para Barumbung bersama dengan rakyatnya berlarian ke bukit yang bercahaya tersebut, disana ada seorang lelaki duduk diatas batu dan seluruh badannya bercahaya. ( batu tempat duduk Tu Manurung ini dijadikan Pallantikang / Tempat melantik Karaeng atau Raja ).
Barumbung    : “ Anda Siapa,Darimana dan sedang apa di Sini ? “
Tau Langi        : “ Namaku I Toa Burune,Asalku dari Langit,Saya sedang Menunggu Istriku Hulaeng mapute dan Tiro I ( Melihat dari tempat tinggi ) adik perempuanku di seberang sana….Kamase mase. “ ( Adik perempuannya yang bernama Kamase-mase muncul di Kajang).
Tidak lama kemudian muncullah istri I Toa Buru’ne seorang perempuan cantik dari  Possi Tana
(lubang yang berarti Pusat bumi ) Hulaeng Mapute ( Hulaeng = bercahaya seperti emas tapi ada
juga yang mengatakan bahwa badannya penuh dengan perhiasan emas, Mapute = Berkulit
putih ).Hulaeng Mapute kemudian di beri gelar  Bunga Biraeng na Possi Tana
Barumbung    : “ Jika betul anda dari langit,tolong turunkan hujan di wilayah ini . “
I Toa Buru’ne : “ Aku tidak bisa berkata pasti,namun aku akan berusaha  dan jika aku mampu membuktikannya,apa balasan kalian ? “
Para Barumbung berembuk,lalu mengeluarkan keputusan 
Barumbung    : “ jika kau mampu menurunkan hujan,maka kami akan mengangkatmu sebagai pimpinan/raja kami.”
I Toa                : “ Baiklah,tapi ada syaratnya.”
Barumbung    : “ Apa Itu ? “
I Toa                : “ Kalian harus menyiapkan kerbau yang paling gemuk tanpa cacat dengan tanduk panjang melingkar,serta kumpulkanlah rakyatmu dengan membawa alat makan,alat pertanian dan gendang batu. “

Batu Ganrang ( Gendang Batu )
Lontara Pa’Tiroang :
Barumbung na taunna ma’sere ri pakkakkasa koko,pangnganreang
Barumbung na panrita a’joja ri pa’bojang batu ganrang.
Tamma ni itte tamma ni uppa
Na dalle’mo barumbung ri I Toa buru’ne
Tammaka ku pau ri dallekannu
Lanri tamma kullena ni pahua’ batu ganrang
I Toa buru’ne ma’pihali ku pa’riekangko, ammuka a’ripung mako ri  tamma binyara alloa
Na pa tangnga langi pangngerana
Na ni pahu a mo batu ganrangnga atturung ri biring tamparang
Na ni battu imo I Toa ri tamma binyarana alloa
Ma’nassa na ganrang batua rie mi a’lino pallanteangnga pasangku
I Toa ri batu kalompoang’ tamma toa ri tanja’ ,
tamma la’biri ri pau pau,
tamma lolo ri panggaukang,
tamma pikatu ri cappa lila…lanri natajangna panrita pa’pikatu
Kalimbu ki care-care pute
Bissai rara jangang pute
Nana gaukangmo pa’surona I toa
Sitte tu ma’siana ri nyaha
Angngerang jangang le’leng na care care le’leng
Leleng ma’nassa na kamase mase a
Pute ma’nassana I Toa Buru’ne.
Panrita pa’pikatu a’pasang
kalimbuki kalenna care-care
itiki pintallung na Bissai rara jangang
ARTINYA/PENJABARANNYA :
Demi menurunkan hujan maka para barumbung dan rakyatnya membagi tugas untuk
menyiapkan peralatan yang di sebutkan oleh I Toa Buru’ne.setelah diadakan pengecekan
ternyata ada alat/bahan yang tidak ada yaitu gendang batu.karena mereka kesulitan untuk
mendapatkan gendang batu,diutuslah satu orang barumbung menghadap ke I Toa Buru’ne :
Barumbung    : “ Maafkan Kami, alat/bahan untuk upacara besok telah kami siapkan namun ada satu yang tidak mampu kami dapatkan yaitu gendang batu,bagaimana jalan keluarnya ? “
I Toa Buru’ne : “ Baiklah,akan kuusahakan gendang batu tersebut….aku akan bersemedi sebentar malam…. besok sebelum matahari terbit berkumpullah kalian di tempat ini “
Barumbung    : “ terima kasih sebelumnya dan pesanmu akan kusampaikan, tabe’ (permisi )”

Akhirnya barumbung pulang dan menyampaikan pesan I Toa Buru’ne kepada para
berumbung lainnya.
Malam harinya I Toa Buru’ne bersemedi meminta gendang batu kepada yang Maha Kuasa.Dalam semedinya I Toa Buru’ne di beri wangsit bahwa gendang batu tersebut akan di turunkan dari langit dan akan di letakkan di wilayah yang jika gendang tersebut di pukul maka akan di dengar di wilayah I Toa dan Kamase masea.Gendang batu tersebut akhirnya mendarat di sebuah pantai bersama dengan pengawalnya/kuncen yang disebut Panrita Pa’pikatu.
Saat ayam jantan berkokok menandakan dini hari maka Para barumbung dan rakyatnya menghadap ke I Toa buru’ne sambil membawa peralatan untuk upacara.
Barumbung    : “ Bagaimana dengan  gendang batu itu Toa ? “
Sambil menunjuk, Itoa Buru’ne berkata :
I Toa Buru’ne : “ Kirimlah utusanmu ke bukit di seberang sana,bawalah ayam jantan dengan bulu berwarna       putih dan kain yang cukup panjang dan lebar dengan warna putih lalu sampaikan pesanku I Toa ri batu kalompoang’ tamma toa ri tanja’ , tamma la’biri ri pau pau, tamma lolo ri panggaukang, tamma pikatu ri cappa lila…lanri natajangna panrita pa’pikatu ( tua di tempat tertinggi,tapi jangan tua karena wajah dan usia jika ucapan dan tindakan tidak berbobot,jangan muda dan gagah sehingga segala sesuatu dimudahkan,tidak mampu diucapkan oleh lidah jika perasaan dan tindakan tidak menyatu,yang mampu menyampaikan pesan hanya panrita pa’pikatu ).
Maka diutuslah beberapa orang ke bukit tempat gendang batu tersebut,ditengah jalan Utusan dari Itoa buru’ne bertemu dengan utusan dari Kamase mase a yang membawa kain warna hitam dan ayam jantan dengan bulu berwarna hitam.Mereka lalu bersama sama menghadap ke Panrita Pa’pikatu :
Panrita Pa’Pikatu                  : “ Siapa Kalian ? “
Utusan I Toa Buru’ne            : “ tabe’ ( Permisi/Salam ) Saya Utusan I Toa Buru’ne belia berpesan : tamma toa ri tanja’ , tamma la’biri ri pau pau, tamma lolo ri panggaukang, tamma pikatu ri cappa lila…lanri natajangna panrita pa’pikatu “
Utusan Kamase Mase a         : “ tabe’ Saya utusan Kamase mase a beliaupun berpesan : Kamase masea malolo ri tanja tamma lolo ri panggaukang,tamma pikatu ri cappa lila lanri natajang na panrita pa’pikatu “
Panrita Pa’pikatu                  : “ pa’pikatu ri anging,pa’mai’ jannang ri nyaha…I Toa kamase mase a na I kamase mase a a Toa,salu pa’pikatu naku salu ri salu ma’ salu. ( Pesan akan kusampaikan ke semua mahluk yang bernyawa,I Toa dan Kamase mase a bersaudara,tidak bisa di pisahkan.Pesan ini harus pasti dan yang mendengarkan adalah orang yang layak/kutujukan di atas bumi ini ).
Kedua utusan itu di perintahkan untuk membungkus gendang batu tersebut dengan kain yang mereka bawa,Kain warna putih adalah utusan I Toa dan kain warna Hitam adalah utusan Kamase mase a. selubung kain di badan gendang tersebut seimbang / terbagi dalam dua warna yaitu putih dan hitam. Ke dua utusan itu diperintahkan untuk mengelilingi gendang batu tersebut lalu mengorbankan ayam yang mereka bawa dan darahnya di percikkan ke gendang batu tersebut.Gendang batu tersebut di pukul oleh panrita pa’pikatu dengan tangan kosong setelah ada tanda dari I Toa/Ka mase mase a berupa asap.munculnya asap ini adalah dari kayu pembakaran kerbau.
Selanjutnya dalam Lontara Pattiroang :
Ganrang batu ma’sa’ra latte
Nipaturung a’jari pa’pikatu ri tau ma’lino nu nikangkang nga ri tau ma’siana’
I Puang Toa Buru’ne na Kamase Mase a
Ma’lino ko na saba tau lino a’pala’ri ma’nassaya lino tammalino
Nipinahang ri panrita pa’pikatu
Nihasa ri rara jangang le’leng na pute
Le’leng na pute pa’linoang
Le’leng na pute ma’siana’ ribatang kale,sikalabbiri ri ati
Latte batu ganrang ma’pihattu
Allo lattena I Puang Toa Buru’ne
Bangngi lattena Amma’toa Kamase masea
Punna silaloi hattunna,possi tana pa’la’pokanna.
Artinya/Penjabarannya :
Batu ganrang/Gendang batu bukan hanya benda/alat untuk  menyampaikan pesan,tapi merupakan perekat dan tanda  tentang ikatan kekeluargaan. Persaudaraan antara I Toa Buru’ne dan Kamase mase a di satukan dalam ikatan raga dan batin. Persaudaraan itu berlaku kepada semua turunannya, Ikatan itu tak terpisahkan sampai kapanpun.Jika ada masalah antara mereka ( Orang Tiro dan Kajang ) tapi tidak bisa  didamaikan, possitanalah tempat menyelesaikannya.Panrita possitana Tiro dan kajang,masing masing akan bersemedi di possitanaya meminta kepada Tau ma’butta tanaya ( yang hidup di bawah tanah )apa yang harus dilakukan.Jika telah ada suara/perintah dari Possitanaya maka orang yang tidak mau di damaikan tersebut wajib untuk menerima keputusan itu. 
Amma’toa adalah jabatan awal sebelum Ammatoa.Amma’ berarti Ibu sedang toa adalah Tua.Amma’toa adalah ibu dari orang tiro dan kajang.setelah Amma’toa ( Kamase mase a ) mallayang ( Lenyap ) maka digantikan oleh suaminya sehingga berubah menjadi ammatoa ( ayah tertua ).I Toa adalah jabatan di tiro sebelum menjadi Karaeng. I Toa bermakna yang dituakan atau yang didengarkan segala perintahnya. Orang Kajang dan Tiro memandang keduanya sebagai panutan sehingga Pasang keduanya kebanyakan saling terikat. Sampai saat ini panggilan kali ( sepupu ) masih berlaku/sering di pakai  oleh  Turunan I Toa Buru’ne ( orang Tiro ) dan Turunan Kamase Mase a ( Orang Kajang ).



{ Batu ganrang tanpa Penutup di kedua sisinya panjangnya kurang lebih 2 meter dengan diameter sekitar 40 cm }

Catatan Tutur :
Saat gelar Karaeng dipakai di Tiro, Ammatoa tidak mau merubah gelar/jabatannya.atas persetujuan Ammatoa dan Kerajaan gowa, maka gelar Karaeng dan ammatoa di pakai di Kajang. Karaeng memerintah di wilayah Kajang tapi tidak punya kuasa untuk memerintah Ammatoa dan wilayahnya. Jadi wilayah Ammatoa adalah otonomi khusus yang tidak membayar Upeti ke kerajaan Gowa.Ammatoa tidak membayar Upeti dan di beri Otonomi khusus karena Sombaya di Gowa minta di beri Ilmu /Mantera tidak terkena penyakit apapun di dunia ini. ilmu tersebut di berikan oleh Ammatoa kepada Sombaya di Gowa.
( Tempat jatuhnya gendang batu tersebut dahulu kala adalah Pantai,hal ini bisa di buktikan dengan banyaknya karang laut dan kulit kerang  yang menempel pada batu yang berada di sekitar gendang batu tersebut. Wilayah/kampung tempat gendang batu tersebut kemudian di beri nama Salu-Salu yang sekarang masuk kedalam wilayah Desa Dwi Tiro Kec.Bontotiro Kab.Bulukumba.Kata Salu-Salu diambil dari ucapan Panrita Pa’pikatu yaitu Salu ri salu ma’salu atau Salu ri I Toa na Salu ri Kamase masea ( Salu = aliran/saluran tapi di jabarkan menjadi diperdengarkan/disiarkan ).
Paturung Bosi  ( Menurunkan Hujan )
Lontara Pattiroang :
Laku pasimba I bosia ri puntanaya
A’rambu tedongko ma’nassa ri langit na panrita pa’pikatu
Ganrang batu tanra pammitikang ri possi tanaya
Pa’ka’kasa koko na pangngangreang tunrung.
Artinya/penjabarannya :
Para Barumbung dan rakyatnya yang berkumpul di tempat I Toa dengan membawa
Peralatan makan,peralatan pertanian dan kerbau jantan satu ekor. Mereka menunggu perintah dari I Toa untuk memulai Upacara Paturung Bosi.Saat Para Barumbung dan rakyatnya sudah mulai jenuh dan resah tiba-tiba I Toa berdirilalu berkata:
I Toa Buru’ne             : “ Saat Saya bersemedi diatas batu ini,sembelihlah kerbau itu dan darahnya  kau teteskan ke lubang possi tanah,lalu bakarlah kerbau itu di atas kayu yang telah kau kumpulkan itu…..Asap dari pembakaran itu adalah tanda buat Panrita Pa’pikatu,jika kau telah mendengar bunyi gendang maka kelilingilah possi tanah itu sambil memukul alat pertanian dan alat makan yang kalian bawa.”
( Pembakaran Kerbau ini disebut A’Rambu Tedong ).
Setelah memberikan petunjuk tentang prosesi upacara maka I Toa bersemedi,Para barumbung dan rakyatnya kemudian melakukan ritual sesuai dengan petunjuk I Toa.Saat asap mulai melambung tinggi ke langit maka terdengarlah bunyi gendang yang memekakkan telinga.
Lontara Pattiroang :
Ri pammitikangna barumbung na taunna
Mambua’ olong male’leng     
Ma’sa’ra latte ma’bebe kila’
Matturung bosi ri puntanaya
Mangnyombami barumbung na taunna
Inakke minni taunta
I gitte mi intu sombangku tulusu mange
Itoa ma’pasang
Inni pa’rasangangnga ku areng I Tiro
Inni bulu a Pattiroang
A’tiro ko Ri Tiro nani Tiro I ko Ri Tau a’tiroa.
 Artinya / Penjabarannya :
Bunyi gendang itu dari Panrita Pa’pikatu sebagai tanda untuk mengelilingi Possi tanah sambil memukul alat makan dan alat pertanian.Kira-kira tujuh putaran langit berubah warna,mendung datang di iringi kilat dan suara petir,hujan lalu turun dengan derasnya.Saat itu juga Para barumbung dan rakyatnya bersujud di hadapan I Toa :
Para Barumbung dan Rakyatnya     : “ Mulai saat ini engkaulah junjungan kami.”
I Toa Buru’ne                                     : “ Baiklah aku terima sembah dan kata-katamu, mulai saat ini wilayah ini kuberi nama TIRO ( Panutan ) serta Bukit ini kuberi nama Pa’tiroang ( Tempat untuk melihat atau mengintropeksi diri )
Tempat Tumanurung I Toa Buru’ne dikenal dengan nama Pattiroang .disana ada dua bangunan yang termasuk megalitikun yaitu Batu tempat duduknya I Toa Buru’ne yang berubah menjadi Pallantikang ( Tempat melantik Karaeng atau Raja-Raja Tiro ) dan tempat keluarnya isteri I Toa Buru’ne yaitu Possi Tanah ( lubang yang dikelilingi susunan batu gunung ).disamping kedua bangunan megalitik itu ada juga kuburan Karaeng Tiro yang pertama memeluk agama Islam yaitu Launru Daeng Biasa.
            Dalam Lontara Pattiroang nama bukit ini biasa di sebut bukit Kilat karena asal mula I Toa buru’ne di tempat itu penuh cahaya kilat serta di tempat itu kita selalu melihat kilat di malam hari.Satu hal yang menarik buat penulis adalah sejajarnya 3 ( Tiga ) tempat yaitu Possitana/pallantikang,pa’laharrang bahia dan batu ganrang.kemungkinan besar possi tanah di kajang juga sejajar dengan ke tiga tempat itu.
Anrong Batara dan Pa’Laharrang Bahia.
Lontara Pattiroang :
Joja a’lampa joja ambua’
Ma’kungraring tau ma’lino
Namminahang pau-pau pa’pikatu katallassang
Tinannang angsulu’sa’ri
Olo’-olo’ rungresa ri bara tala ala’

Hulaeng mapute angngera.
Pa’pala’ ma’lino mange ri tala lino a
Nakulambusi pasang ma’lino ri batu bo’dong anrong bataraya
Kusareko naku sangkaki pangngeranu
Kupa’lino I panrita lamung-lamung
Kupasi kambara anrong batara
Kupije’neki rarana ladomeng
Kupa’nassa a’jari tinannang ri linoa
Matturung bosi mattajang lamung-lamung
Ma’sa’ra pasang battu ri tu tammalino
Tampa’ tamma jija panrita lamung-lamung ma’tajang
Pa’kakasa pangnganreang bulaeng na pataja
Bulaeng ma’belo ri kale tau
Tinannang ni pahua’ ri puntana
Batara Ni paturung battu ri langi
Bahi ni rurungang ma’jari katallassang
Nibara I bahi ladomeng
Nilahara ri batu bo’dong
Ni pahassi’ rarangna ma’jari anrong batara
 Anrong batara patinroi ri palangka lamung-lamung
Pa’ka’kasa koko paene ri ranjang palangka lamung-lamung
Pangngangreang pasappe’I ri sa’ri batu bo’dong
Pikatui ri kala’birang,pirurunrungi pau pau tamma lino.
Artinya/Penjabarannya :
Hujan deras yang membasahi tanah tiro bukan pertanda masalah telah berlalu karena saat hujan reda timbul lagi masalah baru yaitu tidak ada bibit tanaman.namun hal ini akan diselesaikan oleh istri I Toa Buru’ne yaitu Hulaeng Mapute.Belia adalah Puteri/keturunan Tau ma’butta Tanaya ( Orang yang hidup di alam bawah tanah ).
Hulaeng mapute kemudian melakukan semedi,dalam semedinya beliau mendapat wangsit atau petunjuk :
“ Akan kukabulkan permintaanmu anakku,Saya akan lengkapi permintaanmu yang penuh kekurangan….besok pagi saat hujan tataplah dari atas bukit ini tempat yang tidak basah / tidak terkena tetesan air hujan. “


{ Batu tempat Pa’laharrang bahia }

Keesokan harinya saat hujan nampaklah suatu tempat dalam lembah yang tidak basah oleh hujan,Saat hujan reda maka I Toa,istrinya,para barumbung  beserta rakyat Tiro mendatangi tempat tersebut.Sampai di tempat itu nanpaklah seorang lelaki berdiri di kelilingi oleh bibit Jagung,Ketela,babi dan peralatan makan dan perhiasan dari emas.Lelaki tersebut adalah Panrita Lamung-lamung.Saat bibit tanaman jagung dan ketela akan di bagikan maka diadakanlah Upacara dengan memotong dua ekor babi di atas batu yang berbentuk lesung/antang.darah babi tersebut di campur air dan di percikkan ke bibit tanaman yang akan di bagikan ke rakyat tiro.daging babi diolah menjadi lahara ( Masakan khas orang Tiro ) di dalam batu berbentuk lesung.bibit tanaman yang telah di beri percikan darah babi dan mantera dari panrita lamung-lamung di tanam oleh rakyat tiro.bibit tanaman ini tidak boleh di tanam semuanya tapi hanya sebagian dan sisanya di simpan diatas loteng rumah.Bibit yang di simpan inilah yang di sebut anrong batara,yang setiap saat di beri sesajen dan sangat di sakralkan.
Sebelum pembagian bibit tanaman maka Panrita lamung-lamung berpesan :
1.      Bibit ini adalah pemberian batara makanya jangan di sia-siakan
2.      Saat musim tanam datang dilarang menanam tanpa ada perintah dari panrita lamung-lamung
3.      Babi yang mengganggu tanaman ini tidak boleh di bunuh selama itu bersifat wajar,tapi jika sudah berlebihan sudah di perbolehkan membunuhnya serta merupakan tanda tentang adanya pelanggaran oleh pemerintah atau rakyat.
4.      Upacara dilakukan sebanyak dua kali yaitu angngangre lolo ( Makan Jagung muda ) dan pangnyappe ( panen jagung yang tua )
5.      Dilarang memperjual belikan jagung muda,masyarakat yang butuh jagung muda harus minta kepada pemiliknya.
6.      Siapa yang tidak menanam jagung dilarang untuk ikut angnganre lolo dan yang gagal tanaman jagungnya harus melapor ke panrita lamung-lamung.
Tempat ini di beri nama Pa’laharrang Bahia yang selalu ramai saat musim tanam dan musim panen.Ubi kayu yang di bawa oleh panrita lamung-lamung adalah tanaman sela atau pengganti jika tanaman jagung gagal.babi yang dibawa panrita lamung-lamung sangat gemuk,babi ini di beri nama La domeng. Tempat penangkaran babi itu  sebuah lembah tidak jauh dari Pa’laharrang bahia yang sekarang berubah menjadi nama kampung yaitu Domeng.
Perhiasan yang dan peralatan makan yang di bawa oleh panrita lamung-lamung di simpan dalam sebuah gua di sekitar pa’laharrang bahia.alat makan dan perhiasan ini akan di keluarkan jika ada upacara di pa’laharrang bahia.
Anrong batara di samping sebagai bibit tanaman maka berpungsi juga sebagai wadah untuk menyembah kepada dewa.wadah ini biasa disebut palangka.Sampai sekarang masih banyak yang meyakini dan melakukan ritual anrong batara. 



Kuburan Tu Tiro
Lontara pattiroang:
I Toa Burune na hulaeng mapute rurung kamase masea Mallayang ri lino
Ma’lino ri tamma lino I Toa
Tamma tappu tamma ni pau,lanri lohena mo.nana rapikimo I Toa Karua ya
pattinroang sannang ri liang batu,
nigaukang ngi ri empoang mallayang na I Toa
Tala ku pahua’ ri pasang
Ma’nassana mattinro a ri batu
Iyaji ku pa’nassa I na pambua’ki Samparaja Daeng Malaja.
(Itoa buru’ne dan hulaeng mapute serta kamase masea lenyap dari bumi. Amat banyak dan tidak mampu disebutkan satu persatu yang lenyap dari bumi, turunan kedelapanlah yang pertama di kuburkan di batu. turunan I Toa banyak yang dikuburkan di liang batu namun hanya satu nama yang mampu kuucapkan yaitu Samparaja Daeng Malaja )
Hadirnya Itoa buru’ne dan Kamase mase a ke atas bumi adalah adanya pertentangan faham antara mereka.Itoa buru’ne berpendapat hati yang menggambarkan tanpa keraguan dan raga yang melakukan dengan tepat ,sementara kamase mase a berpendapat raga tidak usah dilibatkan karena itu bersifat kasar dan sombong.pertentangan ini kian meruncing hingga terjadilah adu fisik.Raja langit turun tangan mendamaikan kedua anaknya namun tidak ada penyelesaian.Raja langit marah dan mengutuk kedua anaknya ke Bumi :
Raja Langit                  : “ Kalian akan kuturunkan ke bumi dan menjadi penghuni bumi selamanya jika kalian tidak mampu mengurai makna pertentangan itu.”
I Toa Buru’ne : “ Baiklah ayahanda,tapi izinkanlah saya membawa istriku Hulaeng Mapute . “
Raja Langit     : “ Silahkan tapi penentu adalah mertuamu Raja ma’butta tanaya. “
I Toa Buru’ne diberi izin oleh mertuanya untuk membawa istrinya ke bumi.setelah I Toa dan Kamase mase a mendapatkan makna dari pertentangan  faham itu maka Raja langit mengangkat mereka kembali keatas langit.I Toa Buru’ne,istrinya dan saudara perempuannya Kamase mase a kemudian lenyap dari muka bumi ini.lenyapnya mereka di sebut mallayang oleh orang Tiro.Tampuk pemerintahan kemudian diserahkan kepada anaknya dengan gelar yang sama ( I Toa ).
Jejak mallayang dari I Toa buru’ne diikuti oleh keturunannya sampai ke tujuh.saat I Toa kedelapan meninggal dunia,beliau tidak mallayang.para panrita dan sanro melakukan semedi minta petunjuk,maka turunlah wangsit agar dikuburkan di liang batu.alasan dikubur diliang batu karena  raja langit marah jika di kuburkan di tanah dan jika di kuburkan di langit maka raja tanah marah.hal ini berlangsung cukup lama hingga pemerintahan Samparaja Daeng Malaja.


Ada 4 hal yang di catat dan merupakan kesimpulan penulis tentang Samparaja Daeng Malaja yaitu :
1.      Beliau adalah Raja Tiro yang pertama namanya di tulis dalam lontara pattiroang.
2.      Beliau Raja Tiro yang memakai gelar Karaeng
3.      Beliau Raja tiro yang bukan turunan dari I Toa tapi konon berasal Dari Luwu.
4.      Beliau adalah raja Tiro yang terakhir di kuburkan di liang batu.
Setelah Samparaja Daeng Malaja meninggal maka turun lagi wangsit.

Lontara Pattiroang :
Naku pa’linomo pasangku
Ammilemako tampa’ jannang
Nakke batara tanaya
Kusareko kasannangngang beru
Ka tu langi’ a’pikatu ri empoang mallayang na I Toa
Kusareko tana pattinroang majannang nu ri butta kila’
Ku era ri katallassang ma’lino nu
Palembai mange ri empoang tinronu
A’cidong ko ri tinro jannangnu
Nanu tiro tamparang tamma’lajjua pa’mai’
(Dengarkan pesanku,silahkan kau memilih tempat untuk di kuburkan apakah di liang batu atau di dalam tanah. Saya dewa tanah,memberikan izin untuk menguburkan di dalam tanah kepada siapapun yang meninggal,karena raja langit telah menyetujuinya,kuburkanlah di atas bukit kilat bersama barang-barang dan harta kekayaannya di dunia agar dia tenang di kuburnya,duduklah saat di kuburkan dan menghadap kelaut sehingga kau mampu melihat indahnya laut biru tanpa jenuh ).
Dalam lontara pattiroang Tidak disebutkan berapa jumlah Itoa bertahta di Kerajaan Tiro sebelum Samparaja Daeng malaja Karaeng Sapo batu memerintah.

2.Tiro Setelah ditaklukkan Kerajaan Gowa
Saat Karaeng Tumapa’risi kallong na bertahta di Kerajaan Gowa,beliau melakukan ekspansi kebeberapa kerajaan.Kerajaan Tiro tidak luput menjadi kerajaan taklukan atau Kerajaan palili.saat itu tiro di perintah oleh  Samparaja Daeng Malaja. Kerajaan Gowa sebagai penguasa merubah gelar dan tatanan pemerintahan di kerajaan Tiro diantaranya : I Toa berubah menjadi Karaeng,memakai gelar Daeng,Barumbung dihapus dan diganti menjadi Lompo atau Gallarrang.
Dongko Daeng Irate.
Beliau ini adalah salah satu raja Tiro yang paling kontropersial mulai dari asal usulnya, urutan pemerintahannya, sampai kehebatan diplomasinya.asal usul Dongko Daeng Irate ada dua versi yang mengatakan beliau orang tiro dan versi  yang mengatakan beliau Orang Gowa. Tapi setelah saya melihat beberapa Lontara Pa’Karaengang Ri Tiro maka Dongko Daeng ngirate adalah asli Orang Tiro.belum selesai perdebatan masalah asal usul muncul lagi perdebatan tentang  Urutan Pemerintahan Dongko Daeng Irate. terbagi atas tiga  versi yaitu ada yang mengatakan urutan ke dua,ada yang mengatakan urutan ke tiga dan ada juga ke empat.Urutan pemerintahan beliau tidak saya permasalahkan namun Kehebatan diplomasinya selaku  karaeng atau Raja di Kerajaan Tiro sehingga Kerajaan Tiro tidak membayar Upeti ke kerajaan Gowa serta Tiro melantik Karaeng atau Rajanya sendiri.
Kehebatan diplomasi Dongko Daeng Irate terjadi ketika beliau melamar seorang perempuan dalam lingkungan kekerabatan kerajaan gowa.Utusan dari Dongko karaeng tiro di tolak oleh sombaya karena yang di harapkan datang adalah Dongko Daeng Irate oleh Sombaya.maka pulanglah utusan Dongko Daeng Irate ke kerajaan Tiro.Beberapa hari kemudian berangkatlah I Dongko Daeng I Rate menghadap ke Sombaya di Kerajaan Gowa.Sampai di hadapan Sombaya beliau menyampaikan maksudnya melamar seorang perempuan yang bernama Lomo Daeng Tapa’ja janda dari Karaeng Baroanging.
Sombaya        : “ Lamaranmu saya terima dengan dua syarat yaitu : 1. kamu tidak menjadi  lagi Karaeng/Raja di Tiro karena harus menetap di Gowa.   2. Kamu tidak boleh kawin lagi. “
Dongko           : “ Maafkan Saya Karaeng,tabe’ ….Banyak karaeng tapi bukan sombaya.apakah benar Sombaya adalah Manusia yang menjadi panutan dan bijaksana?....  jika benar maka maafkanlah saya jika menyampaikan juga 2 Permintaan.“
Sombaya        : “ Benar kata-katamu dongko tidak sembarang yang menjadi Sombaya,Apa permintaanmu ? “
Dongko           : “ maaf Karaeng….saya meminta kebijakan Karaeng selaku sombaya jika saya tidak jadi karaeng di Tiro maka saya minta supaya Tiro yang merupakan kerajaan kecil tidak membayar Upeti ke kerajaan Gowa,upeti tiro tidak seberapa dan jika tidak membayar upeti  tidak berpengaruh terhadap kas kerajaan gowa…..tabe karaeng jika saya dilarang kawin lagi maka kebijakan selaku sombaya, saya minta dengan kerendahan hati…. agar tiro memilih dan melantik Karaengnya sendiri,hanya laporan yang di bawa ke kerajaan Gowa.”
Sombaya        : “ Saya terima permintaanmu Dongko dengan ketentuan tepati janjimu dan Tiro tetap menjadi Kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa “
Dongko           : “ Tabe karaeng….Saya adalah Manusia yang pantang untuk ingkar,jika saya ingkar maka saya dan turunan saya akan menjadi Budak di dunia dan akhirat. Kerajaan Tiro tidak akan pernah melepaskan diri dari Kerajaan Gowa “
Setelah Dongko menikah ,maka beliau menetap di Gowa sampai akhir hayatnya.Kerajaan Tiro akhirnya tidak membayar upeti dan Karaeng atau Rajanya di lantik
tanpa campur tangan Kerajaan Gowa. Kerajaan Tiro hanya melaporkan ke Sombaya di Kerajaan
Gowa  hasil pertemuan adat tentang Nama Karaeng/Raja yang akan dilantik serta waktu
pelantikannya.

3.Tiro Saat dan Setelah memeluk Agama Islam.
Seiring berjalannya waktu maka pemerintahan di tiro silih berganti dengan kisahnya masing-masing.Saat Launru Daeng Biasa bertahta di Kerajaan Tiro masuklah Agama Islam yang dibawa oleh Maula Abdul Jawad Khatib Bungsu yang di beri gelar Dato Tiro.
Masuknya agama islam dan menjadi agama wajib untuk semua orang di Kerajaan Tiro, merubah tatanan hidup dan struktur pemerintahan. Kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan syariat Islam di rubah bahkan ada yang dihapuskan/diharamkan diantaranya Penyembelihan hewan lainnya harus sesuai dengan ajaran agama Islam,babi dan arak/minuman memabukkan di haramkan,minta hujan di possi tanah diganti dengan shalat minta hujan dan sebagainya.
 Sementara dalam struktur pemerintahan ada penambahan   yaitu kali/kadi,katte,bidala dan doja. Struktur yang baru ini mengurusi masalah keagamaan seperti : Pembagian harta warisan,Pernikahan,kematian,Zakat,Pengurus mesjid,pembaca khutbah,tukang Azan dan sebagainya.Disamping bertugas sebagai ketua  keagaaman maka puang Kali/kadi juga diberi tugas sebagai penasehat karaeng/raja.Setelah dato Tiro mangkat maka diangkatlah penggantinya yaitu Karaeng A’janggoa sebagai Puang kali/Kadi.
Upacara adat/keagamaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam diganti bahkan di tiadakan/diharamkan, Sejarah pengislaman di Kerajaan Tiro akan saya bahas dalam Edisi tersendiri dengan judul “TU TIRO DARI TAMMALINO KE TASAWUF”

4.Tiro setelah perang Gowa – Bone
Dampak dari perang Gowa dan Bone mempunyai dampak langsung dan tidak langsung, dampak tidak langsungnya adalah perubahan tatanan sosial dan pola pikir masyarakat di Sulawesi selatan sedangkan dampak langsungnya adalah berubahnya beberapa tata/struktur pemerintahan di beberapa kerajaan palili seperti kerajaan Tiro.
Setelah perjanjian bongaya maka tiro diserahkan ke Kerajaan Bone.Kerajaan Bone menambah struktur pemerintahan baru yaitu sulewatang dan Macoa.Kerajaan Tiro tidak membayar Upeti ke Kerajaan Bone karena adanya hubungan darah antara Karaeng/Raja yang memerintah saat itu adalah turunan dari Mangkau di Kerajaan Bone. ( Kakeknya turunan Karaeng  Tiro dan Neneknya turunan Mangkau di Bone ).
Kerajaan Bone tidak lama berkuasa di tiro lalu di ambil alih Oleh Belanda.Saat Tiro masuk kedalam kekuasaan Belanda maka beberapa wilayah dirubah nama pemerintahannya seperti  Gallarang Salobundang berubah menjadi Kapala Salobundang,Gallarrang Hila-Hila berubah menjadi Kapala Hila-Hila.
 Berikut beberapa Pasang dan Aru dalam Lontara Pattiroang :
( Disalin dari Lontara Pattiroang yang di Pegang Oleh Alm.Bapak Andi Bangung DM )

Pasang na I Toa Buru’ne a’tiro ri lino
A’bicarako ri kalengnu,anggaukang ko ri lino
Sessa ri ati terasa,sannang ri ati lamma
Pinahangngi ati pa’tantuna tau a
Kale inni alloa na pa’nassai sallo’ kalenna ri pa’bojanna
Pilangngeri pasang ma’linoku
Punna narapi’ hattunna
Punna tala ambua’mi tara uheya ri possitana,
Ta’timbaji mingka na tongko kalenna mi possi tanaya
Puang ambai barumbung,ata a’balla’ bulaeng
Puang sisa’la pa’kantiangngang,ata angnganre ri panne bulaeng.
Puang a’gau’ ata,ata a’gau’ tamma Puang
Puang belo belo a’lino,ata ri lino tamma lino a
Larie’ sallo’ pa’biritta pangngu’rangi ri tau ma’nassaya tau
Larie’ sallo hattunna :
Tala bijami tau a
Tala a’kampong mi patanna kampong
Tala angngittemi ri allona
Belona lino nihaju bija,patanna ni haju puang
Kahajikang a’jari kodi na kakodiang a’jari haji’
Sipaka tau ri kale sikanre ri rara
Bahine a’nangkala,buru’ne a’pallu
Sannang ri tallasa,ru’rusu ri pa’mai
Ana’ a’jari puang toa a’jari ata
Tangku minasa mingka kupasang
Larappai kampongnga ri tau tamma tau
Lambua I puang sembo
La’puntanai pa’biritta lamung lamung lanri anre’na pasang tamma lino a’gau’, Tau ma’lino ri lino tammalino ampinahangngi ri sassang
Puntana garring tala a’lipa’
Tirere ribuhung pa’pikatu
Katallassang ma’nassa na lino tamma lino
Lani lama’ mami puntanaya
Allo na bangngi a’kambarami tamma le’leng ri kale’lengang tamma pute ri kaputeang
Bosi ri tamparang,parallo ri puntana
Pasangku ma’linoa
Pau paungku ripattiroang
Lamminroai panrita pa’pikatu tala make ganrang batu
Lambua I panrita lamung lamung tala make takkang anrong batara
Lapasimbai panrita possitanaya talia ri pattiroang
Tau a’kale asang ma’lino ri ata na Puang Toa
Lang pue I Tiro ri Puang Toa na I puang Toa na I puang Toa
Kale ma’nassa kale tala tau
Nyaha ma’nassa kale tala pitau
Tau ri butta Tiro nyaha ri butta kamase mase
A’nyaha I Tiro,a’pikatu I kamase masea
Sila’biri ri pa’linoang,sipanrita ri lino tamma lino
U’rangi pau paungku
Inai ampasi sa’la’I Tiro na kamase masera
Hassung ri lino,tala jannang ri lino tamma lino
Punna jari pasangku
Punna rie’ja tau ma’lino ri lino tamma’linoa
Laminroi pa’tongko’na batu ganrangnga na tajangngi ri batu ganrang berua
Hojai ri possi tana ma’bicaraya
Lamung-lamung ma’kampong,pa’biritta lamung lamung a’tinro

Pa’pikatu Hulaeng Mapute Tau Possi tanaya
Rie’ lino rilalangna linoa
Battu ngaseki ri lino tammalinoa
Kupiassai pa’linoangnga ri kalenna lino
Katallassang linoa,belo belo pang ngitte ri ati ma’linoa
Punna nupa’nassai belo belona lino,sessako
Kacilakang bakka ri tallasa’na tau tammang ngusse a I sabuttulu’na kajannangngang nga
Pa’tau rilino,kata’pa’kang ri lino tamma lino
Makkuta’nang ri para tu tala ngisse
Padongko ri ati majannang
Simbolengngi ri pa’mai’ uri-urinu
Pa’nassai antere ampaka sannangko na ampaka jannangko
Pa’pikatuku manakku ri ati jannangnga tallasa’na
Gaukangngi,nuhaji nusa’ring jannang ri katallasannu natamma nyusai ri tau ma’lino
Ako uttei parannu tau,apilajarako ri atinnu
Ako langngeri bicara haji’a,appilajarako ri bicara kodia
Pangngu’rangi ma’nassa kalambusang pa’mai ri tau ma’nassaya tau
Panggaukang ri lino rie ngase hassele’na,punna tappa’ko ri se’rea jama jamang haji’ gaukangngi
Ako attajangngi hassele risilalongna
Angngangka’ko bara api,angngangkang ko so’na,angminnyakki tallasa
Bicarako ri pa’mai,agioko rikalambusang,tauko rianrong ma’tau a
Tampa’na pasangku rie ri lino
Paka lambusui nanu pa’minasai ri atinnu
Pakaci’nongngi nu a’tete ri ati tamma gengraya
Ma’mole moleko ri pau pau kalabbirang
Ati tamma sessa,nyaha jannang ri kasannangngang
Esalai pau pau kodiya,pikambu ri ati mappikatunu
Pire’muki tanja’ ma’minasanu,pibelobeloi gau tallasa’nu
Ako sassali tallasaya,a’linoko ri lino tamma lino a

Pasang Kakaraengang
Allo tamma binyara,Bangngi tamma sassang
Kalompoang tamma nassa,kakaraengang tamma bai ri barumbung
Possitanaya ma’kuta’nang,batu kalompoang a’parau ri kala’birang
Palangka nisalai ri kaporeanna
Ru’rusu bannang  kajojang ri cappa pau-pau
Ni taromi kalompoangnga ri Tiro,nipalimbang ri tau Ma’nassana Tiro
Nipasiama’mi ere kala’birangnga ri Tiro
Nipa’nassami karaengmnga ri deppoang batu kalompoang
Sikaliji ambua’ sama turu’ ni pau
Sikaliji a’sa’ra sama turu’ ni gaukang
Sikaliji a’lingka sama turu’ nilapa’ki balena
Karaeng,tau ma’karaeng
Karaeng,tau ma’ata
Karaeng,kalompoang ri Tiro


Aruna Tujo tujo na Possi Tana
Tabe Karaeng
Ammentengnga ri dallekanta,kapammentengang ri tojeng
Amminahangnga ri pau paunta,a’pitau a ri kalenta
Inakke minni tujo tujona possi tanana tiro
Tamma ngu’rangi lino,allingkai mate
Punna kipatau I atan ta,punna ki pa’nassa kalompoang ta
Ki mappikatu ri kalambusang inakke langselangngi siri’ta
Tabe karaeng
Kicidongi batu kalompoang
Kipadongko kabajikang ri ulunta
Punna kijappui possitanaya,kipoto’I pasangna I puang toa buru’ne ri Tiro
Kipa’se’rei ri panggaukang
Inai angsa’sali kakaraenganta
I nakke lampasiama’I butta lambu lambuang
Inakke minni Karaeng
Atanta ri dasere bu’bukangnga
Kupalapi’kalengku,kusahung nyahaku,kupau lalang babata,kugio’ ri pammula paunta
Karaeng malompo kipammo’porangnga
Kipa’lumu atinta,kipina’na’ ri toli alusu’ta
Pau paungku kupa’nassai ri panggaukang
Pau pau iya mintu siri’
Punna tangku cidongi paungku,punna tangku pa’nassai gau’ku,punna badikku a’kanre boko
Tala tallasa a ri puntanaya,tala nyaha a ri anging,talia lino pa’linoangku
Oh Karaeng,sikali karaeng tarrusuki karaeng
Punna atantaji kikaraengi natala karaengngi kalenta
Punna pasang kodita ji manjari tala kirappung pasang kakaraengangnga ri Tiro
Punna dakka tansi ruppata atantaji sangnging annaba
Inakke lampikaraengiki ri poke paladang,ampi bombokiki badik tanna kanre asang
Kupa’jariki ata ri kalompoanta
( Tujo Tujo adalah Pasukan berani Mati yang membela kebenaran )

Aru Untuk Menjemput Tamu :
Tabe ki pammo’porangnga
Kipadakka bangkenta
Kipalisa’cinnata
Kipa’nassa pangngitte ta
Kula’biriki ri nyaha ma’lino na tamma linoku
Kupala’ alompo I dalle’ta

Kusulengka ri dallekanta
A’pikatu ri pammentengan
Na tarimaki butta tiro
Nakala’biriki pattiroang
Kusareki katallassang ( Ditaburi Beras )
Kupadongko ki Ri La’biri Tamma’Tappu ( Di Kalungkan kain/Sarung )

Catatan :
Di taburi beras bermakna makan/minumnya di tanggung dan di kalungkan sarung bermakna keselamatan/keamanannya di jaga.makna lainnya yaitu :
1.      Jika anak ti’no atau tamu yang diagungkan maka akan ditaburi beras empat jenis warna yaitu Merah,hitam,putih dan Kuning serta dikalungkan empat Jenis kain/ sarung berwarna merah,hitam,kuning dan putih.
2.      Jika bukan anak ti’no ( darah Biru asli ) maka akan ditaburi beras hanya satu jenis/satu warna yaitu putih dan dikalungkan sarung satu lembar berwarna putih.
3.      Jika orang tersebut pernah membuat kesalahan terhadap Karaeng  atau Rakyat Tiro maka akan di taburi beras hitam dan di beri kain warna hitam.
4.      jika tidak di taburi beras dan tidak di kalungkan sarung berarti tamu tersebut tidak diharapkan untuk datang.
5.      Aru ini dipakai untuk menjemput karaeng dan keturunannya serta menjemput tamu kerajaan.


Tu Tiro dari Tamma’lino ke Tasawuf

PENDAHULUAN

Dalam masyarakat Tiro,pola kehidupan diatur oleh kaidah kaidah ( Pasang ) yang diterima oleh nenek moyang serta dengan sendirinya dianggap berlaku terus.Tradisi yang berlaku dalam masyarakat sangat mapan sehingga sangat memperkuat keseimbangan hubungan hubungan sosial,yang kesemuanya itu menimbulkan rasa aman dan tenteram dengan kepastian yang dihadapi. Oleh karena itu tradisi dihargai sebagai nilai tersendiri yang tinggi,perlu di pertahankan,bahkan dianggap suci oleh karenanya harus di hormati.moralitas dalam kehidupan berdasarkan prinsip prinsip/kaidah mereka dengan sendirinya menciptakan konservatisme,dukungan kepada status quo dan semacam defens mechanism untuk mempertahankan diri.setiap penyimpanan dan perubahan di pandang buruk,sanksi yang berlaku sangat ketat sehingga efeknya sangat luar biasa.
Peneliti arkeologi telah membuktikan bahwa corak bangunan peninggalan prasejarah pada hakekatnya sama cuman di pengaruhi oleh variasi variasi lokal.bangunan megalitik ada  di Tiro yaitu :
1.        Batu tempat duduk Tu manurung I Toa Buru’ne yang kemudian dijadikan tahta untuk melantik Raja,
2.       Possi tana Pattiroang yaitu Batu yang di susun mengelilingi lubang, merupakan tempat keluarnya isteri I Toa Buru’ne yang bernama Hulaeng mapute bunga biraeng na Possi tana, di jadikan tempat untuk upacara minta hujan.
3.       Pa’laharrang bahi a adalah tempat yang disakralkan juga karena disanalah Panrita lamung-lamung pertama kali menginjakkan kakinya di bumi dan membagi bibit tanaman.sebelum Agama Islam masuk di tempat ini sering diadakan acara A’lahara bahi ( masakan khusus orang Tiro dengan bahan utamanya kelapa parut dan daging babi ). Acara ini di langsungkan saat musim tanam,panen dan gagal panen.
4.       Batu Ganrang adalah batu yang berbentuk gendang. Di tempat ini Panrita Pa’pikatu akan memukul gendang tersebut sebagai tanda pelantikan / meninggalnya raja Tiro atau Kajang, ada wabah Penyakit di Tiro atau Kajang dan ada musuh yang menyerang tiro atau kajang.
Peneliti antropologi yang mempelajari tradisi jaman megalitikpun menyimpulkan bahwa kehidupan jaman megalitik adalah sama diantaranya : pemujaan nenek moyang ( Roh ) dan geneologi,ritus kesuburan dan kemakmuran,pengorbanan hewan dan sebagainya demi keselamatan arwah dalam dunia akhirat.
Asfek keagaamanlah yang paling berpengaruh dalam kebudayaan bangsa kita.irama kehidupan masyarakat ditentukan oleh ajaran agama masing masing kelompok. Pada umumnya karya karya besar dari masa lampau seperti bangunan,menulis,mengukir/memahat,melukis,musik dan tari mempunyai fungsi keagamaan atau ekspresi dari keagamaan.

KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN  TU TIRO
Kepercayaan berasal dari kata percaya artinya mengakui  kebenaran.sementara untuk mengakui kebenaran tentang suatu hal yang gaib amat sulit untuk dibuktikan,tapi kepercayaan di pengaruhi oleh pribadi,situasi,kondisi dan lingkungan.
Keyakinan berasal dari kata yakin artinya teguh tentang sesuatu.keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa benar.keyakinan inilah dasar untuk menganut kepercayaan atau agama.
Tu Tiro jika di jabarkan : Tu berasal dari kata Tau yang berarti orang/manusia,Tiro berarti melihat atau memandang tapi penempatan Tiro dalam hal ini adalah tempat / kampung  di Kab.Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.
Makna dari kepercayaan dan keyakinan tu tiro adalah suatu faham yang dianut dan di jalankan oleh orang orang orang  yang hidup dalam wilayah kerajaan Tiro. Sebelum saya membahas terlalu jauh, sebaiknya lihat tulisan sebelumnya ( Tiro dari I Toa hingga Karaeng ) Dalam tulisan tersebut saya telah memaparkan tentang Asal mula dan berbagai hal tentang  Tiro. Kepercayaan dan keyakinan Tu Tiro di sebut Tamma Lino.

TU LINO TAMMA’ LINO
Setiap bahasa mengandung  Arti  yang kadang Maknanya butuh penjabaran sesuai dengan perangkai atau penempatan kata hingga jadi Kalimat. Kata Tu Lino Tamma’lino Adalah ajaran/Kepercayaan Orang Tiro Sebelum Agama Islam masuk di Kerajaan Tiro. Dalam Pemenggalan Kata Maka : Tu dari kata tau ( bahasa konjo ) adalah Manusia ,  Tamma’ ( bahasa Konjo ) adalah Tidak/Tanpa dan Lino ( bahasa Konjo ) adalah Dunia / Alam,. Jika di jabarkan maka Tu Lino Tamma’lino adalah menempatkan diri sebagai manusia di atas bumi ini sehingga kita mengetahui alam akhirat.Hakikat dari faham ini adalah berperilaku yang baik sehingga kita mampu menjadi penghuni akhirat yang mapan.Kepercayaan ini  mengurai tentang :
1.Tulino.
 yaitu manusia yang hidup di muka bumi ini.dalam keyakinan ini,Mereka harus mengetahui  manusia itu siapa dan bagaimana mereka bertingkah dalam kehidupan.

Berikut PASANG TULINO Lontara Pattiroang :
Ni pa’nas sa I tallasa ya.
Na ni pa’lino nu ni pi sa’ring nga
Ni pa’se’re lalang tau
Tamma lino a’pau
Tu ma’lino a’gau’
Punna si sa’la’I talla sa ya
Tamma ni uppa katal lassang nga
Ako jo ja I ri nu utte a
Tala rie tallasannu
Tamma pi sa’ring pa’pikatu
Tamma lurang sannang
Tamma sare ru’ru su
Punna rie nu tala maka ya….dallekang ngi
(MAAF SAMBUNGAN TULISAN INI SAYA TIDAK TULIS SAAT ITU KARENA BERISI MANTERA YANG BERANEKA RAGAM MANFAAT DAN KEGUNAANNYA,DIANTARANYA : MANTERA SANTET,ANTI BESI,ANTI API,ANTI  Batu dsb)
Punna tama’ I , minro ko
Punna sulu i , pan tama’ i
Terasa nu tamma terasa
Alusu nu Paka Terasa
Tann ni It te mingka ni pisa’ring
Pa’na’Sa i.

ARTINYA/MAKNANYA :
Uraikanlah Makna dari hidup
Syukurilah segala sesuatunya
Manusia itu harus giat berusaha
Yakinlah sebagai mahluk yang di cipta
Tuhan telah memberikan jalan
Jangan pernah berbuat yang di benci oleh Sang Pencipta
Jika kau telah mampu mengetahui arti hidup
Janganlah jadikan hidup sebagai yang utama
Jangan pernah  takut dengan kenyataan…jika kau mau tenang
Yakin dan yakin….jangan kau ragu
Jika kau takut dengan dunia dan ragu dengan akhirat
Maka kau tidak akan mengetahui jalan kekekalan
Hadapi masalah , jangan takut…..

2. Tamma’ Lino.
yaitu Alam yang mampu di jangkau oleh batin/jiwa. Mereka yakin bahwa Alam ini mempunyai kekuatan yang  tidak nampak. jika kita mampu mengelolah Alam ini dengan baik, maka kita akan mampu mengetahui  Tempat / kehidupan  Tamma Lino ( Akhirat ).


Berikut Kutipan PASANG TAMMA LINO dari Lontara Pa’tiroang :
Anre tau ri tau tam ma tau
Tamma lino ri lino nanu a’lino tamma lino
Jarre’ ri tappa’,amman tang ri nyaha,nigaukang ri batang kale
Battu raha ko a’boja,na battu rate ko a’tangara
Angngitte ko nu anre
Alang ngere ko na nu bongolo
Ang ngara ko nanu tamma nya ha
A’bicarako nanu baba lihu
Anggalle ko nu tamma lino a
Jappui nana jappui ko.

ARTINYA/MAKNANYA :
Kenalilah manusia seutuhnya
Jangan pandang keabadian dunia hingga kau mengerti hari Akhir
Teguhkan keyakinan di dalam jiwamu dan lakukanlah dalam kehidupan nyata
Renungkan arti hidupmu dan carilah tujuan akhir
Melihatlah untuk mengenal ciptaanNYA
Dengarkanlah suara  hatimu
Jangan bicara penuh kesombongan,Diamlah untuk mengkaji segalanya.
Jangan ragu….Yakinlah pada Sang Pencipta.

3. Tu Tamma’ Lino.
Tu Tamma lino adalah Yang menguasai kehidupan di dunia dan akhirat. Jika batin sudah bersih, maka keyakinan kian erat disanalah letak Tu Tamma Lino. Jika di Kajang di Kenal dengan Tu ma rie’ a’ra’ na maka di Tiro di kenal dengan nama Tu Tamma Lino. Ke duanya bermakna sama yaitu TUHAN.
Berikut Kutipan PASANG TU TAMMA’LINO dari Lontara Pattiroang :
Apamo na tanni hoja i
Nana lappasa kaleng na,Na pa’ se’re ri tu ma’lino
Na pi boko ngi bokong pa’nassa

Ni pasisambung ka tappa’
Ni itte ka lambusu
Ni langngere ka kamase mase
Ni gaukang ka nu rie’
Ni pau tamma sa’ra

Artinya / Maknanya :
Cari dan kenalilah Pencipta
Karena keinginannya sehingga kau hadir di dunia
Hidup ini adalah milikNYA


Keyakinanlah yang akan mengenalnya
Jujurlah dalam menjalani hidup
Tapakkur dalam menghadapi masalah
Yakinlah bahwa Tuhan itu ada
Keyakinan itu di hati.

UPACARA KEPERCAYAAN
Tiga hal pokok diatas yaitu Tu lino,Tamma lino dan Tu Tamma lino adalah dasar dasar keyakinan dari Orang-orang Tiro Sebelum memeluk Agama Islam. Menurut mereka,Berdosalah bagi  Orang-orang yang tidak melakukan Upacara A’kuraring = di maknai Shalat, A’kamase = Dimaknai Puasa, A’ngammalla = Zikir dan A’Pa si ama’ = menyatu dengan pencipta.

a.       A’kung ra ring
Upacara ini dilakukan di tempat tertentu seperti Tiang rumah ( benteng tangnga ) dan Palangka ( sesajen yang di taruh di atas loteng Rumah ).Tata cara a’kung ra ring adalah dengan duduk bersila,menghadap ke tiang rumah atau palangka,membakar kemenyan dan sesajen.setelah itu orang tersebut akan melafalkan suatu mantera. Jika orang yang melakukan telah melihat penampakan dirinya secara utuh di depannya,maka upacara itu di anggap telah di terima oleh TU TAMMA LINO ( TUHAN ).
b.      Ang ngam mala
Upacara ini bisa dilakukan dimana saja tempat yang dianggap bagus.tata cara ang ngam mala adalah dengan duduk bersila, membakar kemenyan dan melafalkan suatu mantera.A’ngam malla bertujuan untuk menyeimbangkan jiwa dan raga.Jika sudah ada pusaran angin yang panas kemudian jiwa telah merasa tenang maka upacara ini di anggap berhasil.
c.       A’ka mase.
Upacara ini dilakukan dengan tidak makan dan minum, tidak melakukan hubungan suami isteri serta tidak merusak alam.Tata cara upacara ini dilakukan dengan menutup diri dari kehidupan dunia ( bertapa )dan baca mantera. Puasa ini di mulai saat menjelang malam dan di tutup saat waktu menjelang malam esok/lusa (mereka  wajib melakukan 24 jam),jadi mereka tidak mengenal buka puasa seperti  Agama Islam. Jika dalam Agama islam Puasa di Bulan Ramadhan selama satu bulan,tapi a’kama se tidak mengenal jangka waktu.Mereka akan melakukan semampu mereka ( bisa diatas 30 hari bahkan seumur hidup dengan ketentuan  1 x 24 jam di hitung 1 X ).
d.      A’pasi ama’.
Upacara ini dilakukan setelah kita melakukan ke tiga Upacara tersebut diatas.Upacara ini dilakukan di Possitana dan Batu ganrang. Tata cara upacara ini adalah dengan duduk bersila,membakar kemenyang,sesajen ( harus lengkap nasi 3 jenis,daging Hewan berkaki 4 kambing,babi dsb.serta sayurannya ) dan  melafalkan mantera. Orang yang melakukan Upacara ini akan berhenti jika telah melihat tubuh mereka dalam 5 bentuk warna  yaitu :
1.       Berwarna merah dianggap api
2.       Berwarna hitam dianggap angin
3.       Berwarna coklat dianggap tanah
4.       Berwarna putih dianggap air
5.       Berwarna kuning dianggap  sempurna.

Catatan :
( Mantera A’kuraring, Ang ngam mala, a’ ka mase dan A’ Pasiama beda satu sama lain namun tidak saya catat,konon jika di ucapkan tanpa upacara seperti di atas akan mengakibatkan gila).
Pandangan hidup orang tiro dominan mengarah kepada mistik atau kebatinan.kehidupan di dunia ini merupakan bagian kecil dari kehidupan yang sesungguhnya ( Keabadian di akhirat ).Sikap,gaya hidup dan banyak aktifitas yang mereka lakukan adalah menerima kodrat dengan berusaha,berdoa,tidak merusak alam dan isinya serta tidak  mengejar harta.bagi mereka harta bukan milik sepenuhnya itulah yang menyebabkan dalam tata bahasa konjo tiro,kata kepunyaan jarang di pakai. Contoh yang sering di pakai dalam bahasa konjo tiro :   bembe a = bembe adalah kambing, a adalah kata penjelas milik bersama.penempatan kata yang benar dan tepat seharusnya bembe ku atau bembenu yang berarti kambingku atau kambingmu.karena kata ku( saya ) dan nu ( kamu )  dianggap pamali/dosa jika di pakai untuk harta atau menyalahi faham orang tiro, maka kata ku dan nu jarang/tidak di pakai. namun hal ini tidak serta merta harta tersebut bisa diambil/di miliki oleh orang lain sekehendak hatinya. Jika harta tersebut ingin dimiliki oleh orang lain, maka orang tersebut harus izin kepada pemiliknya. Harta yang di minta tersebut harus di pergunakan sebaik-baiknya,apabila tidak / melanggar maka akan di kenakan sanksi masyarakat yaitu tidak boleh lagi meminta barang orang lain. Ada juga hak milik merupakan kepunyaan sepenuhnya seperti istri/suami. Hal ini tidak boleh dipinjam dan hurup /kata penjelas A tidak berlaku tapi kata/hurup penjelas ku/nu yang di pakai.
Salah satu alasan Maula Abdul Jawad khatib bungsu menyiarkan agama islam di tiro karena konsef faham yang sama antara faham orang tiro dan ajarannya yaitu tasawuf.
Upacara adat tu tiro Sebelum Islam
1.       A’ Paka limbu’ ( Ilmu kanuragan )
A’ paka limbu dalam bahasa konjo berarti menyelimuti , namun maknanya adalah membentengi diri dengan ilmu kanuragan.hal ini dilakukan jika seorang anak laki-laki atau perempuan dianggap telah dewasa. Tata cara pelaksanaannya berbeda-beda :
a)      Menurut  jenis kelamin,
b)      Menurut Ilmu yang akan diberikan,
c)       Menurut orang yang menjadi panrita / sandro ( guru/dukun ) yang melakukannya.
Dalam upacara ini, ada ilmu yang sifatnya wajib untuk dikuasai seperti Santet dan Anti Santet , Silat dan anti senjata ( Wajib hanya untuk laki-laki, perempuan hanya bersifat sunnat ) , Pa’ta rile garring ( pengobatan Penyakit ) dan pa’boja hattu ( ilmu yang menetapkan hari hari yang baik untuk melakukan sesuatu ) . Jika yang wajib sudah di kuasai, maka ilmu-ilmu lainnya akan diberikan sesuai keinginan individu masing – masing.
2.       Pa’ buntingang ( Upacara  Pernikahan )
Upacara pernikahan dilakukan dalam beberapa sesi yaitu A’Pallante ( lamaran tidak resmi hanya menginformasikan kepada pihak keluarga perempuan, jika mereka setuju maka akan di tetapkan waktu lamaran resmi  ). A’suro ( lamaran yang sifatnya resmi, di dalamnya di bicarakan tentang mahar dan kelengkapan acara pernikahan dan waktu pernikahan ) A’sambe ba’ra’ ( sebelum waktu pernikahan  maka malam harinya sebelum hari H diadakan acara ini,yaitu pihak laki – laki mengunjungi rumah mempelai perempuan begitupun sebaliknya. Mereka akan membawa bedak khusus yang di pakai oleh pengantin dan beberapa bahan-bahan  lainnya ). Pa’nik ka ( acara pernikahan di lakukan oleh kakek atau orang tua pengantin perempuan, jika tidak mampu atau meninggal maka akan dilakukan oleh Panrita / Sandro MA’LINO. Pernikahan ini dilakukan dengan menghadapkan kedua mempelai ke Benteng tangnga / Tiang rumah yang dianggap Sakral seperti pernikahan orang cina tapi terlebih dahulu di adakan pembacaan mantera oleh Panrita/Sandro MA’LINO ). A’Pang tama Ri Bili ( membawa pengantin laki-laki ke ranjang peraduan dilanjutkan a’pasi rusa’ yaitu pengantin laki-laki telah dihalalkan untuk menyentuh pangantin perempuan ). A basa ( yaitu mengunjungi  rumah pengantin perempuan dengan membawa peralatan tidur dan peralatan makan ) Bang ngi matoang / bang ngi Tallu bangngi ( Dilakukan 3 hari setelah pernikahan dengan mengunjungi rumah pihak perempuan dan di balas oleh pihak perempuan ke rumah laki-laki/suaminya ).
3.       A’ta ruru’ ( syukuran kehamilan )
Upacara ini dilakukan kepada perempuan yang hamil anak pertama. Makna upacara ini adalah ucapan syukur kepada sang pencipta yang telah memberikan rejeki dan berdoa agar proses persalinan berjalan normal.  Upacara ini dilakukan oleh dukun Ma’lino dan  Dukun beranak. Dukun ma’lino akan mebaca mantera di depan tiang rumah dan dukun beranak akan memijat perut perempuan hamil tersebut sebagai  rangsangan agar saat proses melahirkan berjalan lancar.
4.       Pa dakka. ( Syukuran Balita Mulai Jalan )
Upacara yang ini dilakukan saat anak balita sudah berjalan,balita tersebut akan di buatkan kue tradisional ( dumpi Eja ) yang akan di usung oleh balita tersebut sambil berjalan.
5.       Ambaung balla’ dan an tama’ balla’ ( syukuran membangun rumah / Masuk Rumah )
Saat orang tiro membangun rumah panggung maka akan di panggil dukun untuk melihat arah Rumah , Bahan-bahannya ( jenis dan model kayu ) serta hari yang baik untuk membangun rumah tersebut.Saat semuanya telah lengkap biasanya dimalam sebelum hari H akan diadakan upacara Possi balla ( Pusat Rumah / Benteng Tangga ), Possi balla atau Benteng tangga adalah Tiang rumah yang di sakralkan.Tiang rumah ini biasanya berbeda besar dan bentuknya dari tiang rumah lainnya.Tiang rumah ini akan di beri kain putih,buah kelapa,pisang satu tandang dan beberapa peralatan lainnya yang di taro dalam kendi.Prosesi selanjutnya dukun akan membaca mantera setelah itu akan memercikkan air di setiap tiang rumah tersebut.keesokan Harinya semua tiang Rumah tersebut mulai di bangun.
Jika rumah tersebut telah selesai maka akan dilanjutkan Upacara An’Tama Balla’ ( Masuk/mendiami Rumah ). Malam hari sebelum hari H maka akan diadakan pemberian sesajen di tangga rumah dan tiang tengah ( benteng tangnga ). Upacara ini di pimpin oleh dukun dengan mantera khusus ( Doa agar yang punya rumah di beri reseki yang melimpah ).sesajen ini berupa daging ayam atau kambing yang telah di masak,nasi ketan 3 macam yaitu putih,merah dan hitam,daun sirih,rokok. Di tambah sesajean untuk palangka  ( di simpan di atas loteng rumah / lumbung penyimpanan hasil pertanian ). Saat hari H keesokan harinya acara makan bersama keluarga,tetangga dan handai taulan.di samping itu ada acara makan di tangga rumah khusus untuk anak-anak.
6.       A’ pang  Tama ri tamma’ Lino ( Upacara Kematian )
Upacara adat ini adalah upacara kematian.sebelum mayat di kubur di gua/liang batu atau tanah maka akan diadakan acara A’rengung.acara ini  dilakukan dengan menangis sambil mengucapkan segala kebaikannya saat almarhum/almarhumah hidup.mereka percaya, ini merupakan doa agar Almarhum/almarhumah di terima dengan baik oleh Tu tammalino.mayat akan di beri pakaian yang lengkap,di tambah dengan aksesoris seperti kalung,gelang,penutup kemaluan. untuk laki-laki di beri badik,parang dan tombak. Disamping Peralatan diatas ada juga peralatan wajib untuk dikubur bersama mayat yaitu peralatan makan dan peralatan lainnya sesuai dengan profesi mayat tersebut ketika hidup di dunia.Posisi mayat saat dikuburkan duduk dan menghadap kelaut. Setiap tiba waktu makan maka  keluarga orang yang meninggal tersebut akan  akan membawakan makanan dan minuman ke kuburan. Hal ini dilakukan selama tujuh hari. Mereka yakin bahwa orang yang meninggal tersebut belum mampu untuk mencari makan sendiri di Tamma lino ( Akhirat ).Jika telah lewat tujuh hari maka mereka akan menaruh makanan tersebut di palangka/anrong batara,karena makanan tersebut akan di kirim lewat kurir yang di utus oleh Tu Tamma lino.hal ini berlangsung sampai Dua bulan lamanya.Selanjutnya makanan dan minuman akan dikirim jika ada orang sakit,pesta perkawinan dan pesta panen.
Saat agama islam dianut oleh masyarakat Kerajaan Tiro,maka beberapa upacara adat ini di rubah bahkan ada yang di haramkan atau di tiadakan sesuai dengan konsep agama Islam. Upacara adat yang masih bertahan seperti : Pa’buntingang ( Pernikahan ) , A’Taruru’ ( Syukuran kehamilan ) , Ambaung Balla’ / Antama’ Balla’ ( Syukuran Masuk Rumah ), Pa dakka ( Syukuran Bayi mulai Jalan ) ditambah dengan upacara wajib dalam agama islam yaitu  Acara Aqiqah kepada semua anak yang lahir dan Pengislaman kepada Anak laki-laki.

PENGISLAMAN KARAENG TIRO DAN RAKYATNYA.
Tak terhitung berapa kisah yang terangkat dari Dato tiro dengan Syiar islamnya.Mulai dari Perebutan wilayah antara Dato tiro dan Dato ri bandang ,menurut saya tutur ini  di plesetkan atau sesat, “ Tidak ada Waliullah yang Adu Ilmu kesaktian hanya untuk memperebutkan Wilayah, kecuali waliullah tersebut melanggar atau sesat  “.
Berikut kutipan Buku Puang Dato Tiro maula abdul jawad khatib bungsu
Bismillahi rahmani rahim
Simpore pore na Karaeng Tiro Joja ji  tallasa’na
lanri so’nangna na itte tau baju pute angngambiang bulang na mata allo
Allayang ngi mata allo a na bulang nampa na paiti
Apaumi Karaeng Tiro
Baju pute labattu ri kampongnga
Tajangngi ako sa’bui ri nakke
Sibulang ngi pa’tajangngang na karaeng tiro
Na ambua mo tau baju putea
Na pa’nassa limbua ri pa’sambayangnga lohoro
Na battu mo pasang ma’nassa ya
Na ni mangei mo tau baju putea ri karaeng tiro
Si bicara ri bating si pisesseki ri kale
Kaluku ni jo’jo tamma piassai
Kaluku ni pajukku a’panassa pa’linoang
Bayao ni susung tamma pi tappa’
Bayao ni alla’ki ma’bicara kalompoang
Ere ni pasomba tamma siana’
Ere ni hassi ri abang na buhungang
Ambibi karaeng tiro
Ni pasomba lalang buhung
Syahadat ma’binyara ri nyaha
Ruang bulang ni pacidong lalang tappa’
Tamma bua’ tamma gio ri kaci’nongang ere la’bua
Ni je’ne ki batinna ni pa’batu kalenna
Ni pi ada’ki erang sambayang iyamiantu
( maaf Berisi pembahasan Tasawuf Dato Tiro )
Erang sambayang ni jappui Korang ni pa’nassa
Allo juma’ na ni pa kasallang ngi karaeng tiro Launru Daeng Biasa…
Ruang bulangngi attareka ni pasiama ere
Tamma bua’ ri ere nanatarima erang sambayangnga
Puang Dato tiro a’baung balla’ kasalamakkang
A’sere I tu panrita,tubarani na tu tiro a a buku ri ulu buhungnga
Pambuakangna battu ri buhung nga na a’sambayang subuh I karaengnga ni imangngi ri Puang dato
Na pa’sere mi sikunjo rupa tau nipaka sallang ri  allo na juma’
Nani baca mopammula  khatuba sambayang juma na  pa’maudukangnga ri Tiro injo allo a
(Buku Puang Dato tiro yang di pegang oleh Orang-orang yang menjabat Kadi di Tiro )
( Buku karangan / tulisan tangan puang Dato Tiro berhuruf arab gundul  berbahasa konjo )
Launru Daeng Biasa adalah karaeng atau raja Tiro yang mumpuni dalam ilmu kanuragan. Keperkasaannya tidak diragukan lagi, namun di balik keperkasaannya itu beliau adalah manusia biasa yang  punya rasa gelisah.hal ini berlangsung satu bulan sebelum kedatangan Dato ri Tiro.kegelisahan Launru Daeng Biasa adalah mimpinya tentang Bulan dan Matahari yang di pegang oleh seseorang berbaju putih.Dalam mimpi itu Orang berbaju putih memegang matahari dan bulan kemudian memutarnya seperti mainan. Mimpi ini selalu menghiasi setiap matanya terlelap. Launru Daeng biasa mengetahui bahwa mimpi ini akan menjadi kenyataan. Sebelum orang berbaju putih datang Launru daeng biasa telah mengeluarkan pengumuman kepada rakyatnya.
Ketika Orang berbaju putih menginjakkan kakinya di wilayah kerajaan Tiro. Beliau mendarat di pantai Limbua ( wilayah Hila-hila ibukota Kec.Bontotiro ). Saat itu menjelang waktu shalat,karena tidak ada air tawar untuk wudhu, beliau  memperlihatkan kesaktiannya dengan membuat sumur,sumur tersebut dibuat dengan manancapkan tongkatnya ke tanah.sumur itu di beri nama Limbua yang berarti awal /permulaan.  
Berita tentang kesaktian orang berbaju putih ini sampai ke telinga Launru Daeng Biasa, kemudian beliau mendatangi Orang berbaju putih itu. di sebuah lembah di kaki bukit bertemulah Launru Daeng Biasa dengan orang berbaju putih itu.
Baju Putih : “ Assalamu alaikum ya Karaeng Tiro dan seluruh penghuni Alam”
Karaeng Tiro : “ Apa yang kau katakan…….Kamulah yang telah mengganggu Tidurku,Siapa Kamu ?”
Baju Putih : “ Saya mendoakan Karaeng beserta Penghuni kerajaan Tiro…Nama Saya Maula Abd.Jawad Khatib Bungsu.”
Karaeng Tiro : “ Apa Kepentinganmu datang kemari….? “
Khatib Bungsu : “ Saya adalah manusia yang di beri tugas untuk menyiarkan Agama Islam.”
Karaeng Tiro : “ Apa itu Islam…? “
Khatib Bungsu : “ Islam Adalah Agama yang di bawa oleh rasulullah muhammad SAW.dst “
 ( Maaf Percakapan berikutnya tidak saya Tulis Karena Bersifat Tarikat/Rahasia )
 Hingga Khatib Bungsu Berkata : “ Akan ku ikuti Agamamu jika kau mampu mengalahkanku adu Ilmu kesaktian,tapi kalau kau kalah tinggalkan wilayah kerajaan Tiro “.
Karena dipaksa akhirnya Khatib Bungsu melayani keinginan karaeng Tiro.Mereka sepakat,yang mendapat kemenangan 3 kali  itulah juara.
Karaeng tiro mengeluarkan kesaktiannya dengan menunjuk satu pohon kelapa,semua bunga dan buah Pohon kelapa yang di tunjuk oleh karaeng Tiro jatuh berguguran ke tanah.
Khatib Bungsu :Maaf Karaeng, Hal ini merusak pohon kelapa dan pemborosan, kelapa sudah tidak akan berbuah karena bunganya sudah berguguran “.
kemudian Khatib Bungsu melambaikan tangannya ,pohon kelapa yang di tunjuk tersebut sujud mandekati Dato Ri Tiro
Khatib Bungsu : “ Silahkan Karaeng memetik/ memilih buah yang di kehendaki “. ( Hal ini bermakna Dalam hidup carilah sesuatu sesuai kebutuhan ).Karaeng Tiro mengakui kekalahannya.
Kemudian Karaeng tiro Menyusun telur,telur yang tersusun tersebut secara vertikal melayang diatas tanah.
Karaeng Tiro :  “ Bagaimana dengan ini khatib Bungsu,mampukah kamu melakukannya “
Khatib Bungsu : “ Semoga saya Bisa karaeng..saya Coba dulu “
Khatib Bungsu menyusun telur tapi telur itu tidak rapat atau mempunyai sela , kemudian memutarnya model pertikal dan horisontal dalam posisi melayang diatas tanah. ( makna dari sela/antara tiap telur yang tersusun itu adalah keyakinan itu tidak nampak namun keyakinan  adalah kekuatan yang amat dahsyat ). Karaeng Tiro mengaku kalah lagi untuk yang kedua kalinya.
Kemudian Karaeng Tiro menyuruh Prajurit dan masyarakatnya untuk mengumpulkan kayu bakar dan membuat api namun di cegah oleh Khatib Bungsu….
Khatib Bungsu : “ mohon maaf  Karaeng,kita pakai Air saja…..karena api dan air pada hakikatnya sama.”
Usulan Khatib Bungsu Di setujui oleh Karaeng Tiro. Karena di Tempat itu tidak ada air Maka Khatib Bungsu menancapkan tongkatnya ke tanah di ujung tongkat itu keluarlah mata air, kemudian Khatib Bungsu menghela tongkatnya sehingga jadilah sumur yang menyerupai sungai. Sumur itu di beri nama salzabilah wal jabilaj Al kautzar tapi dikenal oleh masyarakat Tiro dengan Nama Buhung La’bua / Sumur Panjang.Kemudian Karaeng Tiro turun ke sumur itu,namun karaeng tiro tidak basah bahkan Air itu menjauh  sekitar satu meter dari badannya.
Karaeng Tiro : “ Bagaimana khatib bungsu,inilah inti dari segala ilmu…Api,Angin,Tanah dan Air bisa saya perintah.”
Khatib Bungsu kemudian turun juga ke sumur itu,tapi anehnya diapun tidak basah bahkan berjalan diatas permukaan Air itu.
Khatib Bungsu : ” Api,Angin,tanah dan Air itu bukan musuh manusia,tetapi sahabat.Ilmu Karaeng bermusuhan dengan ke 4 Sumber kehidupan itu.Maaf karaeng,”
Khatib bungsu  Berjongkok sambil mengambil air ke ujung jarinya lalu memetikkan jarinya sehingga air tersebut mengenai dahi dan ubun-ubun karaeng tiro.

Saat itu Karaeng Tiro menggigil Dan Mengaku kalah, Menggigilnya karaeng tiro adalah pembersihan batin dari ilmu ilmu  sesat yang di milikinya. Kemudian karaeng Tiro di islamkan.
Khatib Bungsu : “ Ikuti Kata-kata Saya Karaeng….Ashadu Allah Ilaha Illallah….”
Karaeng Tiro : “ Ashadu allah hila-hilallah ….”  ( dari Pengucapan Syahadat Karaeng Tiro yang salah sehingga tempat pengislamannya di beri nama Hila-Hila ).
Pengucapan syahadat ini di pelajari oleh Karaeng Tiro selama dua bulan di dalam di dalam Air/ sumur. Saat Karaeng Tiro di dalam sumur, maka prajuritnya membantu Dato ri Tiro untuk membuat Masjid di atas bukit.Seminggu kemudian Hari Jum’at subuh  beretepatan dengan Maulid Nabi Muhammad, Karaeng Tiro berhenti menggigil,beliau lalu  telah faham apa itu syahadat , Shalat dan dzikir serta beliau langsung tahu membaca Al-Quran.  Setelah shalat subuh, di kumpulkanlah rakyat tiro dan di perintahkan oleh karaeng tiro untuk memeluk agama islam,pengislaman secara massal itu di tandai dengan pengucapan syahadat secara massal. Kemudian Hari Jumat itu Di lakukan Shalat Jum’at dan Maulid untuk pertama kalinya di Kerajaan Tiro. Masyarakat Tiro di Islamkan Pada Hari Jumat Tanggal 29 Juli 1605 atau 12 Rabiul Awwal 1014 Hijriyah.sementara karaeng Tiro di Islamkan pada 27 Mei 1605
Sesuai dengan Pasang ( amanah ) tentang persaudaraan Tiro dan Kajang, maka  di utuslah orang ke Kajang untuk menyampaikan tentang adanya agama islam.Karaeng Kajang kemudian mengirim beberapa  utusannya untuk belajar tentang agama Islam di Tiro.Saat utusan dari Kajang Ammatoa belajar,beliau langsung mengikuti pelajaran tingkat lanjutan.
Murid Dato Tiro    : “ Kita harus mengenal diri kita sehingga kita akan mengenal Allah.orang-orang yang mengenal Allah adalah orang-orang yang akan masuk surga.Kalo kita shalat yang utama adalah mengingat Allah.mengingat Allah itu dimana saja kita berada.Allah itu tidak berbentuk tapi berkuasa atas semua yang ada di Dunia ini. Di samping shalat maka perbanyaklah dzikir sehingga kita akan di sayangi oleh Allah.dzikir itu lebih baik dalam hati karena Allah itu tidak berbentuk tapi dia berkehendak  . Puasa di bulan ramadhan selama satu bulan, di mulai dari awal ke tengah kemudian ke akhir “.
Utusan Ammatoa        : “ Hanya ini materinya ?( maksudnya tidak ada materi  lain )
Murid Dato Tiro : “ iya hanya ini “. ( maksudnya meteri dari saya hanya ini , tapi akan ada materi selanjutnya  dari orang lain )
Utusan dari Kajang Ammatoa pulang karena menurutnya  sudah tidak ada materi lagi serta membuat kesimpulan bahwa mengingat itu berarti shalat dan dilakukan dimana saja serta di iringi dzikir.Allah tidak berbentuk tapi berkehendak  ( Tu marie a a’ra’ na ).Puasa saat bulan Ramadhan hanya tiga hari yaitu  di awal,di pertengahan dan di akhir .

Tasawuf Dato Ri Tiro.
                Sebuah refleksi kehidupan telah mengangkat pertanyaan ,Mungkin tidak pernah terlintas dalam benak kita : ISLAM DATO RI TIRO Adalah Tasawuf,Tasawuf itu apa ?
Tasawuf itu punya banyak aliran/mazhab….Dato Ri Tiro Yang mana ?
Tasawuf dato ri tiro itu bagaimana ?
 Spiritualisme tidak pernah mati karena hakekatnya manusia menyadari akan kelemahan dan kekurangan yang dimiliki,sehingga mereka butuh akan sandaran atau pedoman keyakinan dalam hati. Terlebih di era sekarang ini dimana tuntutan untuk berkompetisi dalam hidup kian ketat sehingga tekanan kadang tidak mampu di bendung.Dari keadaan ini melahirkan beberapa metode Spiritualisme di beberapa tempat bahkan ada yang dikatakan sesat. Diantara Ajaran atau faham spiritualisme ini,ada Ajaran yang dinamakan Tasawwuf . Tasawuf  terbagi dalam beberapa aliran atau mazhab,diantara aliran itu ada yang di sebut Qadiriyah yang di ciptakan oleh Syeh Abdul Qadir al Jaelani.Mazhab ini meluas kebeberapa wilayah termasuk Indonesia.Mazhab inilah yang dibawa oleh salah seorang penyiar Agama Islam di Sulawesi Selatan yaitu Maula Abdul Jawad Khatib Bungsu yang dikenal dengan Dato Tiro.
  Hampir/ bahkan tidak ada yang memaparkan garis besarnya  tasawuf Dato Tiro.Mereka hanya berbicara kisah pengislaman dan kehebatan Dato tiro.Maula Abd.Jawad Khatib bungsu yang di beri gelar Dato Ri Tiro adalah sosok yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat.Kedatangan beliau sebagai mubaligh untuk menyiarkan agama islam bersama dengan dua saudaranya yaitu sulaeman khatib sulung yang lebih di kenal dengan nama dato ri bandang dan abd.makmur kahatib tunggal yang dikenal dengan nama Dato Ri Bandang.Dato ri Patimang menyiarkan agama islam dengan konsep tauhid,Dato ri bandang dengan konsep syariat dan Dato Ri Tiro dengan konsep Tasawuf.
Tasawuf  sering juga disebut misitsisme dalam islam oleh oriental.pengertian dan asal tasawuf beraneka ragam.Tasawuf Dato Tiro adalah tasawuf yang amali atau hadah yang menekankan pada wirid dan amaliah lainnya.seperti ajaran tasawuf lainnya maka Dato tiropun mengembangkan ajarannya dalam  Empat hal  yaitu  :
1.       Syariat,
Syariat adalah hukum dan aturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat muslim. Syariat adalah amalan amalan lahir yang di fardukan dalam agama islam yang biasa di sebut rukun islam dan segala hal yang berhubungan dengan itu dengan umber Al-Quran dan sunnah Rasul. jadi Syariat adalah panduan menjalani kehidupan diatas dunia ini. Kata kata bijak Dato Ri Tiro tentang Syariat :
Pa ka tau i tau a,  paka alusu i nu kasara ya,  na paka nassa I nu a lusu a
Perbaikilah hubunganmu terhadap orang lain dan sayangilah segala ciptaan Allah serta hindarilah hal-hal yang akan merusak mahluk dan seluruh isi dunia ini.
Kalambusang  anak lolo’ katappa’kang ri tumate ma’nyaha
Hidup itu suci laksana bayi ,bertindaklah seperti  bayi yang  tidak mengenal  dunia sehingga kamu tidak tergoda dan matikanlah segala inderamu sehingga kamu tidak di sesatkan oleh kehidupan dunia.
Tau ko ri kodia na tau ko ri sassang nga,
Mediasilah orang yang bertengkar dan arahkan orang yang sesat dengan penuh welas asih.
Kamase ko ri kamase a , a ba’ga ko ri tallasaya na ta’pa’ ko ri ahere
Tenangkan raga dan jiwamu, Hidup di dunia tidak abadi  tapi yakinlah akhirat itu kekal
Lambusuko ri gio nu , anggerako ri Tappa’nu, Kamase ko ri linoa,
Jujurlah dalam berusaha,berdoalah dalam keyakinan, ihlaslah dalam menerima takdir.

Penjabaran kata-kata diatas adalah hidup itu suci,jangan kau nodai dengan dosa.dosa itu asalnya dari keinginan atau larut dalam kehidupan dunia dan tidak percaya akan kehidupan akhirat,kehidupan dunia itu di jalani dengan sabar dan ihlas.kesabaran dan keihlasan kita dalam berusaha dan menerima hasil usaha kita akan memberikan jalan untuk mengenal diri dan pencipta.hubungan yang baik dengan manusia lain dan menjaga segala ciptaan Allah akan membuat kita menjadi manusia yang mengenal Sang Khalik secara dekat.
2.       Tarekat,
berasal dari kata thariqah yang bearti jalan.Jalan yang dimaksud disini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa,menjadi orang yang di ridhoi oleh ALLAH SWT.secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang menjadi orang bertaqwa.berikut beberapa pesan Dato Tiro tentang Tarekat :
Hojai nu tala riea na tala nu usse’a na punna nuuppami iyareka nuusse’minannroi ri tampa’na.
Tuntutlah ilmu,jika kau sudah tahu/pintar pergunakanlah sebaik baiknya.
Pangngissengngang pa lang ngissei nai ata na inai karaeng
Hanya orang berilmu/pintar yang akan mengenal dirinya dan penciptanya
Kalumannyang pangissengang ko ri tallasanu na karaeng ko ri ahere’nu
( Ketenangan hidup di dunia adalah dengan Ilmu dan keselamatan di akhirat adalah dengan ilmu )
Pangissengngang pa lang paantang ngi ri ati na tubuna, je’ne talukaya na sambayang tatappua
( Orang yang pintar mendirikan shalat tepat pada waktunya serta mampu menempatkan arti shalat yang sebenarnya dalam kehidupan nyata lewat ucapan yang tulus,tindakan yang sopan serta menjaga kebersihan jiwa dan raganya ).
Belajarlah dan kajilah setiap yang ada di dunia ini,keyakinan saat belajar adalah doa utama untuk sukses.Shalat adalah panduan yang akan membawa atau membuka jalan untuk mengungkap ilmu yang ada di dunia ini.Ilmu itu Asalnya dari Qalam ilahi,Qalam ilahi adalah tabir yang tidak nampak dan hanya mampu diurai oleh keyakinan. Hanya orang yang berilmu yang mampu menempatkan diri sebagai hamba yang di cipta oleh Allah yang  membuat berbakti kepadaNYA sehingga Rindu PadaNYA tiada batas,waktu dan ruang.
3.       Hakikat .
artinya I’tikad atau kepercayaan sejati ( mengenal Tuhan ).hakikat ini pekerjaan hati,sehingga tidak ada yang dilihat dan didengar selain ALLAH SWT, gerak dan diam dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan ALLAH. Hakikat bisa juga dijabarkan sebagai kebenaran dan meyakini seyakin yakinnya tiada yang lebih indah dan abadi selain mencintai ALLAH swt.untuk mendapatkan Hakikat maka tabir penghalang telah tiada ( keraguan hilang ) dan jalannya adalah dengan memadukan  syariat dan tarekat.Berikut pesan Dato Tiro tentang Hakikat :
Anggerako lalang ati punna tala parallui, na appauko ri kaleng nu punna a’ra’ko
( Zikirlah setiap saat serta rajin shalat dan membaca Al-Quran ,saat kau butuh sesuatu berusaha dan berdoalah )
Tala lino ri gio’nu tala nyaha ko ri tallasa’nu kamase ri pammanjengang
( Sabarlah menghadapi kehidupan ,ihlaslah menerima kenyataan ,berzikirlah dalam raga dan jiwamu )
Nu nassai pikambu I nu tala nassa ya pinahang nyaha i
( jika kamu telah melakukan segala perintahNYA maka kamu akan mengenal sang Pencipta lewat hati yang bersih )

Huno I nu’ pa heleng heleng nga
Paka lannyai pa’naha nahanu
Atuppu ko mange ri se’re adahang
Tala gio’  tala mate a’pau
Se’re ji ri nyaha, nu antama na ansulu
Kujappui ri katappakkang
Ku pa’sere ri pa’sitteang tamma lino
Kupaenteng lalang nyaha
 Artinya :
Tabir telah terbuka
Raga telah tiada hati telah kosong
Tertuju pada kehakikian Ilahi
Tak goyah tak padam
Satu tekad satu keyakinan
Aku tau aku kenal aku rindu
Cinta abadi adalah milik keesaan



4.       Makrifat.
Dari segi bahasa makrifat berasal dari kata arafa,ya arifu,irfan yang artinya pengetahuan dan pengalaman yaitu perpanduan antara syariat,tarekat dan kakikat yang nantinya mengenal ALLAH dan keilmuan ( kunci/kode ) Alam semesta yang termuat dalam Al-Quran serta mentaati Rasulullah.di samping itu ma’rifat juga di artikan ketetapan hati dalam mempercayai kehadiran wujud yang wajib adanya.
Rie nunassa tala ni pinahang,rie nu tala nassa ni hoja.
( Kenalilah Tuhanmu dengan Iman jangan sampai kau sesat oleh godaan setan )
Hojai ri kalennu,jappui ri nyahanu, se’re na lohe mingka siama’ri kala’birang
( Kenalilahh aku dalam dirimu,Mari saling menyatu dalam rahasia, Satu itu banyak tapi tunggal itu Kekasih )
Paka anre I nu tala nassa ya , hunoi nu tala nu jappuiya,a’ra’ko tammangera naku rie
( Ketika hasrat di jiwa telah tiada,ketika keinginan di nyawa telah musnah,saat satu itu tanpa alasan di sanalah tempatnya rahasia )

Nu rie a intu ma’nassa
Pa’nassa I na pa’kasa ra I lalang nyaha
Lino katallassang a’pa heleng
Tamma lino manassa rie lalang tappa
Appilajarako tallasa ilalang tamma tallasaya
Kale angngarrang ma’kale kale ri tallasa
Ako a’kuraring ngi ri tallasaya
Punna nujappui karrangnga,ta’muri ko ri pa’tauangnga
Artinya :
Kenyataan adalah yang terjadi
Nampak dan berwujud dalam kebisuan
Singgasana hidup adalah fatamorgana
Keabadian adalah keyakinan akan akhirat
Hidupkanlah dan resapi dalam Jiwa yang belajar
Awal tangisan adalah tiada dalam kesendirian
Tangisan hidup adalah nestapa kesesatan
dalam roh yang melayang ada tangisan kesenangan.
Orang tiro mengenal ajaran Dato tiro dengan nama Erang Sambayang.Dalam Ajaran Dato Tiro hal hal diatas ( Syariat,Tarekat,Hakikat dan Makrifat ) di padukan dari dua Asfek yaitu ilmu lahir dan ilmu batin.Ilmu lahir berhubungan dengan raga sedangkan ilmu batin bertalian dengan nyawa/jiwa.berikut  amalan Dato Tiro untuk mengurai ( Syariat,Tarekat,Hakikat dan Ma’rifat )

1.     RAGA
Raga adalah bangunan yang dibangun dari bahan-bahan yang kokoh agar kuat.penopang  utama dari raga tersebut yaitu makanan dan minuman.  Makanan/minuman  Raga adalah makanan yang halal asalnya,Halal bahannya, halal cara makannya. halal Asalnya adalah makanan yang di dapatkan dengan usaha dan jalan yang di ridhoi  Oleh ALLAH  SWT ( bukan mencuri dan bukan meminta-minta ).Makanan yang halal bahannya maksudnya tidak diharamkan dalam Agama Islam seperti daging babi.makanan yang halal cara makannya adalah saat makan harus sesuai dengan adab makan,berhenti sebelum kenyang.di samping itu Raga sebagai bangunan  harus selalu di bersihkan diantaranya dengan Mandi dua kali sehari,wudhu,  Istinja dan Mandi wajib/junub.
a.       Wudhu
Wudhu adalah kewajiban yang dilakukan saat kita akan menjalankan shalat.wudhu seperti dengan tatacara wudhu pada umumnya cuman dibersihkan kotoran-kotoran yang ada pada : kuku jari kaki dan jari tangan,mata, lubang / sekitar telinga ,mulut ,lubang hidung dan ubun-ubun kepala.
Jammara tamma lampa
Kasannangang tamma ni uppa
Nu ngitte paka ci’nongngi
Nu langngere paka sannang ngi
Nu pau paka nassa i
Nu nyaha paka alusu i
Nu so’bu pi uppa i
Pa’tongko a jijai.
 Artinya
Jika ragamu kotor
Ketenangan hati tidak kau rasakan
Bersihkan matamu
Bersihkan telingamu
Bersihkan mulutmu
Bersihkan hidungmu
Bersihkan kotoran di kukumu
Bersihkan kotoran di ubun-ubunmu
( Falsafah wudhu inipun merupakan landasan dasar tasawuf dato ri tiro )
b.      Istinja
Tempat bersemayangnya roh yaitu raga maka kebersihan raga akan membuat jiwa tenang sebagai penghuni.ketenangan penghuni akan membuat rumah kian bersih dan tidak kotor atau rusak.Dalam ajaran Dato Ri Tiro maka di wajibkan untuk m istinja setiap selesai buang air kecil dan besar. Istinja di sini dibagi atas dua yaitu Istinja Raga dan Batin. Istinja dilakukan dengan memakai jari di tangan kiri, jari mempunyai tugas mulai dari membuka,menggosok,memeriksa dan menutup.di samping pemakaian jari maka gaya atau posisi  jongkok pun harus tepat saat istinja.
Sitinja I kalennu na nu manassaya
A’cengke ko ri se’rea benteng ta’sosoro
Karameng lima tamma tallasa,la purusui pa’linoangnga
pasiama’I  karameng limang nu , na pi sabbi ri anrong lima
Sa’bi  tamma mia nyaha a’ pannassai….tangkasa ri kale ci’nong ri ati
Artinya :
Tempat tinggalku bersih
Jongkok dalam satu tiang melintang
Dari elusan  jari jari… hempaskan noda itu
Kudzikirkan jari-jari ini,kuberi saksi dalam pelukan ibu jari
Kusaksikan dengan penuh penghayatan…bersih raga suci jiwa
c.       Junub ( mandi Wajib )
Junub atau mandi wajib dilakukan ketika kita mengalami mimpi basah,bersenggama,keluar mani ,haid dan nifas. Berikut tata cara mandi wajib :
1.       Berniat
2.       Membersihkan kedua telapak tangan
3.       Mencuci kemaluan dengan jari tangan kiri
4.       Mencuci tangan dengan tanah di bawah batu
5.       Berwudhu
6.       Membasuh kepala/rambut dan menyeka nyeka
7.       Menyiram kepala bagian kanan kemudian kiri.
8.       Membersihkan kotoran di  mulut,lubang hidung dan telinga  lalu mengguyur seluruh tubuh/badan.

La’ junnu’ a Kutangkasi kalengku, Naku ci’nongi atingku saba’ Allah Ta ala
Ci’nong ereko a’caramming
Karameng a’ bissa na karameng ni bissa
Sappe’ na Cappa ni tangkasi
Tangkasi pammula junnu singkamua’ sitinja
Butta limpurang rahangngang batu pa’moleinna
A’jene sambayangko
Ci’no’ ngi buhungang nu,
Karahai na pela rakinnu
Karaha I rakinna So’bolo batang kalennu
na rio’I ri kanang na siama’ batang kale

2.     JIWA/KALBU
Jiwa atau Kalbu adalah Penghuni dari bangunan ( Raga ) . Jiwalah yang tergoda untuk berbuat maksiat. Penopang utama dari Jiwa agar tidak mudah goyah dan tergoda adalah, Shalat,Dzikir dan Puasa.
Punna russa’I nyahanu
Ta’ronang ronangngi kasannangngannu
Jappui na pa’nassai ri ati ci’nong
Pilangngeri nu tamma bicaraya
Paui ri pa’nassana assalaya
Pantama I ri kasannangngang nu nassaya
Nu tala rie antu jappui
Punna nu jappui lino ahere a’se’re
Artinya/penjabarannya :
Jika kotoran masih ada
Ketenangan hati tidak dirasakan
Tataplah dalam kebeningan
Dengarlah dalam kebisuan
Ucapkanlah dengan jelas
Hiruplah dengan pelan
Yang tiada nampakkan
Singgasana keabadian milikmu

a.       Shalat.
Garis besar  dalam ajaran Erang sambayang Dato Tiro adalah gabungan syarat dan rukun shalat yaitu :
1.       mewajibkan sebelum shalat dalam keadaan bersih ( mandi terlebih dahulu ), sehingga kotoran kotoran yang ada dalam tubuh di bersihkan seperti di kuku jari tangan dan kaki,di lubang anus,mulut ( gigi ),lubang hidung dan telinga.
2.       wudhu adalah hal pertama yang wajib di lakukan sebelum shalat.dalam ajaran Dato Tiro inti  wudhu adalah membersihkan kotoran di raga dan jiwa,saat wudhu maka semua sela sela/lubang  di tubuh kita  (wilayah yang di syaratkan saat wudhu ) seperti  jari ,kuku,telapak tangan dan kaki,siku, tumit,belakang telinga dan ubun ubun harus di seka/dibersihkan.
3.        memakai pakaian yang bersih dan rapi.
4.        Shalat adalah kewajiban umat muslim yang akil baliq dan normal.Shalat menurut Ajaran Dato Ri Tiro harus diketahui siapa iman dan siapa ma’mun,harus di fahami siapa yang menyembah dan siapa yang disembah,harus di yakini yang disembah itu ada,harus diarahkan tujuan akhirnya shalat,harus di satukan antara hamba dengan Pencipta. Jadi Mulai dari Takbiratul ihram sampai salam harus diselaraskan antara raga dan hati , Raga yang melakukan dengan  jiwa suci.

Pa’nassa I nu lanu gaukangnga
Jappu I nunu gaukangnga
ALLAH TAALA pammula sitte
Ammentengko ri tappa
A’rokko ko ri sannang
A’su’ju’ko ri kamase kamase
A’cidongko ri ka karaengang
Pa’ui AHMAD ri batang kaleng nu
Tammatappu  rinranna Nur Muhammad ri batanggkalengnu
Pa’se’rei ilalang tappa tamma’nipau tamma mate.
Artinya :
Berniat dengan kepastian
Melaksanakan dengan  tepat
Satukan keduanya dalam gema Takbir
Berdirilah dengan keyakinan
Ruku’lah dengan keteguhan
Bersujudlah dengan kerendahan
Duduklah dengan keabadian
Tulislah  AHMAD dengan Ragamu
Pancarkan Nur Muhammad Dalam Jiwamu
biarkan mereka bercakap penuh rahasia
b.      Puasa
Inti dari puasa adalah berniat dengan ihlasdan melakukan  karena cinta kepada ALLAH Sw. Pelaksanaan puasa  bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi semua panca indera di tubuhpun harus di puasakan atau di pergunakan untuk tidak berbuat maksiat.
Tamma pa’re tang tirere
Tamma pau rilila ,tamma rie ri naha naha
angngitte ri nu tanni itte
Allangngere ri nu tala sa’ra
A’nyaha ri alusu katallassang
Akkarambang ri nu ni tala nassa
A’dakka’ ri sassang ma’kapu’
Artinya :
Puasa itu bukan hanya menahan lapar dan dahaga
Jangan ucapkan kata sesat,jangan niatkan kesalahan
Melihatlah sesuatu  yang layak dan baik
Dengarkan suara yang penuh nasehat
                Hiruplah kenyataan dalam hidup dengan ihlas
                Rabalah sesuatu dengan kesucian perasaan
Jalanlah dalam gelap tanpa cahaya kesesatan
c.       DZikir.
Dzikir Dzikir hati,dzikir tubuh,dzikir nyawa dan dzikir rahasia mereka yang menganut Ajaran Dato Tiropun melakukan Dzikir ini. Intisari dzikir Dato Tiro adalah lailaha illallah.lafadz inilah yang diurai lewat nafas hingga kita mampu memaknai asal dan tempatnya :
Nyaha a kuta’nang
Nyaha a’pihali
Nyaha abicara
Nyaha ang ja’pui

Iya ji antama iya ansulu ma’salihu ri tampa’na.
Tamma nipau naka mallaki anging
Punna nigaukangngi tallasa lino lannya
Rie ri tampa’tu matappa
Punna niu’rangi anre ammenteng ngi ri atingku
ata angnyomba, ata a’piassai, Ata tamma rie
Punna nikambiang anre nani pisa’ring.
Iya ni hoja na a’boja
Punna nijappui rahasia arenna
Ni jappu I ri se’re tampa’
Artinya :
kalbu  yang mencari
kalbu  yang mengurai
kalbu  yang memastikan
kalbu  yang menyatu

ketika kutarik dan kutiadakan dalam bentuk
tak terucap oleh lidah Tak dihembuskan oleh angin
ketika berteduh, kuurai hidup
berucap dalam penyatuan cinta
ketika dirindukan, berharap dalam kepastian
hamba menyembah,hamba berharap
ketika digapai, yang berwujud lenyap
hamba  tiada,hamba fana
ketika yakin menyatu,rahasia tempatnya
abadi dalam keesaan

Catatan :
Referensi Islamnya Launru Daeng Biasa Karaeng Tiro dan dasar ajaran Tasawuf Dato Tiro  saya ambil dari dua sumber  yaitu dari lontara Pattiroang  dan dari Buku Peninggalan Dato Ri Tiro yang di pegang oleh orang-orang yang menjabat  Puang Kali/ Kadi di Tiro. Isi Buku ini di kisahkan oleh  Ayahanda Alm. M.Bakri Ahmad,S.Pd.Selama ini Ayahanda Alm. Muh.Bakri Ahmad ,S.Pd. sering menjadi pembicara/pemateri tentang Dato tiro namun tidak pernah mengupas secara langsung buku ini dengan alasan  :
1.        Alm.Muh.Bakri Ahmad di larang / disumpah untuk tidak menceritakan kepada orang  lain oleh ayahnya ( Alm. Ahmad Daeng Siahing  Kadi Tiro yang memegang buku saat itu )  ,tetapi hanya kepada turunannya ( Anaknya ) dengan alasan isi buku ini  adalah bekal untuk menjadi kali/ kadi.
2.       Buku ini mengupas masalah Tasawuf yang sifatnya rahasia sehingga Alm.Muh.Bakri Akhmad tidak pernah mengulas buku ini.
3.       Saat Ahmad Daeng Siahing sebagai Kadi/Puang kali Tiro meninggal ,Buku peninggalan Dato Tiro tersebut  tidak diketahui dimana rimbanya.

TASAWWUF DATO TIRO SAAT INI

Apakah tasawuf dato tiro itu masih ada ?
Ajaran Dato Tiro merupakan ilmu turun temurun , yang di sebut erang sambayang.Karena sifat ilmu ini rahasia ( tarekat ) maka  orang tiro enggang memberikan atau membahas ilmu ini secara terbuka.
Saat ini Ilmu Tasawuf Dato Tiro yang asli dan lengkap mungkin tidak ada lagi,adapun yang dimiliki oleh orang tiro saat ini hanya membahas atau amalan yang sifatnya tidak tuntas atau tidak menyeluruh.
Faham tasawuf dato ri Tiro yang diketahui oleh orang di Tiro kebanyakan langsung mengupas ke tarekat,jarang yang mengupas masalah syariat.Padahal pondasi dari tasawuf untuk melangkah ke tarekat adalah syariat harus mapan.Terputusnya hubungan antara syariat dan Tarekat saat ini, karena masyarakat tiro yang menerima agama islam dari Dato Ri Tiro menganut ajaran Tammalino  yang telah mapan syariatnya ( hanya segelintir yang di hapus atau di ganti ). Faktor diatas kian riskan karena tidak adanya lagi orang atau murid-murid Dato Tiro yang mengembangkan Ilmunya secara terbuka.Murid-Murid Dato Ri Tiro merahasiakan ilmu ini karena :
1.       Trauma jika  pemahaman  orang lain dari makna ajaran sehingga ilmu ini dianggap tidak tepat dan melenceng alias sesat.bahkan banyak yang gila.
2.       Ilmu ini bersifat Rahasia sehingga harus dijaga kerahasiaannya.
3.       Sifat ilmu ini adalah tidak menyombongkan diri,sehingga banyak murid yang diam / tidak mau menampakkan dirinya.
4.       Buku yang di tulis oleh Dato Tiro Cuman satu buah,itupun tidak di perkenankan di ajarkan secara massal Apalagi di perbanyak untuk umum. ( Buku ini adalah Pegangan untuk yang menjabat  Kadi/Puang Kali)
Kenyataan ini berlangsung terus menerus hingga saat ini,bahkan orang-orang yang menguasai Ilmu ini kian menurunan drastis pada era 80an karena generasi saat itu apatis untuk mempelajari Ilmu ini bahkan adanya beberapa faham yang menganggap ilmu tasawuf itu sesat.

TAU TIRO
Dalam lontara pattiroang dibahas tentang strata kemasyarakatan dan struktur pemerintahan di kerajaan Tiro  yaitu :
1.      I Toa / Karaeng.
I Toa adalah turunan dari Tu manurung buru’nea ri pattiroang yang dipilih / diangkat oleh rapat Dewan adat.setelah gelar Itoa di hapus dan diganti menjadi Karaeng maka aturan ini tetap di terapkan.
Keturunan inipun terbagi atas :
a.      Tau sangka’/ti’no adalah orang yang ayah dan ibunya  berdarah biru/ningrat.
b.      Tau  sipue sangka’ adalah orang  yang ayahnya berdarah biru murni ( Anak sangka’ ) tetapi ibunya orang biasa
c.       Anak  Sipue adalah orang yang ayahnya Sipue sangka’ dan ibunya orang biasa
d.      Anak rara adalah orang yang ayahnya  tau sangka’/sipue sangka/sipue dan ibunya Ata
e.      Anak alle adalah Orang yang ibunya dinikahi oleh I Toa/Karaeng karena hamil dan tidak ada yang menikahinya,terpaksa karaeng yang menikahinya biasanya dengan badik.inilah turunan yang tidak boleh menjadi Raja/Karaeng serta tidak berhak untuk di jamu dalam Pang ngada’kan ( Acara Khusus Kerajaan dan keluarganya ).
Garis keturunan dari Ibu tidak dikenal di Kerajaan Tiro,jika seorang Perempuan Ningrat  menikah dengan strata dibawahnya,anak yang dilahirkannya akan menjadi tau samara ( Rakyat biasa ).
a)      Panrita.
Panrita adalah seorang yang mempunyai kesaktian khusus.Panrita dilantik oleh I Toa / Karaeng  sesuai dengan keahliannya masing masing.seorang dilantik menjadi Panrita tanpa memandang statusnya tapi keahlian/kesaktiannya harus diatas dari sanro. Panrita terbagi atas :
-          panrita possitana  bertugas untuk melakukan upacara pelantikan,menurunkan hujan,mengirim dan menerima berita dari kerajaan kajang lewat possitana .
-          Panrita lamung-lamung bertugas untuk memberi perintah tentang di mulainya menanam jagung,waktu membasmi hama babi dan cara membasmi hama tanaman lainnya,upacara tinannang setelah panen
-          Panrita pa’pikatu bertugas untuk menyambaikan berita lewat kode pukulan gendang jika ada serangan dari musuh,ada wabah penyakit,I Toa/Karaeng meninggal
-          Panrita Tamparang bertugas untuk memberikan perintah untuk menangkap ikan di sahe’ I Toa/karaeng serta menjaga sahe’ I Toa atau Karaeng dan masyarakat lainnya dari pengrusakan atau pencurian,menganalisa peredaran bulan dan mengartikan tanda tanda alam.
-          Panrita palangka bertugas untuk menjaga palangka di kediaman I Toa/Karaeng dan menjadi penasehat spiritual I Toa / Karaeng.
Keterangan :
Sahe’ adalah perangkap untuk menangkap ikan di buat dari batu yang disusun dilaut dan  mempunyai aliran khusus sebagai tempat keluar masuknya ikan.saluran inilah yang di tutup saat  panen ikan.
b)     Sanro ( Dukun ).
Sanro terbagi dalam beberapa kategori seperti sanro pammana’ ( Dukun untuk ibu-ibu yang melahirkan ) , sanro pa’tarile ( Dukun yang mengobati orang sakit biasa ) sanro A’jala ( Dukun yang mengobati orang terkena santet tapi dia juga pintar menyantet orang ) sanro Tammalino ( dukun yang mengobati orang yang kesurupan ).dukun yang menguasai semua sistem/model pengobatan diatas di sebut Sanro bakka’ ( Raja Dukun ). Tanpa memandang status, Seseorang bisa menjadi sanro.
c)      Tujo tujo
Tujo tujo dari kata tuju a’ tujo adalah Panglima perang yang berjumlah tujuh orang.mereka ini kadang disebut kale a’rasa asang    ( badannya tidak mempan jika di tusuk benda tajam bahkan mereka meng-asah/menajamkan senjata dengan menggosokkan dibadannya).tidak sembarang yang menjadi tujo tujo tetapi harus dari keturunan kale a’rasa asang.
d)     Pallapi’ barambang
Orang yang bertugas menjaga keselamatan I Toa/Karaeng .jumlah merekapun tidak boleh lebih dari 12 orang.Siapa saja bisa menjadi Pallapi’ barambang dengan syarat  hebat ilmu beladiri dan kanuragannya.
e)      Tau Pore
Orang yang bertugas sebagai tentara.mereka ini  yang akan berperang jika Kerajaan Tiro bermusuhan dengan Kerajaan lain.Semua masyarakat di Kerajaan tiro yang punya ilmu beladiri dan kanuragan akan dijadikan/dianggap tau Pore.tau pore dibawah naungan Tujo tujo.
f)       Tau samara.
Rakyat yang hidup dibawah kekuasaan raja,mereka ini bertugas sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti petani,nelayan,pandai besi,tukang kayu dsb.
g)      Ata / budak atau hamba sahaya
Hamba sahaya yang bertugas melayani I Toa / Karaeng beserta keluarganya. mereka ini turun temurun menjadi hamba sahaya.hamba sahaya ini terbagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Sistem Pemerintahan
Pemertintahan di Tiro berbentuk Kerajaan.Pemerintahannya di pimpin oleh raja yang disebut I Toa/Karaeng. Hal pertama dan utama yang di miliki oleh seseorang untuk menjabat sebagai I Toa/Karaeng adalah Garis keturunan.Orang yang akan menjabat harus keturunan dari I Toa/Karaeng atau berdarah biru/ningrat.
Berikut beberapa  Persyaratan untuk menjadi I Toa/Karaeng diantaranya :
a)      Macca I na cara’de’ , lambusui na tojeng, haji’ pau paunna,haji’ panggaukanna na haji’ katallassangna (Pintar dan bijaksana,tegas dan berwibawa,santun ucapannya,  sopan tingkah lakunya, kaya ilmu dan harta/mapan kehidupannya).
b)      Ada’ I ri pangnga’da’kangnga ( Tidak pernah melanggar aturan Adat )
c)      A’nassa I pa’tauang na  ( garis keturunan  dari ayahnya adalah darah ningrat ). 
d)      Rie’ atanna ( punya hamba sahaya ).
Masa I Toa ( Sebelum Karaeng ) sistem pemilihan dilakukan dengan jalan spiritual.Calon Raja yang memenuhi kriteria diatas akan melakukan perjalanan spiritual di Possi tana,pa’laharrang bahi a dan batu ganrang.disana mereka akan di tempa oleh para panrita/kuncen tempat itu.setelah melakukan perjalanan spiritual maka calon tersebut akan melakukan Ujian terakhir di Batu Kalompoang/tempat pelantikan.Calon yang berhasil duduk selama 7 hari dengan menjunjung Kain yang telah di beri mantera maka dia berhak untuk di lantik menjadi I Toa.
Saat Kerajaan Gowa menaklukan kerajaan Tiro maka Dewan barumbung dirubah menjadi Dewan Adat.Orang yang memenuhi kriteria diatas akan di ajukan kedewan adat untuk di pilih menjadi I Toa/Karaeng dengan sistem pemilihan suara terbanyak.Dewan adat yang bersidang merupakan perwakilan dari semua wilayah di Kerajaan Tiro.Dewan Adat ini berjumlah 10 Orang yaitu : 1. Lompo Erelebu. 2. Gallarrang Kalumpang. 3. Anrong Tau Caramming. 4. Kapala Salobundang. 5. Gallarrang tunggala Buhung lantang. 6. Kardepa Salu-Salu. 7. Karbica Erekeke 8. Kapala Salamunte 9. Macoa/kapala Basokeng 10. Kapala Hila-Hila. jika jumlahnya seimbang maka akan di berikan hak suara/memilih  kepada Kali/Kadi Tiro.
Perubahan sistem dan nama pemerintahan terjadi di Kerajaan tiro sebanyak 4 kali yaitu :
1.      Saat di taklukkan oleh Kerajaan Gowa maka I Toa dihapus diganti menjadi Karaeng dan Barumbung di hapuskan juga di ganti dengan nama Lompo dan Gallarrang.
2.      Saat Agama Islam dianut oleh pemerintah dan masyarakat kerajaan Tiro,di tambahlah Sistem pemerintahan baru yaitu Puang kali/Kadi di bantu oleh  Juri tulis ( Paukiri kali ),Juru Kas ( malla ) Katte , Doja dan bidala.
3.      Saat Kerajaan Tiro sebagai Kerajaan Palili’/ Taklukan dari kerajaan Gowa di berikan kepada Kerajaan Bone sebagai kompensasi Perang . Di Tambahlah Sulewatang sebagai Perdana Menteri dan Macoa setingkat gallarrang.
4.      Saat Kerajaan Tiro di ambil alih oleh belanda sebagai denda atas pemberontakan Kerajaan Bone.dihapuslah beberapa nama pemerintah dan di rubah menjadi Kapala.Saat Pemerintah Belanda berkuasa, politik devide et imperanya memporak perandakan sistem pemerintahan di Kerajaan Tiro.Pemerintah belanda berhasil dengan gemilang sehingga tragedi demi tragedi dalam perebutan kekuasaan terjadi yang menyebabkan terjadinya saling mencurigai antara keluarga kerajaan.

Tugas Pokok dan Fungsi.
I Toa/Karaeng            : Orang yang tertinggi dalam pemerintahan Kerajaan Tiro yang bertugas sebagai pemimpin dan penentu kebijakan dalam pemerintahan di seluruh wilayah Kerajaan Tiro.
Puang Kali/Kadi         : bertugas sebagai Penasehat karaeng dan bertanggung jawab dalam bidang keagamaan.Kali atau kadi mempunyai struktur tersendiri.
Gallarrang Tunggala  : bertugas untuk menentukan siapa yang berhak untuk memasang balli’/lasuji dan jumlah susunannya pada upacara pernikahan.
Karbica                       : sebagai juru bicara Karaeng
Kardepa                      : perpanjangan Kardepa adalah Karaeng Daeng Puang.beliau memakai gelar ini agar tidak terjadi perselisihan antara keturunan  karaeng daeng dan Puang diwilayah itu.
Sulewatang                : Gelar yang di pakai oleh kerajaan Tiro setelah perang Gowa-Bone.tugasnya sebagai perdana menteri yang membantu karaeng dalam tugas – tugas tertentu.
Lompo,Gallarrang,Kapala dan Macoa         : membantu karaeng sebagai kepala pemerintahan dalam suatu wilayah tertentu serta menjadi wakil rakyat saat pemilihan dan penyambung lidah rakyat ke Karaeng jika ada masalah yang tidak mampu diselesaikan di wilayahnya.
KALOMPOANG NA TIRO
Istana Karaeng
Dalam Lontara Pa’tiroang tertulis bahwa Istana kerajaan Tiro bernama Puang londeng,karena puang londeng adalah orang yang mendirikan istana tersebut.tidak dijelaskan siapa itu puang londeng dan jabatannya.selain Puang londeng maka Balla’ tujua angnyalangga dipakai juga sebagai nama istana kerajaan Tiro,nama ini dipakai  karena Kerajaan Tiro menjadi wilayah taklukan dari Kerajaan Gowa.Setelah Perang Gowa-Bone maka istana ini bertambah lagi namanya yaitu Sarajaya sebagai tanda wilayah Kerajaan Bone.
Istana karaeng tiro berbentuk Rumah Panggung  dengan  panjang sekitar 24 meter dan lebar sekitar 14 meter. Masing masing Tiangnya berbentuk  tabung/melingkar dengan diameter sekitar 40 – 50 cm. Dapur ada di bagian depan dengan jumlah tiangnya 99 batang untuk bangunan utama dan dapur.tempat rapat di bagian belakang dengan ukuran  panjang 12 meter dan lebar 8 meter serta jumlah tiangnya 35 batang.tinggi tiang rumah dari tanah ke lantai rumah sekitar 150 cm dengan tangga  berderet tiga susun. Istana ini Tidak memakai paku hanya pasak dari kayu,atapnya dari kulit kayu.dinding dan lantainya terbuat dari bantalan kayu bagian luar dengan tebal sekitar 30-45 cm.Kayu yang dipakai dominan dari pohon lontar dan pohon bitti.pada sudut atap terpasang tanduk kerbau.pintu dan jendelanya tidak memakai engsel tapi hanya digeser/didorong ke samping.
Patokong na Tiro ( Bendera Kerajaan )
Lambang kerajaan Tiro berbentuk bendera dengan ukuran 1m x 45 cm.bendera ini terdiri dari tiga warna yaitu merah hitam kuning dan burung elang mengepakkan sayapnya berwarna kuning emas.
Ta’kang kalompoang ( Tongkat Kebesaran )
Tongkat dengan ukuran sekitar 40 cm dan pada gagangnya bertengger  burung elang .dalam tongkat ini berisi  keris.tongkat dan keris semuanya terbuat dari Emas.
Timpolo’ Ulu ( Mahkota Raja )
Mahkota yang terbuat dari kain.awalnya kain ini hanya 3warna yaitu merah,hitam,kuning namun setelah agama Islam masuk maka di tambah dengan kain warna putih.kain ini masing masing berukuran 1 meter dengan lebar sekitar 20 cm.saat kain ini di pasang maka masing masing kain terlebih dahulu di lipat dan di lilitkan di kepala karaeng/raja.Orang yang melipat kain ini adalah hamba yang punya keahlian/yang tahu cara melipat kain tersebut.setelah kain ini dilipat maka akan disatukan berbentuk kopiah tapi bolong di atasnya. setiap kain harus seimbang warnanya saat dipakai oleh I Toa/ karaeng.setelah kain itu dililit maka bagian luar akan di jepit oleh mahkota berbentuk  lempengan  dari bagian depan ke samping kiri dan kanan.bagian belakang lempengan ini akan diikat dengan rantai.bagian depan lempengan ini adalah burung elang yang mengepakkan sayapnya sedangkan di samping terdapat  hiasan bunga biraeng masing masing berjumlah 7 helai.lempengan, rantai dan hiasannya terbuat dari emas.
Badik tallua  ( 3 Badik  )
Badik yang di pegang oleh I Toa/Karaeng ada 3 yaitu Badik peninggalan I Toa,Badik Peninggalan Samparadja Daeng Malaja dan Badik Peninggalan Dongko Daeng Irate ( Hadiah dari Sombaya di Kerajaan Gowa ).
a.        Badik peninggalan Itoa panjangnya sekitar 20 cm,lebar sekitar 3 cm,bentuknya melengkung seperti  rencong.gagang dan sarungnya terbuat dari emas.badik ini biasa di sebut badik tarauhe.
Konon diberi nama badik tarauhe karena badik ini bercahaya warna warni seperti pelangi              (tarauhe) saat dicabut dari sarungnya.badik ini di takuti oleh semua binatang dan mahluk halus serta mampu menembus orang yang mempunyai  ilmu kebal.
b.      badik peninggalan Samparaja daeng malaja panjangnya sekitar 30 cm,lebar sekitar 3 cm, badik luwu, gagangnya terbuat dari emas.badik ini di sebut badik tammanyalaya.konon badik ini diberi nama tammanyalaya karena  saat di pergunakan badik ini harus dilemparkan dan akan bergerak sendiri kesasaran yang diinginkan oleh pemakainya.
c.       Badik peninggalan Dongko Daeng Irate berbentuk badik makassar dengan panjang sekitar 20 cm,badannya  terbuat dari emas. gagang dan sarungnya terbuat dari kayu yang di ikat dengan emas dan bertahta permata. Badik ini disebut badik sombaya.ada dua alasan sehingga badik ini diberi nama Sombaya :
1.       badik ini adalah pemberian atau hadiah dari Sombaya sebagai tanda bahwa tiro dibawah kekuasaan kerajaan Gowa,
2.        yang memakai badik ini akan di hormati/dikagumi oleh orang lain,makanya di sebut sombaya ( yang di sembah ).
Poke pattiroang
Tombak yang di bawa oleh I Toa Buru’ne,panjangnya sekitar 30 cm lebar sekitar 7 cm dengan gagang/pegangan  sekitar  3 meter berjumlah 7 batang  .cincin pengikat  pada ujung gagangnya terbuat dari emas.tombak ini dapat dibedakan dengan hiasannya yaitu 3 batang  dengan  hiasan bulu ekor kuda jantan dan kain warna merah,3 batang dengan hiasan bulu kuda betina dan kain warna hitam dan 1 batang dengan hiasan rambut perempuan dan kain warna kuning.
Benda sebagai Pusaka kerajaan tiro amat  banyak, namun yang ada diatas adalah benda  Pusaka inti yang dipegang oleh seseorang yang menjabat  I Toa/Karaeng di kerajaan Tiro.

Kalompoang Tiro Ada tapi tak Nampak.
Ada dalam artian sempit berarti bisa dilihat,bisa diraba dan dirasakan.tak nampak berarti tidak nyata oleh mata.namun jika dijabarkan makna dari kata kalompoang tiro ada tapi tidak nampak adalah tidak ada tempat khusus yang menampung pusaka kerajaan tiro bahkan sudah terpisah dan beberapa orang merahasiakan tentang pusaka yang dimilikinya ke halayak ramai. Kilas balik terpisahnya Pusaka Kerajaan Tiro :
1.       Istana Kerajaan Tiro di pugar Sekitar  tahun 1950an karena tidak mampu didanai lagi perawatannya oleh keturunan Karaeng Tiro.
2.       Masa pemerintahan Paroto Daeng Patangnga ,Pusaka Kerajaan Tiro di pegang oleh saudara perempuannya yaitu Rantina Daeng Masiang Karaeng Bahine a. Pusaka ini kemudian di bawa ke kerajaan bantaeng karena Rantina Daeng Masiang  menikah dengan  Basunu Karaeng Bantaeng.Pusaka kerajaan yang di bawa Oleh Karaeng bahinea ke bantaeng simpang siur jenisnya tapi yang pasti  Takkang kalompoang/Tongkat kebesaran dan beberapa peralatan yang terbuat dari Emas.Rantina Daeng masiang membawa Harta kerajaan ini ke bantaeng karena banyaknya pihak keluarga kerajaan Bantaeng yang meragukan asal usul dan gelar Karaeng Bahinea. Awalnya harta ini hanya akan di perlihatkan sebagai bukti bahwa Rantina Daeng Masiang adalah Keturunan Karaeng ti’no di Kerajaan Tiro.
Ketika Pusaka Kerajaan itu akan dikembalikan ke Kerajaan Tiro, terjadi kekisruhan  perebutan kekuasaan di kerajaan Tiro.Hal inilah yang membuat hadat melarang harta itu dikembalikan.Pusaka Kerajaan itu tidak pernah lagi dikembalikan hingga sekarang.
3.       Saat  Pemberontakan DI/TII terjadi di Sul-Sel,beberapa pusaka Kerajaan Tiro yang tidak dibawa kebantaeng dihancurkan.Pemberontak DI/TII menganggap pusaka ini sebagai biang kemusrikan karena selalu di puja dan di beri sesajen.Pusaka yang di hancurkan itu diantarannya : bendera kerajaan,Kain timpolo’ ulu,Pa’kalli,Beberapa naskah Lontara,tali pa’tola,beberapa alat perang.
Untuk menyelamatkan beberapa pusaka kerajaan dan menghindari terulangnya penghancuran oleh DI/TII, maka Pusaka Kerajaan yang sempat diselamatkan di pisahkan atau dibagikan kepada beberapa orang keluarga Kerajaan Tiro dan dirahasiakan dari umum.di samping di pisahkan, maka beberapa bentuk/model benda pusaka kerajaan ini di rubah modelnya seperti tombak yang di potong bahkan dilepaskan dari  gagangnya,semua asesories dari emas pada pusaka di lepas,pusaka yang terbuat dari emas di sembunyikan dengan menanamnya di tanah.Yang di tanam di dalam tanah ini banyak yang raib/hilang.
Kerahasiaan Pemilik atau pemegang pusaka ini di lakukan hingga sekarang, bahkan dianggap amanat dari leluhur yang berdosa jika dilanggar.Secara umum dapat kita rasionalkan bahwa pusaka ini dirahasiakan  dari publik karena adanya trauma penghancuran oleh orang lain seperti DI/TII tersebut.
Disamping merahasiakan,pemegang pusaka ini rata-rata tidak mengetahui nama dan sejarah pusaka yang dipegangnya.Mereka hanya menamakan pusaka itu secara umum Pa’turioloang / Harta pusaka peninggalan nenek moyang.

                                               

34 komentar:

  1. Menarik. Saya selalu tertarik dengan silsilah Raja-Raja di Indonesia khususnya di Sulawesi. Penuh misteri dan saling berhubungan satu sama lain. Dan pertanyaan yg timbul setelah membaca ttg Kisah Dato ri Tiro adalah, apakah tongkat yg dipakai sama dgn tongkat yg diwasilahkan kepada nabi Musa A.S??

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Iman dan islam biasalah dengan ihsan artinya artinya Allah Maha mengetahui dan maha melihat dan maha mendengar hati2

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Jangan yg jelas ditiadakan yg tak jelas diadakan gimana.

    BalasHapus
  9. Saya tertarik melihat susunan sejarah kerajaan tiro,cuman saya liat masih banyak mau teliti kembali atau mau diluruskan.

    BalasHapus
  10. Saya suka sejarah ini menarik,tapi jangan hilangkan sebahagian Raja lama tak ada sekolah tapi berjasa pd jamannya sepertierti Rona Dg.Matasa.dllnya.Marehassan dg Mattuppu

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Jangan Lupa Rumah istana Krg.Mattangnga adalah di Erelebu.disinilah pusat kerjaan Tiro.(turunan Raja Aamparaja)itulah yg benar.Telusuri aja.

    BalasHapus
  13. Tanya Anaknya A.Bangun Almarhum,Anaknya A.Nurun supaya jelas.Gitu.

    BalasHapus
  14. Nama.Launru dg biasa ter-asig dr silsilah turunan samparaja ini.kami caru tau ,tak perna kami temui maaf .

    BalasHapus
  15. Kami perkirakan pd masa kepemimpinang antara Marehassan dg Mattuppu dgn Rona dg.Matasa,pada masa kedatangan 3 ulama tsb.termasuk Dato.Tiro. gitu.

    BalasHapus
  16. Kemudian setelah Rona dg.Matasa ber-ali ke Anaknya inilah Mallusa dg.Mattangnga.masih dlm kerajaan beliau meninggal.sebagai pejabat Tonang dg.Paoha.Ammohai pakkaraenganna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ass.caritau dengan hati yg suci.maaf saudaraku.

      Hapus
  17. Lanjut,menunggal Tonang dg.paoha.Utusan Somba Raja Goa harus kembali kecucunya Dg.Mattangnga yg ada Sekolah.satu2nya yg punya sekolah dr cucunya hanya,....

    BalasHapus
  18. Patola dg.Matasa bin Sanre pattatasa. Tapi beliau pilisi,tugas diBontaeng pada waktu itu,jadi beliau seini tdk mau tinggalkan kepololisiannya.lanjut...dialihkan Ke Karim,yg memangku sebagai Raja Tiro.jadilah namanya Karim dg.Pamanka.Nahangkami Pakkaraengannga ritiro.begitu coritanya.

    BalasHapus
  19. Sesudah Karim baru Amin kepala distrik ter-akhir.camat yg pertama samaan Raja Goa Lanto dg.Pasewang.somba ter-akhir dn Gubernur per tama gutu.

    BalasHapus
  20. Opu konjo,jangan lupa Nama garis saya yaitu Krg Sanre bin Mallusa dg..Mttangnfa kakak Krg Bulan Terus nama Anak beliau patola dg.Matasa polisi pertama dr Tiro Erelebu keasliannya.opu telusuri nama ini.

    BalasHapus
  21. Izingkan menghimbau semua keluarga sya yg dierebu,Kalumpang,caramming,Hila2,sebagai keluarga besar,Lestarikan Budaya kita,pupuk persatuan,dan tetap didahulukan ajaran islam dan keimanan kita semua kpd Allah swt.Aamin

    BalasHapus
  22. Ketahuilah,Mallusa dg Mattangnga adalah Rajake ke9.dri Raja pertama (Samparaja)juga masih turunan samparaja,maka digelarlah karg Boddong)

    BalasHapus
  23. Boddong artinya sudah bundar kerajaannya begitu,jadi kalau nama ini ditiadakan dikerjaan Tiri,ber-arti sejarah oalsu, dipertnyakan.

    BalasHapus
  24. Sama halnya Dato tiro,adalah penyiar agama,Bukan Raja Tunggal, yg benar saja,tdk pernah dilantik jadi Raja Tiro.Beliau Sibuk untuk siar Agama lslam,beliau syiar bukan ditiro saja,

    BalasHapus
  25. Juga Nama launru dg biasa,dari Raja pertama sampai turunan kesembilan tdk ada Nama ber-awalan la.....inihanya orgpenrang atau sidrab yg biassnyaber-awalan la...musal.Lasingrab, lapananaungi,begitu .

    BalasHapus
  26. BISA TAK, ParDiksi thn berapa kerajaan pertama,atau masa pemerintahan samparaja dg malaja sehigga anda katakan launru cucu ke4.pdahal gallaran

    BalasHapus
  27. Gallaran Batng saja ada bberapa kali pengnfantian gallaran baru pemekara kpl distrik ya kan,coba hitung,Dari gallaran Mungku baru,gallaran Keke,teruske gallarran Baraila,baru,gallarran Balanga alias Tata,kemudian,gallaran Bi'la terus pemekaran Batang Bonto tangnga krg Batang adalah krg Gahu.Begitu.

    BalasHapus
  28. Dari sinilah kita pelajari,sehingga tdk masuj akal bahwa,nama launru konong cucu ke4 dari Raja pertama,yaitu dr.Samparaja.sampai disini aja dulu.

    BalasHapus
  29. Ilmu tasauf ini secara turun temurun.
    Ayah saya Abdul Gani Makku juga merupakan penyebar ilmu tasauf dan tarekatnya.penulis silahkan menelusuri jejak nama ayah saya. Jika sudah mendapati silsilahnya silahkan menghubungi saya untuk saya perlihatkan buku salinan aslinya😊😊😊

    BalasHapus
  30. Dongko daeng irate atau dongko daeng matasa?maaf baru hadir di 2021 ini😶

    BalasHapus